Cerahnya pagi di pinggiran Kota Bern, menghangatkan musim gugur yang sedang bergulir di negeri itu. Sinar yang terang menelusup ke celah gorden putih jendela kamar Beam.
Mahasiswa kedokteran itu baru saja selesai berpakaian dan tengah merapihkan barang bawaan. Wajah putih yang sempat terkena sinar matahari itu, mengalihkan perhatiannya untuk melihat ke arah jendela.
Ketika ia menyingkirkan gorden itu, mata kelamnya terpana akan pemandangan dari jendela kamarnya. Hotel yang terletak tak jauh dari pusat kota, Bern. Menampilkan sibuknya kota yang akan disinggahi selama 3 bulan ini.
DRRRT
Getar ponsel Beam yang ada pada saku jaketnya membuat Beam beralih sebentar. Rupanya nama Prim yang muncul pada layar ponselnya.
"Hei, Nong. Bagaimana kabarmu? "
"Aku baik-baik saja. Kemarin aku langsung tertidur begitu tiba di hotel. Maafkan aku karena belum sempat mengabari P,"
"Aish... Kau ini seperti baru mengenalku saja. Tidak apa-apa adik tersayangku, kau pasti lelah dan mengalami sedikit jetlag,"
"Hmm kepalaku masih sedikit pusing... Mungkin aku akan beli obat saja di apotek dekat sini, P"
"Tidak usah membeli, Nong. Aku sudah menyediakan obat pereda sakit kepala di saku tas punggungmu dan ada balsem juga, "
Beam sempat terkejut mendengar perkataan Prim. Untuk memastikannya ia pun beranjak dari depan jendela dan membuka saku yang dimaksud Prim.
Senyum rupawan nan manis itu terpatri pada wajahnya. Merasakan perhatian Prim yang amat tulus padanya.
"Aku sudah menemukannya P, "
"Baguslah, Nong. Nanti kau minum setel-"
"Iya P... Aku tahu... Setelah sarapan aku akan minum obat pemberianmu,"
"Lalu... Bagaimana di sana? Selain dosen pendampingmu, adakah yang kau kenal lagi? "
Ada dan orang itu... Forth
Pertanyaan Prim barusan menyadarkan Beam tentang kartu nama pemberian Forth. Long coat yang digunakannya kemarin segera diobrak-abrik, terlebih bagian saku.
Namun dewi fortuna kurang berpihak pada Beam. Karena kartu nama Forth hilang entah kemana. Padahal ada nomer telepon dan nama lengkap Forth disana. Serta alamat kantor Forth di Thailand.
Beam terduduk di atas kasurnya dan menghembuskan nafasnya. Ada perasaan sedih yang memenuhi batinnya. Entah apa itu.
"Nong... Nong... Beam apa kau masih mendengarku? "
Bahkan ia lupa bahwa Prim masih menunggunya di seberang sambungan telepon.
"Oh P. Maafkan... Tadi aku melamun. Nanti setelah selesai pertemuan hari ini aku akan menghubungi P. Bye..."
Dengan begitu percakapan kakak-beradik di pagi yang cerah itu berakhir.
Baru saja meletakan ponselnya, sebuah pesan masuk yang berasal dari dosen pendampingnya. Beam pun bergegas untuk turun ke ruang makan hotel.
YOU ARE READING
Just Stay Beside Me | Forth & Beam's Story
Romance"Meskipun itu menyakitkan, aku takkan berhenti mencintai Calon Dokter itu," . . . Perjalanan dinas ke Swiss membuat Forth bertemu dengan Beam. Pertemuan yang rupanya membawa mereka pada takdir yang tak terduga. Saat kejujuran yang menyakitkan it...