Play Mulmednya Meghan Trainor yaa...
***Eleanor sedang duduk di gazebo belakang rumahnya, menikmati angin semilir di ruangan terbuka itu sambil mendengarkan suara gemericik air menenangkan, yang berasal dari air terjun mini buatan. Beberapa buku dan kertas berserakan di dekat kakinya, ia sedang mempersiapkan diri untuk ujian semester esok hari.
Eleanor memilih belajar di tempat itu karena ingin lebih fokus pada pelajaran yang akan diujiankan esok hari. Jika sedang berada di kamar, berulangkali fokusnya teralihkan karena terbawa perasaan sedih dan sakit yang sedang dirasakan oleh hatinya. Bukannya mudah mengusir rasa kecewa dan sedih itu, tapi ia tahu hidup harus terus berjalan dan pendidikannya saat ini menuntut untuk lebih diperhatikan.
“Hai, Princess,” sapa pria yang menjadi sumber kegundahan hati Eleanor, gadis itu mengangkat wajahnya dan tersenyum pada pria itu. Tidak ada alasan ia harus benci Nathaniel, karena ia sadar bahwa dirinyalah yang salah mengartikan perhatian pria itu.
“Ooohh … hai, Kak,” balas Eleanor sambil menarik kaki jenjangnya yang terjulur ke depan, mengisyaratkan bahwa ia mempersilahkan pria itu duduk bersamanya.
Nathaniel menaruh nampan yang dibawanya di pojokan gazebo, dekat minuman yang sudah tersedia disana.
“Mama membuatkan kue ini untuk kamu, Mama nyuruh aku bawain ini katanya buat nemenin kamu belajar,” ucap Nathaniel sambil mengarahkan matanya ke puding yang tersaji di piring yang ia bawa. Maminya Eleanor tadi memotong-motong puding cake itu setelah menerimanya dari tangan Nathaniel, lalu menyuruhnya untuk membawa ke Eleanor.
“Tolong sampaikan terimakasihku untuk Mama ya, Kak.” Eleanor tersenyum kepada Nathaniel, “Aku akan mencicipinya nanti, nanggung mau selesaikan latihan ini dulu.”
“Baiklah, aku tidak akan mengganggu. Besok ujian apa?”
“Bahasa Indonesia, Kak.”
Nathaniel menganggukkan kepalanya, “Ohh, memang dibutuhkan konsentrasi khusus untuk membaca soal-soal ujian itu. Belajarlah, aku akan menemanimu disini.”
Eleanor lagi-lagi tersenyum, dan melanjutkan mengerjakan latihan soalnya. Nathaniel beringsut duduk di sebelah Eleanor dan mengeluarkan tab-nya. Ia menghirup dalam-dalam aroma yang menguar dari gadis yang duduk di sebelahnya, aroma manis sekaligus lembut khas gadis itu.
“Kamu baru mandi ya, El?” tanya Nathaniel. Gadis itu hanya menoleh dan menganggukkan kepala, lalu kembali menekuni kertas dihadapannya. Nathaniel juga kembali memusatkan perhatiannya pada tab di tangannya, mengecek email laporan perusahaanya.
Keduanya kini terlarut dengan benda yang ada dihadapan mereka, keadaan mendadak hening kemenit-menit selanjutnya. Saat Mariana memanggil mereka untuk menemaninya makan siang, barulah mereka mengakhiri keheningan itu. Hanya obrolan pendek yang keduanya lakukan, tidak ada canda tawa seperti biasa. Di meja makan hanya ada Mariana, Nathaniel dan Eleanor. Roberto tengah menemani Julian yang minta ditemani main golf.
“Mam, El setelah ini mau tidur siang ya. Nanti sore baru lanjutin lagi belajarnya,” ucap Eleanor sambil merapikan piringnya yang sudah bersih dari makanan.
“Iya, istirahat aja. Mami gak kemana-mana kok, nanti Mami bangunin.”
“Terima kasih makan siangnya, Tante. Makanannya lezat seperti biasa,” puji Nathaniel.
“Sama-sama, Nathan. Tolong sampaikan rasa terimakasih Tante buat Mama kamu ya, udah bikinin puding kesukaan El,” balas Mariana.
“Baik, Tante. Akan Nathan sampaikan pada Mama. Nathan pamit ya, Tante.” Nathaniel beranjak dari kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
E L L e : My Wonderwall
Teen FictionHidup Eleanor terlihat sempurna, semua orang mengagumi dan menyayanginya, terlepas dari segala tingkah manja dan kekanakkan nya. Ia gadis cantik juga baik hati. Dibalik kesempurnaanya, ada satu hal yang tidak bisa ia miliki, Nathaniel Adlian Akbar...