🌟CHAPTER DUA PULUH TUJUH

3.6K 166 7
                                    

-¤-

Bel pulang berbunyi. Shalsya, Seba, Aliva, Firdaus, Alec dan Sanjaya sudah berkumpul disuatu tempat. Alasan mereka berkumpul pastinya ingin mencari Alvino yang hari ini tidak masuk sekolah.

Ditambah lagi dengan sifat Alvino yang kemarin cukup aneh, membuat Aliva kebingungan bahkan cemas memikirkan Alvino.

"Jadi, gue kebetulan bawa mobil. Kita sama-sama pergi ke taman. Soalnya gue tau banget kalau dia lagi bosen atau apalah, dia pastinya pergi ke taman." ucap Sanjaya panjang lebar.

"Yaudah. Tunggu apa lagi?" tanya Firdaus membuat kepala Aliva mengangguk cepat.

Sanjaya dan Aliva duduk paling depan. Sedangkan yang lain duduk paling belakang.

Perlahan-lahan mobil melaju dengan kencang untuk menuju lokasi yang dituju.

Selama diperjalanan, Aliva berharap semuanya bisa menemukan Alvino. Aliva juga hampir ingin menangis karena ia sangat mencintai Alvino. Tetapi keadaan akhirnya menjadi seperti ini.

"Liv. Sabar ya. Nanti Alvino bakal ditemuin kok." ucap Shalsya.

"Iya Liv. Doain aja yang terbaik." sambung Firdaus.

"Makasih ya? Kalian semua emang baik." ucap Aliva berterimakasih.

Tak terasa mobil telah berhenti. Semuanya turun dan berkumpul untuk membagi tugas. Tugas yang akan mereka lakukan adalah, berpencar untuk mencari Alvino.

"Let's go!" seru Sanjaya langsung dijawab anggukan dan langsung mencari Alvino.

"Alvino! Lo dimana?" tanya Firdaus.

"Alvino!" teriak Seba.

"Vin! Lo dimana Vin?" tanya Alec.

Semuanya sedang sibuk mencari. Bahkan merekapun tidak tau harus mencari Alvino dimana lagi. Semuanya kembali berkumpul. Tetapi ada sesuatu hal yang ganjil.

Setalah dipikir-pikir, ada satu orang yang tidak ikut berkumpul.

"Aliva mana?" tanya Seba.

Disisi lain...

"Alvino! Alvino Dermawan Putra! Lo dimana?" tanya Aliva terisak oleh tangisan.

"Alvino jangan pergi! Jangan tinggalin gue! Gue nggak sanggup hidup tanpa lo!" teriaknya lagi.

"Alvino..." ucap Aliva menyandarkan punggungnya di tembok rumah yang kalau tidak salah sudah tak terpakai lagi.

"Alvino hiks. Lo di-- hiks mana?"

"A... Ali... Ali--- Aliva..." suara lemas dan terputus-putus itu membuat Aliva mendongakkan kepalanya.

Alhasil Aliva tidak melihat siapa-siapapun yang berada dihadapannya.

"Walaupun lo menghilang dari gue. Tapi gue bisa denger lo manggil nama gue." ucap Aliva mengira itu hanya haluannya dan khayalannya.

"A... Aliva. Gu-gue disini." suara lemas tak berdaya itu lagi-lagi menghantui pikiran gadis cantik bernama Aliva.

Dia berdiri dan memutarkan tubuhnya ubtuk mencari sesosok lelaki yang sedari tadi memanggilnya itu.

"Alvino! Lo dimana?"

"Gu-gue di dalem rumah... rumah ini."

Seketika mata Aliva membulat kala dia melihat tubuh Alvino yang sudah tak berdaya lagi di balik jendela rumah yang tak terpakai ini.

Kini Aliva tak dapat menahan genangan air yang ada dimatanya. Tangisnya seketika pecah sambil memanggil nama Alvino histeris.

"ALVINO!!!"

Aliva mendobrak pintu rumah itu walau pintunya sedikit terbuka. Berlari seraya menangis hingga dia berlutut melihat betapa kritisnya keadaan Alvino.

Darahnya telah menodai bajunya dan membasahi lantai. Pipinya juga membiru dari sudur bibir, sudut mata dan dagu.

Bahkan ada sayatan luka juga dikulit seorang lelaki bernama Alvino Dermawan Putra.

"Astagfiruallah alazim!"

"Alvino!"

Ucap semua teman Alvino dan teman Aliva histeris seraya mendekati Aliva.

"Liv Alvino kenapa Liv?" tanya Firdaus histeris.

"Gue juga nggak tau." jawab Aliva sambil menangis.

"Udah. Kita bawa aja ke rumah sakit." ajak Sanjaya.

Firdaus, Alec dan Sanjaya saling membantu untuk membawa Alvino ke dalam mobil untuk menuju ke rumah sakit.

-¤-

BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang