***Nathaniel mengerjapkan mata, menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Tidurnya terasa sangat nyenyak, walaupun nyeri masih terasa di sendi-sendi, tapi perasaanya terasa lebih baik dari sebelumnya. Hidungnya mengendus wangi segar familiar seseorang yang ia kenal dan juga ia rindukan, Nathaniel mendongakkan kepala dan melihat Eleanor tengah tertidur dengan tangan menyangga kepalanya.
Nathaniel tersenyum memandangi gadis di hadapannya, entah sejak kapan ia begitu menyukai melihat wajah tertidur Eleanor. Sepertinya ia akan betah memandangi wajah polos itu, menungguinya sampai Eleanor terbangun. Dulu saat masih kuliah di State, hampir setiap malam ia video call dengan Rebecca hanya untuk mengganggu tidur Eleanor, Nathaniel tersenyum mengingat masa-masa itu.
"Ayolah, Becca. Cepat pergi ke kamarnya El, liatin dia tidur dulu sebentar," rajuknya kala itu kepada Rebecca.
"Aku ngantuk, Nathan," ucap Becca sambil menguap menahan kantuk.
"Lima menit aja, pleaseee," mohon Nathaniel lagi, "Manatau dia ileran lagi kayak kemaren, biar bisa di rekam," tambahnya sambil terkekeh.
"Lagian lucu kan liat muka bantalnya gemesin kalo pas digangguin kita," tambah Nathaniel yang dibalas anggukan dan tawa Rebecca karena mengingat wajah kesal merajuk sepupunya itu.
Rebecca pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar Eleanor berada, tepat di sebelah kamarnya, membuka pintu perlahan dan berjalan mendekati sepupunya yang tengah tertidur. Di sana Eleanor tampak tertidur dengan damai, tidak ada bunyi dengkuran halus ataupun bibirnya yang terbuka seperti biasa. Dia tertidur sangat cantik, wajahnya tersenyum seolah bermimpi indah juga menyenangkan, rambut pirang kecoklatan yang tergerai alami di bantal putihnya. Dari sanalah Nathaniel seperti melihat sosok lain Eleanor, dia sangat sangat cantik pada saat itu dan terpesona pada sang putri tidur. Tanpa Rebecca sadari, video call mereka saat mengganggu tidur Eleanor akan ia rekam dan simpan di ponsel atau laptopnya. Semuanya masih tersimpan rapi di sebuah file rahasia.
Nathaniel tersenyum mengingat masa-masa itu, kadang ia berkhayal bisa melihat wajah polos itu di sisinya saat pertama kali ia terbangun. Kini khayalannya menjadi nyata, gadis itu tengah tertidur lelap di sisinya, dan ia masih betah menatap lekat wajah Eleanor tanpa merasa bosan sama sekali. Ingin jemarinya menyentuh dan menghafal setiap lekuk wajah itu tapi ia urung lakukan karena tidak mau gadis itu terbangun dan membuatnya kehilangan pemandangan indah.
Sebulan jauh dari Eleanor, ia mendapati hatinya yang tersiksa dan gelisah karena ingin sekedar melihat wajahnya, menghirup wangi aroma tubuh gadis itu, mencium dan mengelus halusnya rambut itu. Ya, dia mengaku kalah.
Kalah oleh emosi yang selalu membara saat pria-pria tampan dekat dengan gadis kecilnya. Kalah oleh cemburu saat oranglain membuat dia tertawa bukan dirinya. Kalah oleh rasa penasaran yang menghampiri setiap hari, akan apa yang tengah dilakukan oleh gadis itu. Kalah oleh rasa bahagia yang ditularkan Eleanor tidak hanya untuk dirinya tapi juga orang-orang di sekitarnya. Kalah oleh rasa nyaman saat ia bisa memeluk tubuh mungil yang selalu pas berada dalam dekapannya, dan menghirup aroma khas yang mengalirkan rasa nyaman ke seluruh tubuhnya. Terakhir, kalah oleh rasa yang baru disadari bahwa ia ingin memiliki dia hanya untuk dirinya. Menjadikan Eleanor selalu di sisinya, tertawa dan tersenyum hanya untuk dirinya bukan untuk sementara tapi selamanya.
"Jika ini cinta, ya, aku mencintaimu Eleanor Kournikova," gumamnya.
Awalnya ia coba mengingkari, menjaga perasaan yang ingin membuncah keluar karena pengakuan Eleanor hanya karena ingin setia kepada Rebecca. Nyatanya, saat Rebecca tidak pernah absen menghubungi dan berbincang dengannya setiap malam tetap saja ada sesuatu yang kurang di sana. Ia telah berusaha menjaga jarak dengan Eleanor, menghindar dan menyibukkan diri untuk melupakannya, tapi hati tidak dapat di bohongi. Hatinya terus memanggil berharap Eleanor ada di hadapan lalu memeluk dan memberikan usapan menenangkan pada punggungnya, berbincang, dan mendengarkan keluh kesahnya lalu dihibur dengan kecerewetan juga kekonyolan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
E L L e : My Wonderwall
Novela JuvenilHidup Eleanor terlihat sempurna, semua orang mengagumi dan menyayanginya, terlepas dari segala tingkah manja dan kekanakkan nya. Ia gadis cantik juga baik hati. Dibalik kesempurnaanya, ada satu hal yang tidak bisa ia miliki, Nathaniel Adlian Akbar...