Berbeda

14 1 0
                                    

Sudah beberapa bulan aku dekat dengan max, begitulah dia selalu penuh tanya. Hari ini mengabari, dan esok tinggal sepi.

" Max, aku selalu rindu "

Setiap kali ku bilang rindu, dia hanya tertawa geli tanpa melihat bagaimana ekspresi wajahku.
Terkadang sangat kesal tapi aku tidak pernah bisa marah.

Drrttt drttt drtttt ( getar ponsel skara )

Panggilan 📞
Max ~

" Iya halo, ada apa ?"
" Judes banget sih lu "
" Gue gak mood "
" Sekarang dimana, ayo kita ketemu "
" Max, gue gak mood "
" Udah lah ketemu gue nanti mood baik deh, percaya "
" Iyaudah jemput gua didepan pasar "
" Yah gak usah jemput ya, gue masih dikampus nih "
" Terus kenapa lu ngajak ketemu "
" Hehe, kangen "
" Bye max "

Ku tutup telpon max, dia menyebalkan. Tapi tetap pada akhirnya kita ketemuan juga. Entah walaupun aku sesebal apapun tidak pernah bisa menolak ajakan max.

Drttt
1 pesan telah diterima 📲

🐣- Skara ketemu disana aja y, maaf gak bisa jemput. Bentar lagi keluar kampus.

Max tidak pernah bisa menjemputku, ada saja alasan nya, masih dikampus lah, jauhlah, atau apalah itu. Jadi aku selalu merasa pergi sendiri.

Aku tiba disebuah Mall Pusat perbelanjaan dekat dengan kampus max dan kawasan industri.
Sudah 1 jam aku disini, dari duduk lalu berdiri, jalan membeli air hingga mondar mandir tidak jelas.
Tapi max belum juga datang.
1/30 jam aku menunggu, max selalu telat tidak pernah sekalipun dia tepat waktu.

" Maaf lama ya? "
" Maaf anda siapa ya, apa saya kenal anda mas ?"
" Skara jahat lu "
" Gue jahat? Gak kebalik ya? Gue disini nunggu 1/30 jam max sendirian kayak anak ilang, ini udah malem gue cewek, masih aja gue dibilang jahat "
" Ya maaf ya, gue cape lari lari jangan dimarahin gitu, makan yu gua laper "

Max berdiri dari duduknya, dia meraih tasku dan menarikku untuk berdiri. Selalu begitu memiliki banyak cara untuk meredakan marahku.

Malam ini ada yang berbeda dengan max, max tidak memperlihat kan nya tapi aku tahu dia berbeda.

Aku dan Max makan disalah satu tempat makan yang cukup terkenal di Indonesia. Dan kubiarkan di memesan dan mengantri sebagai tanda permintaan maaf.

" Skara mau pesen apa? "
" Samain aja sama yang lo pesen "
" Oke, eh mau ice cream nya juga gak?"
" Iya gua mau, tapi 2 yah max "
" Ini bocah doyan apa kelaperan "

Hanya senyum yang aku perlihatkan sebagai tanda jawaban pada Max.

Aku memilih tempat duduk dibagian tengah dengan ukuran meja hanya untuk 2 orang.
Dari tempat duduk ini, aku memperhatikan Max. Laki-laki bertubuh jangkung kurus dengan rambut yang tidak tertata dan senyum dengan gigi gingsul yang begitu membuatku betah berlama lama melamun.

" Woy, bengong lu ya?"
" Max bisa gak sih gak usah ngagetin gitu "
" Lagian lu malah bengong sendiri, udah kelaperan banget apa, atau jangan-jangan lu ngeliatin gua ya dari sini ? "
" Apaan sih lu, udah ayo makan ah laper nih "
" Iyaudah, selamat makan "

Aku memperhatikan Max makan, ada yang berbeda yaitu cara dia berdoa. Selalu mengepalkan kedua tangan, aku sudah mengenalnya lama tapi tidak pernah berani bertanya apa keyakinannya. Yang awalnya kupikir ya biasanya pasti satu keyakinan.

" Oh ya kita mau ngapain ke mall Max? "
" Nonton gimana? "
" Ini udah jam 8 malem, kalau nonton mau selesai jam berapa coba"
" Iya juga sih, iyaudah keliling aja "
" Oke "

Selesai makan kami mengelilingi mall tersebut sambil makan ice cream yang tadi dibeli.

" Max nyari musollah yu, gue belom sholat isya tau "
" Iyaudah ayo sekalian mau ketoilet juga, nanti gantian aja jagain tas nya "
" Iyaudah "

Menuju arah parkiran belakang yang ada musollah nya, dan setelah menunaikan selesai sholat.

" Skara gue mau ke toilet nih, titip tas"
" Iyaudah sini "
" Nih nih "
" Max tas lo berat banget sih, bawa batu apa ya "
" Bawa laptop si unyil tau, makanya berat "
" Deuh mau kekampus apa syuting sinetron sih, cepetan ah "
" Bawel "

5 menitan Max ke teoilet, dia kembali dengan setengah berlari sambil membenarkan lengan bajunya.

" Yuk ah "
" Kok cepet, engga sekalian sholat ?"
" Oh lu belom tau ya, gue kan Kristiani "
" Oh maaf, gue baru tau "
" Udah yuk ah jalan, eh tapi tas nya tetep lo yang bawa ya, bahu gue sakit nih pegel "
" Iyaudah gue yang bawa "

Saat Max bilang bahwa kita berbeda keyakinan, aku tidak begitu terkejut ya karena aku selalu melihat cara berdoa saat dia makan. Dari situ sudah aku pastikan.

Sambil berjalan membawa tas Max yang berat bagai tempurung kura- kura yang kadang ringan bagai kantong plastik kosong, ya karena dijinjing sesekali oleh Max. Kita jalan menuju luar Mall untuk pulang.
.
.
.
.
.
.

Sampai dibagian selanjutnya ya :)

Ini Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang