Prolog

8.8K 518 21
                                    

"Pernikahan bisnis," ucap Nathaniel

"Whattt !!!" seru Eleanor dan Rebecca bersamaan

"Hari gini masih ada aja yang begituan, emangnya Kak Iel gak laku ya?" celetuk Eleanor.

Rebecca tertawa tergelak mendengar penuturan sepupunya itu, sementara Nathaniel menarik leher Eleanor masuk ke dalam kungkungan lengan atasnya.

"Sembarangan, ganteng begini dibilang gak laku. Nih buktinya kakak sepupu kamu klepek-klepek sama aku," kata Nathaniel gemas.

"Ishh, emangnya El gak tau kalo  Kak Becca terpaksa terima Kak Iel karena kakak gak laku. Weekkk," balas Eleanor.

"Sembarangan !!" ucap Nathaniel sambil menjentik dahi Elleanor pelan, yang kemudian diangguki oleh Rebecca dan menjepitkan tangan nya di hidung mancung Elleanor.

"Awwww ..., " pekik Elleanor. "Gini nih kalo pergi sama kalian, selalu sengsara. Aku teraniaya, Tuhan," ucap Eleanor sambil melepas kan diri dari kungkungan Nathaniel, mengelus dahinya lalu merapikan rambutnya.

"Kalian sering mesra-mesraan di depan anak polos kayak aku, udah gitu kalian juga sering bully aku," tambah Elleanor sambil mengerucutkan bibirnya.

Sebenarnya perkataan itu benar berasal dari dalam lubuk hatinya, ia memang menghindari pergi bertiga bersama Nathaniel juga Rebecca. Demi kesehatan jiwa dan hatinya. Mereka berdua tak malu mengumbar kemesraan, berpelukan atau berciuman walaupun ada dirinya di situ.

Dan semua orang pun tahu bagaimana sakitnya melihat pria yang kita cintai melakukan itu.

"Sorry Princess." Nathaniel menarik tubuh Eleanor ke dada nya dan memeluknya.

"Aku lebih seneng pergi bertiga sama kamu Elle, daripada berduaan sama Nathan doang. Sepi gak ada kamu," ucap Rebbecca, ia mendekati Nathaniel dan ikut mengelus rambut pirang kecoklatan milik sepupunya itu.

"Klo ada kamu, aku gak akan kegoda mesumin Becca terus," tambah Nathaniel.

Nyut...

Hati Elleanor kembali berdenyut sakit, ia tersenyum pahit mendengar lelucon Nathaniel yang terdengar seperti ejekan di telinganya. Ia mencubit gemas pinggang Nathaniel, begitu juga dengan Rebecca yang ikut mencubit pinggang Nathaniel.

"Awww... kok jadi aku yang di bully, kan cuma bercanda," elak Nathaniel.

"Gak lucu bercandanya," ucap Eleanor jujur yang kemudian ditanggapi kekehan oleh pria itu sambil mengelus rambut panjangnya.

"Aku kesepian klo gak ada boneka ku ini," kata Nathaniel sambil kembali mengacak rambut Eleanor.

"Nathan, kamu tahu siapa yang mau dijodohkan dengan kamu?" tanya Rebecca.

"Kata papa sih, putri temennya papa, pengusaha yang perusahaannya lagi berkembang. Aku gak tau siapa. Aku juga gak tertarik buat cari tau," jawab Nathaniel.

"Gak ada cara lain apa Kak?" tanya Eleanor.

"Ada. Tapi sulit ...," ucap Nathaniel, ia menoleh ke arah Rebecca dan matanya kini menatap kekasihnya sendu.

"Kamu kok liatin aku kayak gitu? Apa yang bisa aku bantu, Than?" tanya Rebecca.

"Iya, kalo ada cara lain kita coba dulu, Kak. Daripada nikah sama orang yang gak kita cinta," ucap Elleanor.

Walaupun ia mencintai pria di hadapannya, tapi jika di suruh memilih, ia tidak akan mau jika dipaksa menikahi Nathaniel. Karena ia tahu betul siapa yang ada di hati Nathaniel, dan Eleanor tidak mau menghabiskan hidupnya dengan perasaan sakit juga cemburu seperti yang ia alami sekarang.

"Jika aku membawa perempuan yang bersedia menikah dengan ku, orangtuaku akan membatalkan perjodohan itu," ucap Nathaniel.

"Nah tuh gampang, Kak Iel kan udah punya Rebecca," potong Elleanor cepat.

"Aku juga maunya begitu," jawab Nathaniel pelan sambil memandangi wajah Rebecca yang kini berubah tegang dan memucat.

"Kamu kan tau aku gak bisa menikah selama setahun ke depan," ucap Rebecca pelan.

"Aku tahu," jawab Nathaniel, ia hanya tersenyum kecut mendengar jawaban kekasihnya

"Loh, kenapa Kak Becca? Apa yang aku gak tahu di sini?" tanya Elleanor heran.

"Aku keterima magang di rumah busana ternama di Milan. Ini kesempatan emas buat aku, El. Di sana aku bisa belajar dan berguru sama desainer-desainer kondang kenamaan. Program Magangnya dua tahun, dan ada peraturan bahwa dilarang menikah dan hamil pada tahun pertama," jelas Rebecca.

Elleanor dan Nathaniel terdiam, mereka berdua tahu impian seorang Rebecca adalah menjadi seorang desainer, mempunyai butik yang menjual pakaian hasil karyanya dengan brandnya sendiri.

"Kalian tahu betul apa cita-citaku, dan ini akan menjadi kesempatan emas  untuk membuat brandku sendiri. Bermodalkan pengalaman dari tempat itu, aku bisa meraih kesuksesan lebih cepat," tambah Rebecca.

Ruangan itu kembali hening, Eleanor cukup sedih jika sepupunya ternyata tidak bisa bersatu dengan pria yg dicintainya. Tapi ia juga mengerti alasan Rebecca menolak menikahi Nathaniel cepat-cepat, karena ia tahu seberapa penting impian Rebbeca itu. Impian yang membuatnya dapat diakui tanpa embel-embel Kournikova dibelakang namanya.

Sedangkan ia tidak mungkin mengajukan diri untuk pura-pura menjadi wanita yang akan dinikahi Nathaniel. Demi Tuhan, keluarganya akan menentang keras. Dia masih duduk di bangku SMA !

Prolognya segini aja dulu ya, biar penasaran 😂😂😂😂😂

E L L e : My WonderwallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang