Loneliness

1.1K 139 6
                                    

Beam masih mencoba memahami perkataan pria yang duduk dihadapannya. Mata kelamnya menatap penuh arti untuk Forth. Ia tidak mungkin salah dengar kalau tadi...

"Tinggallah bersamaku? "

Bersama

Beam dan Forth

Sikap bingung dan ragu Beam rupanya membuat Forth gemas. Alis hitam Beam yang hampir bertemu ditengah. Bibir merah tipis yang terkatup. Sungguh Forth tak yakin kalau Beam adalah mahasiswa tahun ketiga kedokteran. Keimutan layaknya anak kecil masih melekat pada wajah seputih salju itu.

Forth meletakan cangkir kopi diatas meja. Suara dentingan gelas dengan kaca meja mampu memecahkan lamunan Beam.

"Kau bisa bersih-bersih? "

"Heh?"

Forth mengambil jeda sedikit sebelum melanjutkan perkataannya. Seperti dugaan Forth, Beam terlalu dalam memikirkan perkataannya.

"Aku bertanya... Apa kau bisa bersih-bersih, Nong? "

"Oh... Tentu saja, P. Aku juga bisa memasak meskipun tidak terlalu ahli,"

"Baguslah, "

Beam tak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Terlebih saat Forth mengambil lagi cangkir kopi dan menyesap kafein penuh candu itu.

"Nong... Aku menawarkan tempat tinggal secara gratis dan kualitas yang bagus. Kau hanya perlu membereskan rumah dan memasak untukku..."

"Ah... Tidak usah P. Justru aku tidak enak dengan-"

"Kalau kau menolak, aku sanksi bahwa tempat tinggal yang kau cari nanti tidak akan semenarik dan semurah tawaranku, "

'Kenapa kesannya aku angkuh sekali?'

"P... Hmmm..."

'Katakan ya, Nong. Katakan kalau kau akan tinggal-'

"Baiklah... Aku akan tinggal bersama P,"

'Yes'

"Pilihan yang bagus, Nong. Ada kamar kosong di rumahku... Kau bisa menggunakannya, "

Nada bicara Forth mulai berubah. Ada kebahagiaan yang terselip disana.

"Kapan... Aku... Bisa... Ke rumah P?"

"Sekarang, "

Heh?

Forth memang penuh kejutan dan kharisma yang dimilikinya sulit terelakan. Bahkan untuk Beam, dirinya hanya terdiam ketika Forth menarik tangannya dan memasuki mobil Mercedes yang terpakir di depan kafe.

"Kau sudah tidak ada kelas, kan?"

"Hmm... sudah selesai tadi siang, "
.
.
.
Tiba di pelataran rumah sederhana dan apik milik keluarga Forth. Halamannya luas mengimbangi rumah bergaya kolonial itu. Memang benar ucapan Forth, rumahnya tidak jauh dari kampus. Ia bisa menggunakan sepeda untuk sampai ke kampus nya nanti.

Forth membuka pintu rumahnya dan mengajak Beam untuk 'berwisata' sejenak. Sebelum mengobrol di ruang tengah keluarga. Dari sinilah Beam tahu bahwa Forth hanyalah anak tunggal, terlihat dari foto masa kecil yang terpampang di dinding.

Namun... Kenapa rumah ini terlalu sepi?

Tidak ada sentuhan halus seorang ibu pada penataan perabotan rumah tinggal. Bahkan saat melewati bagian dapur. Terlihat tumpukan makanan instan atau makanan siap saji yang diantar ke rumah.

Just Stay Beside Me | Forth & Beam's StoryWhere stories live. Discover now