Hai...
Mulai di bab ini perubahan alur berbeda dari yang kemarin ya, aku bosen dengan si tokoh yang sedih terus, kasian El hahaha...
Happy reading yaaa..***
***
Eleanor memandangi kaca besar dihadapannya, membersihkan sisa airmata yang sempat mengalir dipipinya. Ia teringat pembicaraanya bersama kakak tertuanya, Ricky. Ia tak menyangka bahwa kakaknya akan cepat mengetahui apa yang tengah terjadi dengan dirinya.
Flashback
"Baby, is it ok?" tanya Ricky yang sedang menyuapkan potongan kue ke dalam mulut Eleanor, hal yang sering ia lakukan saat bersama dengan adik perempuan kesayangannya.
"Apa maksud mas Iky? Aku baik-baik saja, I'm fine." Eleanor menjawab sambil menikmati red velvet yang melumer di dalam mulutnya, "Nafsu makanku juga masih sama seperti dulu."
"Bukan itu maksudku. Apa kamu bahagia dengan pertunangan ini?"
Kunyahan Eleanor terhenti dan memelan, ia sudah berusaha memasang wajah riang dan bahagianya tapi pria dihadapanya itu terlalu sulit untuk dikelabui.
"Mas dapat melihat dan merasakan perasaan kamu yang tulus untuk pria itu, i can feel it. Tapi bagaimana dengan dia? Aku rasa dia tidak pantas menerima perasaan kamu ini, baby. Dia ...."
"Dia, kenapa mas Iky?"
"Aku tidak melihat perasaan yang sama seperti yang kamu rasakan, entahlah. Pria itu memandangmu dengan lain, bukan tatapan cinta yang kita selalu lihat antara Papi dan Mami tapi lebih seperti aku dan kamu, baby."
Eleanor menghela nafasnya pelan, kakaknya yang satu ini memang memiliki jiwa jurnalis sejati sehingga mudah baginya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"El memang mencintainya, Mas."
Hanya itu yang mampu Eleanor katakan, ia tidak mungkin menceritakan keseluruhan cerita ini bisa-bisa Nathaniel akan menjadi samsak sasaran kedua kakaknya .
Ricky menghapus krim cake yang tertinggal di sudut bibir adiknya dengan tisu, lalu menggenggam tangan Eleanor erat.
"Sebenarnya mami yang meminta mas Iky pulang dan memintaku berbicara dengan kamu. Feeling seorang ibu tidak pernah salah saat beliau merasakan ada yang mengganjal dihatinya. Dan setelah aku amati, ternyata aku tahu penyebab kegundahan hati mami."
"Aku dan Mami hanya ingin yang terbaik untukmu, Baby. Kami ingin, kamu mendapatkan pendamping seperti Papi yang akan selalu memperjuangkan cinta yang mereka miliki, berdua saling menguatkan dan menjaga cinta yang dimiliki untuk kebahagiaan keharmonisan keluarga. Kebahagiaan itu sulit tercapai jika hanya kamu sendiri yang berusaha mempertahankannya, hatimu akan sakit, suatu saat kamu akan lelah."
Eleanor tertunduk, dan airmata mengalir dari sudut matanya. Betapa keluarganya pun mengkhawatirkan dirinya yang terlarut dalam perasaannya, mengorbankannya demi kebahagiaan orang lain.
"Jangan menangis, Baby. Kamu masih memiliki waktu yang panjang sebelum kalian menikah. Pikirkan baik-baik apa yang Mas katakan barusan. Aku harap kamu tidak memilih pria itu untuk menjadi suamimu kelak, kecuali kamu berhasil menaklukan hatinya. Membuat dia menatapmu dengan rasa cinta yang sama bahkan lebih besar dari apa yang kamu rasakan sekarang."
Eleanor hanya menganggukkan kepalanya, walaupun sebenarnya dalam hatinya ia menolak apa yang kakaknya katakan. Nathaniel tidak akan pernah menatapnya dengan perasaan cinta apalagi menjadi suaminya, semua ini hanya sementara.
KAMU SEDANG MEMBACA
E L L e : My Wonderwall
Teen FictionHidup Eleanor terlihat sempurna, semua orang mengagumi dan menyayanginya, terlepas dari segala tingkah manja dan kekanakkan nya. Ia gadis cantik juga baik hati. Dibalik kesempurnaanya, ada satu hal yang tidak bisa ia miliki, Nathaniel Adlian Akbar...