Haiiii ..... sorry ya kelamaan updatenya, sibuk sama pekerjaan baru jadi gak sempet ngetik ini. insya allah kedepannya makin lancar kerjaan sama nulisnya, doain ya.
jangan lupa vote dan komennya
***
Eleanor, Syah, Yaya dan Putra tengah menikmati jajanan yang kebetulan melintas di depan sekolah mereka. Potongan batagor dengan saus kacang, dibungkus plastik, diikat lalu cara memakannya melalui ujung plastik yang sudah dilubangi dengan cara digigit.
Cara makan baru yang Eleanor ketahui sejak dirinya pindah ke Jakarta, dan memang terasa lebih nikmat seperti kata Syah. Namun, untuk mendapatkannya mereka harus menunggu si penjual lewat depan sekolah mereka dengan gerobak yang didorongnya. Dan biasanya mereka menunggu bersama-sama sambil menemani Eleanor yang juga menunggu dijemput supirnya. Jajanan di kantin mereka semua adalah makanan sehat dan tidak mungkin diijinkan untuk memakan makanan langsung bersamaan dengan plastiknya ke dalam mulut mereka.
Eleanor dan Syah tertawa terkekeh, saat melihat Yaya yang gugup dan malu karena ibu jari Putra yang menyentuh bibirnya, menghapus sedikit saus kacang yang menempel di sudut bibirnya.
"Ehmmm ... mau juga digituin doooonngggg," ledek Eleanor sambil mengoleskan sedikit saus kacang ke sudut bibirnya dan pipinya.
"Oggaahhh ...." tolak Putra sambil melengos memandangi kembali Yaya yang kini menunduk malu.
"Ishh ... pilih kasih dia mah. Aku kan mau juga di romantisin kayak gitu."
"Mang, ada elap gak? Itu El minta lap buat ngelap mukanya," seru Putra pada penjual batagor.
"Adanya lap ini Neng, kasian atuh muka mulus begitu pake lapnya Mamang," balas si penjual sambil memperlihatkan sebuah lap motif garis-garis dengan ceceran minyak di sekelilingnya.
"Sialan, muka gue disamain sama pantry, lapnya pake bekasan lap minyak," ucap Eleanor sebal yang disambut kekehan Yaya, dan Syah.
"Huss ... Eleanor Kournikova ketauan ngomong lo-gue sama Kanjeng Mami, entar dipecat jadi anak loh," tambah Yaya, yang makin di sambut gelak tawa Putra dan Sayah.
Ya, mereka berempat memang tidak pernah berbicara dengan menggunakan bahasa yang umumnya anak muda pakai. Selain karena Eleanor yang tidak terbiasa, _ia lahir dan besar di Singapura_ Maminya juga memang melarangnya.
Syah mengeluarkan tisu dari tasnya lalu memberikannya pada Eleanor, "Terimakasih Syah cantik, besok awak boleh beli apapun makanan di kantin yang awak mau, saye traktir ," ucap Eleanor
"Iye keh?" pekik Syah girang.
"Iye lahhh, awak teman cantik, comelku yang baaaiikkk hati, tak macam dia orang. Biar dia orang esok gigit jari je lah," lirik Eleanor, pada Putra dan Yaya yang terkekeh geli mendengar percakapan bahasa Melayu dua sahabatnya.
Bahasa Melayu tak asing lagi untuk Eleanor, ia menggunakannya sebagai bahasa kedua saat masih tinggal di Singapur selain bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Jadi saat ia bertemu Syah, si gadis Melayu, ia seolah kembali ke masa dimana ia masih tinggal dan berkumpul dengan keluarganya di sana.
"El, calon mertua datang tuh," tegur Yaya.
"Eh ... kok?" Eleanor langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Yaya, ia sedang menunggu supir Nathaniel yang akan mengantarnya pulang karena pria itu sedang sibuk dengan pekerjaannya. Hal yang disyukurinya karena intensitas pertemuanyya jadi berkurang dan jantungnya dapat berdetak dengan normal kembali.
Sejak kejadian di mobil beberapa hari lalu, ia memang belum bertemu lagi dengan Nathaniel karena pria itu yang mendadak pergi keluar kota, tapi mereka masih saling bertukar pesan juga video call setiap malam seperti sebelumnya. Siang ini ia tiba dari Surabaya, dan langsung ke kantornya karena ada meeting penting katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E L L e : My Wonderwall
Novela JuvenilHidup Eleanor terlihat sempurna, semua orang mengagumi dan menyayanginya, terlepas dari segala tingkah manja dan kekanakkan nya. Ia gadis cantik juga baik hati. Dibalik kesempurnaanya, ada satu hal yang tidak bisa ia miliki, Nathaniel Adlian Akbar...