When You're Gone

1.1K 117 6
                                    

Full of Beam's POV

Aku terbangun dikala sang surya menerpa wajahku. Terbangun diwaktu yang sama... Dan kondisi yang sama...

Serta mimpi yang setiap malam selalu datang... Aku ingat setiap hal yang ku alami di mimpi tersebut...

Orang yang ada dalam mimpi itu... Perasaan yang kurasakan setelahnya pun tetap sama...

Bahkan tanpa kusadari ketika terbangun dari tidur yang melelahkan... Selalu ku dapati juga kesepian dalam tangis ku di pertama kali mata ini terbuka...

Semuanya tetap sama selama...

Lima tahun ini...

Memulai hariku di rumah sakit, dengan segudang pekerjaan dan jadwal operasi yang mencekat. Namun aku lebih suka seperti ini... Karena dengan kesibukan ku, tak akan ada celah bagiku untuk terdiam tanpa berbuat apapun.

Sehingga orang itu tak hadir dalam benak ku...

Sebagai dokter residen spesialis mata, tanggung jawabku bisa dibilang amat besar. Membantu dalam operasi dan mengecek pasien. Serta terlibat langsung dalam kegiatan amal.

Salah satu yang menjadi favorit ku adalah saat aku berbincang dengan pasien secara langsung, setelah pemeriksaan selesai tentunya.

Contohnya Nenek Yun...

"Aku jauh lebih suka... Jika kau yang memeriksa ku, Dokter Beam. Ketimbang Dokter Yong. Pria tua itu hampir seumuran denganku dan penjelasan nya selalu membuatku bingung..."

Aku hanya tersenyum sembari membantunya berbaring. Ia terus saja mengoceh ketika aku memeriksa kembali data yang dicatat suster di sebelahku.

"Kalau penjelasannya membuat nenek bingung. Ikuti saja larangan dariku. Nenek pasti ingin pulang secepatnya kan?"

"Tentu saja... Seminggu lagi cucuku akan menikah..."

"Makanya turuti permintaan ku, Nek... Aku janji akan membuatmu melihat cantiknya gaun yang digunakan cucumu..."

Ucapanku sepertinya memberi semangat untuk Nenek Yun. Terlebih saat aku melihat tangan keriput nan hangat itu menyentuh jemari ku. Meskipun tertutup perban namun aku tahu sorot mata seperti apa yang ia berikan untukku.

"Kau pun juga harus mencari kekasih, Dokter Beam..."

"Aku... Tentu saja sudah punya,"

Butuh beberapa detik bagiku menyadari ucapanku barusan. Kekasih?

Siapa kekasih ku?

Jika nyatanya aku hanya sendiri... Melewati hari yang sama. Tanpa seseorang untuk berbagi atau membiarkan ku bersandar pada punggung yang hangat saat aku lelah.

Dulu...

Dulu... Pernah ada... Orang itu

"Dia... Punya senyum yang indah, Nek,"

Bagian terbodoh nya, hanya dengan membayangkan senyumnya. Senyuman ku keluar begitu saja tanpa kusadari...

Orang itu...

Ya... Seperti inilah hidupku ketika dia pergi. Musim berganti seiring waktu dengan indahnya. Menyisakan kesedihan dan kerinduan yang mendalam, bahkan sampai menyakiti hatiku.
.
.
.
Aku berjalan lagi seorang diri dan di jalan ini. Ketika jam istirahat, jalan ini membawaku ke rooftop rumah sakit. Tempat yang sepi...

Aku duduk di sebuah bangku panjang dari semen.

Perlahan aku menarik selembar kertas dari balik saku jas. Lembar kertas yang telah usang dan setia kubawa kemana pun aku pergi.

Just Stay Beside Me | Forth & Beam's StoryWhere stories live. Discover now