-¤-
Pelajaran kali ini diawali dengan pelajaran sejarah. Di pertengahan pelajaran, mata Aliva perlahan-lahan semakin memberat dan pada akhirnya kedua mata Aliva sudah benar-benar tertutup rapat.
"Liv bangun Liv."
"Apaan?" tanya Aliva sedikit mendongak melihat Shalsya yang sedikit menganggu tidurnya.
"Lo kerjanya tidur mulu ah. Lo nggak tau pelajaran apa sekarang? Kalau--"
Ucapan Shalsya tiba-tiba terpotong karena seorang pria yang tiba-tiba menyudahi pembicaraanya dengan Aliva.
"Yang dibelakang kenapa ribut sendiri?" tanya seorang pria yang berada didepan sambil berdiri menatap Aliva dan juga Shalsya.
"Tau pak. Berisik banget dari tadi." celetuk Seba tiba-tiba.
"Bukan ah! Ini nih... si... si Aliva tidur dikelas." ucap Shalsya mengarahkan tangannya tepat didepan Aliva.
"Aliva keluar dari kelas saya. Bukannya kamu tau sendiri kalau saya tidak ingin murid saja tidur saat pelajaran saya berlangsung?" tanya pria tersebut yang dikenal dengan pak Rudi.
"Ya iya." jawab Aliva malas seraya memutarkan bola matanya dan melangkahkan kakinya dengan gontai mendekati pintu kelas.
Saat berada dipintu kelas dan berencana untuk berjalan menuju rooftop, matanya terkunci kepada sesosok lelaki yang juga ikut keluar dan melihat Aliva.
Tak lain dia adalah Alvino.
Ngapain lagi tuh cowok, batin Aliva.
Aliva? Ngapai dia keluar, batin Alvino.
"Lo kenapa keluar?" tanya Alvino sembari berjalan mendekati Aliva.
"Gue kena hukum. Tiduran soalnya." jawab Aliva bernada sedikit malas dan bete.
"Mampus lo!"
"Dan lo sendiri ngapain?" tanya Aliva.
"Hukum." jawab Alvino singkat.
"Rasain lo! Udah ah gue pengen ke rooftop."
Aliva kemudian melewati tubuh Alvino dan sayangnya langkah Aliva terhenti ketika tangannya terasa ada yang ditarik.
Siapa lagi kalau bukan Alvino Anggara Putra namanya? Sontak itu membuat Aliva menoleh dengan wajah bingungnya.
"Apaan sih?"
"Gue ikut ya?"
"GAK!"
"Lo kok galak banget sih?"
"Gue lagi bete ya?"
"Pokoknya gue mau ikut!!!" teriak Alvino membuat Aliva mematung dan sedikit membulatkan matanya tidak percaya.
"Ya-yaudah deh. Serah lo aja." ucap Aliva datar melewati tubuh Alvino untuk melangkah menujuh rooftop.
-¤-
Sesampainya mereka di rooftop, terdapat sebuah angin sejuk menyentuh kulit putih halus pada seorang gadis dengan seorang lelaki yang menyusulnya dari belakang.
Seandainya saja ditempat ini terdapat sebuah kasur, pasti Aliva sudah tertidur pulas hingga jam pelajaran berakhir.
"Mau ngapain disini?" tanya Alvino meletakkan kedua tangannya di saku celananya.
"Nggak papa. Cuman mood aja pengen kesini." jawab Aliva sambil duduk disebuah kursi panjang.
Melihat Aliva begitu menikmati udara dan pemandangan, Alvino akan mencuri keadaan untuk memikat hati Aliva di tempat ini.
Perlahan-lahan kaki Alvino melangkah dan duduk tepat dibelakang Aliva. Dan memajukan tubuhnya hingga pada akhirnya punggung Aliva dan badan Alvino menyatuh.
Belum puas, Alvino memeluk tubuh Aliva hingga tubuh Aliva seketika merinding dan terlonjak kaget.
"LO NGAPAIN SI ANYING!!!" teriak Aliva melepaskan pelukkan Alvino tetapi tidak bisa.
"Gue pengen peluk lo." jawab Alvino memejamkan matanya seraya meletakkan dagunya di atas bahu Aliva.
"Geli Vin. Dan lo nggak tau malu banget sumpah." ucap Aliva masih berusaha melepaskan pelukkannya tetapi seketika Aliva menyerah begitu saja.
"Biarin. Lagian nggak ada orang sama sekali kok disini." ucap Alvino mengeratkan perutnya hingga tubuh Aliva terasa hangat dan nyaman.
Bangsat. Enak juga ya dipeluk sama Alvino, batin Aliva diam-diam sedang tersenyum.
"Nyaman ya?" tanya Alvino tiba-tiba.
"Apaan sih? Udah lepasin." ucap Aliva sebenarnya tidak ingin Alvino melepaskan pelukkannya yang nyaman ini.
"Jangan boong deh. Lo pasti suka sama pelukkan gue kan?" tanya Alvino bernada sedikit menggoda.
"IYA!"
"Hah?"
"EH MAKSUDNYA KAGAK!"
Anju... salah ngomong dah gue. Mampus dah, batin Aliva.
Alvino akhirnya melepaskan pelukkannya dan mengubah posisinya untuk duduk disamping Aliva.
"Lo itu sebenernya cinta nggak sih sama gue?" tanya Alvino membuat keadaan menjadi serius.
Ih sih anying malah ngomong tentang ginian jir. Tapi gue ngaku nggak ya, batin Aliva.
"Sebenernya gue kurang apa sih? Hingga lo nggak mau sama gue. Gue kan ganteng, tajir, kaya. Kurang apa coba?" tanya Alvino dengan mata memperhatikan langit-langit biru.
"Jijik sumpah." guman Aliva.
"Dan gue pengen banget lo jadi pacar gue." ucap Alvino.
"Pengen banget ngerasain gimana pacaran itu. Pengen banget ngerasain kasih sayang dan cinta yang lo kasih ke gue."
Mendengar curahan hati dari Alvino, Aliva sedikit tersentuh dan memperhatikan Alvino dengan tatapan lembut.
"Gue juga pengen tau. Rasanya sakit hati, cemburu, kangen itu sama cewek kayak apa."
"Padahal masih banyak cewek lain yang sebenernya lebih seksi dari pada lo. Lebih montok dari pada lo."
Setan nih bocah, batin Aliva menyipit matanya tersinggung.
"Tapi gue pengen elo aja. Gue lebih milih lo aja."
"Nah terus...?" tanya Aliva.
"Lo mau jadi pacar gue nggak?"
Gitu aja..., batin Aliva seraya memikirkan jawaban untuk pertanyaan Alvino yang berada disampingnya.
-¤-
![](https://img.wattpad.com/cover/125232809-288-k473248.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]
Teen Fiction[Proses revisi chp.1. Maaf karena banyak perubahan] "Gue bakal berusaha untuk ngebuat diri lo bisa deket sama gue !!" -Alvino. "Kalau gue nggak mau?" -Aliva. "Pasti mau !!" -Alvino. Diantara keduanya, terdapat sebuah perselisihan yang tidak kelar-ke...