Setelah bersiap dengan pakaian kerjanya, pria mapan itu biasanya segera turun untuk sarapan. Ketika onyx kepunyaannya melihat punggung sempit yang terlihat indah itu dan menjadi pemandangan di tiap pagi.
Beam yang tengah memasak.
Namun ada yang beda dengan pemuda itu, Forth melihat bahwa air yang sedang direbus sudah mendidih. Tidak juga ia hiraukan.
Sepertinya dia sedang melamun?
Forth hendak menyentuh pundak Beam untuk menyadarkannya. Tangan yang terjulur hampir sampai. Ketika sebuah ucapan meluncur dari bibir tipis Beam.
Forth sempat terkejut terlebih saat ia melihat telunjuk kanan Beam teriris. Bagaikan tersadar dari lamunan atau kecerobohan yang tak disadari, jemari kiri Beam malah menyentuh panci yang terisi air mendidih.
"Hei, kenapa kau ceroboh sekali? "
Secara reflek Forth meraih tangan atau tepatnya kedua tangan Beam yang terluka. Dibasuhnya dengan air yang mengalir. Dan ditutup sementara dengan tisu makan terdekat.
Setelah mematikan kompor, Forth meraih kotak P3K dan menutup jemari Beam yang teriris serta mengoles salep pada tangan yang menyenggol panci panas.
Sementara Beam hanya terdiam menerima semua perlakuan Forth. Pemuda itu bisa mendengar desah nafas berat pria dihadapannya.
"Aku tidak tahu... Apa yang mengganggu pikiranmu saat ini, Nong. Namun dapur bisa menjadi area yang paling berbahaya jika kau teledor seperti tadi. Mengerti? "
"Aku... Minta maaf, P'Forth..."
Forth terdiam mendengar penyesalan Beam. Dia pun tidak tahu kenapa bersikap seperti itu. Terlebih efek semalam ketika dia menceritakan kisahnya pada Beam.
Orang asing yang entah bagaimana membuat Forth jujur pada dirinya yang terluka. Membuka rahasia yang hanya ia pendam seorang diri.
Beam... Orang asing itu...
"Sudahlah... Kau jangan memasak lagi. Di ujung gang ada penjual bubur. Kita sarapan bersama di sana, ambil tasmu, Nong, "
Pagi itu mereka sarapan bersama. Ada hal yang tidak Forth ketahui bahwa pada malam ketika ia menyentuh wajah Beam. Sesuatu dalam diri Beam tentang Forth mulai berubah.
.
.
.
.
Hari mulai petang dan matahari mulai hilang di pelantaranya. Suara bising kendaraan yang hendak kembali ke rumahnya masing-masing.Forth masih disibukan dengan tumpukan kertas berisikan proyeknya. Dia baru menyadari bahwa kalender yang menunjukan besok, dilingkari merah.
Ah... Hari ulang tahun Beam.
Bagai kesetanan pria itu segera merapihkan barangnya dan pergi meninggalkan kantornya.
Ia sengaja melajukan mobil SUV hitamnya lebih cepat. Setelah mengambil hasil cetakan foto, Forth pergi ke kampus Beam. Ia tidak mengabari kehadirannya untuk menjemput Beam.
Maka disinilah ia sekarang, di dalam mobilnya, menunggu kehadiran Beam. Mata onyx nya menemukan Beam yang berjalan dari arah kejauhan.
Pemuda tampan dan manis itu sibuk dengan bawaannya, jemari tangannya yang terluka tadi pagi rupanya digunakan untuk menahan beban buku setebal kitab.
Bahkan Forth bisa membayangkan betapa ngilunya menahan sakit di tangan. Salah satu anggota tubuh yang sering digunakan.
Forth hampir keluar dari mobilnya, saat ia melihat seorang pemuda lain menghampiri Beam. Pemuda dengan tubuh lebih pendek itu, segera membantu Beam dengan bawaannya.
YOU ARE READING
Just Stay Beside Me | Forth & Beam's Story
Romance"Meskipun itu menyakitkan, aku takkan berhenti mencintai Calon Dokter itu," . . . Perjalanan dinas ke Swiss membuat Forth bertemu dengan Beam. Pertemuan yang rupanya membawa mereka pada takdir yang tak terduga. Saat kejujuran yang menyakitkan it...