Lebih Dekat

16 1 0
                                    

Tuuttt tuuttt. ( Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif )

" Max kemana ya? Apa dia sibuk sampai engga bisa dihubungi ". ( gumamku saat berjalan menuju kampus )

Hari hari yang dulu seperti senja indah hanya sesaat kini aku rasa berbeda, Sejak hadirnya Max disetiap hariku. Aku tidak ingin Max sama seperti senja. Karena aku takut dia hilang.
Max membuatku selalu tertawa dengan cara sederhana yang dia perlihatkan. Dia menyebalkan, namun aku selalu suka.

Didepan kampus.

" Skara, bisa ngobrol sebentar engga? " ( Suara seseorang )

" Oh iya, ada apa gha?" ( Skara )

" Engga papa sih, cuma pengen ngobrol aja. Boleh kan? "

" Hmm, iya boleh aja ".

Namanya Egha, dia salah satu cowo dikelasku. Egha juga ketua kelas, orang yang banyak disukai cewek cewek dikelas bahkan di fakultas lain pun Egha disenangin. Iya bisa dibilang Egha cowok idaman buat para cewek di kampus, selain ketua kelas yang pandai, Egha pun jago bermain basket. Seperti itu mungkin dayatarik nya.

" Sibuk apa sekarang ini? " ( Egha )

" Sibuk di kampus aja". ( Skara )

" Oh iya selain itu? "

" Engga ada sih, oh iya gha. Gue duluan ya mau ke perpus. Daahhhh ".

Aku meninggalkan Egha, dan berlari menuju kantin bukan perpus. Iya itu hanya sebagai alasan saja, karena aku tidak terlalu suka ngobrol banyak dengan Egha, karena jika fans nya tau bisa- bisa aku di jadi kan bola - bola ubi.

" Huhhh, cape ". ( Skara )

" Ngapain sih lu lari - lari begitu, olahraga siang begini ". ( Nina )

" Abis ngehindarin obrolan sama siEgha, huh huuhhh ".

" Lu itu aneh ya, orang lain mah seneng banget bisa ngobrol sama Egha tuh, dan yang lain itu berharap bisa deket. nah elu malah ngehindarin dia ".

" Aduuh Nina, gue itu engga tertarik sama Egha. Biarin aja yang lain pada suka, urusan mereka. Lagian gue itu udah suka sama orang lain ".

" Siapa? Max?".

Aku hanya tersenyum menjawab pertanyaan Nina, iya aku suka sejak awal bersama Max. Karena dia seseorang yang membuatku bahagia di mimpi dan dunia saat ini.

" Udah ah, gue mau balik nin ". ( Skara )

" Lu mau kemana, pulang? Tapi kan.. ". ( Nina )

" Ijin dulu ya nin. Daahhhh ".

Aku berjalan menuju gedung usang itu, tujuanku adalah tempat favorit itu.
Sesekali aku kembali mencoba menghubungi Max.

Tuut tuutt tuutt ( Nomer yang anda tuju sedang tidak aktif )

Apa dia beneran sibuk ya? Atau dia menghindari aku.
Aahh pikiran itu menggangguku..

" Hei "

Suara seseorang di belakang yang langsung memeluk tas ku.

" Kangen aku ya? "
Suara itu.

" Max? "

Aku membalikkan badan dan aku menemukan wajah yang sangat menyebalkan, namun selalu membuatku bahagia.

" Kamu kangen aku? " ( Max )

" Engga, siapa juga yang kangen " ( Skara )

" Beneran engga kangen? Pasti kamu nelponin aku ya, tapi engga terhubung kan? Hayo ngaku ".

" Apaan sih max, aku engga kangen kok ".

" Yahh, padahal aku kangen. Tapi bertepuk sebelah tangan ".

" Gak usah sok sedih deh. Iya aku kangen ".

" Tuh kan pasti kangen, tapi aku bohong yeeyyy, wlekkkk ( menjulurkan lidah ) ".

" Max, nyebelin tau ".

Dia yang selalu membuatku tertawa dengan kesederhanaan nya. Selain itu sikap yang terkadang susah ditebak membuat aku selalu ingin tau kejutan apa yang dia punya untuk diperlihatkan kepadaku.

" Skara, gue mau ngomong sama lu ".

" Apaan sih Max, biasa nya juga tinggal ngomong . segala pake ijin begitu ".

" Hmm, engga jadi deh ".

" Max, mau ngomong apa sih lu, jangan buat gue penasaran deh ".

Max berlalu berjalan didepan ku, begitulah dia. Sesekali dengan sangat lembut memamanggil " aku ", dan seketika berubah menjadi " gue ".
Dan sudah hampir satu bulan aku dan Max dekat seperti ini, menghabiskan waktu sehabis pulang kampus. Saling mengenal, dan aku jatuh hati kepada Max.
Namun, hanya bungkam yang aku lakukan.

" Max, ke atap gedung yuk. Tapi, laper tau. Makan dulu aja yuk "

" Engga mau ke atap, lagi males kesana. Kita makan pecel lele aja,  mau?"

"  Iyaudah deh. Ok, kita makan ditempat biasa ya. dan pasti nanti lu bilang ke tukang pecel lele nya. 'Bang buntutnya jangan sampe hilang ya' . hahahaa ( tertawa skara )

" Sok tahu deh lu ".

" Kan emang biasa nya juga begitu ".

" Kalau tiba - tiba gue engga biasa kayak biasa nya gimana? "

" Maksudnya? "

" Skara, kalau satu sama lain saling nyaman, engga perlu ada lebelnya kan ?"

" Max, lu ngomong apa sih?"

" Abaikan aja, gue engga percaya sama lu kok "

" Kenapa engga percaya sama gue? "

" Engga percaya aja "

Begitulah Max, kalimat nya tidak pernah selesai. Terkadang membuatku menebak - nebak apa potongan kalimat selanjutnya.

Max, bisakah tetap disini meski kita tak saling memiliki?
Menjadikan semua sebagai alasan untuk bertemu.
Membiarkan ketidaktahuan sebagai tertawaan.
Menjadikan teka - teki sebagai jawaban misteri yang harus kita pecahi.
Max.
Tetaplah disini.

Entah mengapa seketika kata - kata itu tercipta. Pikiranku seperti sedang membaca raut wajah Max, ada sebuah keinginan yang tidak dapat tersampaikan. Itulah wajah misterius Max.
Dan sedikit demi sedikit aku mengenalinya,  lebih dekat dengan Max membuatku menutup hati kepada yang lain. Termasuk kepada Egha.

Setiap hari yang aku lewati dengan Max terasa indah. Meski hanya jalan berdua setelah pulang kampus, makan pecel lele dipinggir jalan, pergi kemana - mana tanpa tujuan atau jahil satu sama lain.
Itu sempurna, meski cuaca panas atau hujan. Dan Max yang terkadang hilang tanpa jejak, tapi aku selalu senang dengan dia.

Max, lebih dekatlah denganku lagi.
Akan aku buat kamu percaya
Bahwa jatuh hati lebih indah dari jatuh cinta.
Meski aku tidak benar - benar mengerti tentang cinta.
Aku jatuh hati.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Skara lebih dekat dengan Max.
Jatuh hati atau jatuh cinta ya?
Selamat membaca 😊.

Ini Hanya MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang