Feels Like I Know You

1K 136 8
                                    

Mata kelam yang terpaku pada jajaran frame yang tergantung di dinding. Menjelajahi kenangan yang terekam dalam foto tersebut. Bagai tersihir akan sesuatu, mata kelam itu berhenti tepat pada dua anak laki-laki yang saling berangkulan. Bisa terlihat bahwa mereka baru saja memenangkan permainan sepak bola.

Anak yang mengangkat piala... Forth.

Sementara yang menggunakan bandana di kepala adalah...

Pemilik mata kelam ini.

Lam

Beam yang terdiam membuat Forth sedikit curiga. Karena sudah lebih dari 15 menit, calon dokter itu belum beranjak dari tempatnya. Lebih tepatnya pada foto tersebut.

"Aihh padahal saat itu... Aku sedang tidak tampan, "

Suara yang berasal dari belakang, membuat Beam terperanjat. Hendak menegur Forth. Tiba-tiba saja Ibu Lam datang dan mengajak mereka untuk makan siang.

"Wah... Kalau dilihat-lihat kau manis sekali, Nak. Siapa namamu tadi?"

Beam tersenyum dan menatap wanita paruh baya itu.

"Beam Baramee... "

DEG

Ibu Lam terhenyak saat melihat sorot mata Beam. Ia hanya terdiam, memandangi Beam penuh makna.

Sorot mata itu...

Mirip sekali dengan mendiang anaknya.

Rasa rindu itu membucah seketika dalam batinnya. Mata wanita itu mulai berkaca-kaca.

Keheningan seketika itu membuat Forth paham, terlebih saat ia tahu bahwa Ibu Lam tengah menatap Beam.

Menatap mata anaknya...
.
.
.
Hari sudah gelap ketika Beam dan Forth pamit dari rumah Lam. Sejak kejadian dimana Forth membimbing Ibu Lam untuk ke ruang makan, Beam jadi pendiam.

Hingga sekarang...

Di mobil yang biasanya diselingi obrolan, nyatanya hening.

Forth mulai merasa risih akan suasana seperti ini. Tidak dengan Beam. Pemuda itu tidak boleh mengabaikannya, sama seperti yang dilakukan ayahnya dahulu.

Mungkinkah dia marah?

Sudah ratusan kali pertanyaan itu memenuhi pikirannya. Forth merasa bahwa Beam marah, karena tidak menceritakan siapa Beam pada orang tua Lam.

"Nong-"

"Dia sepertinya sudah merelakan..."

HEH?

Butuh beberapa detik sampai Forth mengerti maksud Beam.

Dia... Ibu Lam

"P... Terkadang ketidaktahuan bisa membuat seseorang bahagia..."

Forth bisa merasakan ketulusan dalam perkataan Beam. Sebagai penerima organ anaknya, Beam merasa bahwa siapa dia tidaklah penting. Namun bagaimana Beam menata hidupnya lagi, sehingga tidak menyia-nyiakan pengorbanan seorang ibu.

Beam dan Forth terhanyut dalam pikiran mereka masing-masing.

Hingga ponsel Beam berdering. Nama Prim tertera di sana. Janji makan malam bersama untuk merayakan ulang tahunnya.

Beam menatap Forth yang fokus menyetir.

'Entahlah... Tapi aku ingin sekali mengajaknya... '
.
.
.
Dan disinilah Beam sekarang, di dapur restorannya dengan tumpukan piring kotor. Jemari putih yang telaten membasuh piring dan gelas. Tentu saja jemari itu tertutupi sarang tangan latex sehingga lukanya tidak kena air.

Just Stay Beside Me | Forth & Beam's StoryWhere stories live. Discover now