🌟CHAPTER DUA PULUH ENAM

3.9K 161 14
                                    

-¤-

Kali ini Aliva dan Alvino sudah berada di bandara. Banyak orang yang berlalu lalang membuat mata Aliva dan Gilang harus mencari kedua orang tuanya dengan jeli.

"Kak. Kayaknya mama sama papa belum keluar deh."

"Kayaknya. Tapi... eh! Itu mama sama papa!" Gilang mengarahkan telunjuknya antusias.

Aliva yang melihatnya pun ikut antusias. Aliva berlari dan memeluk mamanya dan papanya.

"Ma. Aliva kangen." ucap Aliva juga ikut memeluk papanya.

"Iya nak. Mama juga kangen. Nih mama bawain oleh-oleh. Tapi kita bukanya di apartemen ya?"

"Ok."

"Gilang, gimana kuliahnya?" tanya papa menepuk pundak Gilang.

"Lancar-lancar aja pa. Besok Gilang libur pa. Besok lusa Gilang baru kembali kuliah."

"Oh. Bagus kalau gitu. Uang sekolah Aliva udah dibayar?" tanya papa lagi.

"Udah kok pa. Udah lama Aliva bayar uang sekolahnya." ucap Aliva.

"Eh tunggu deh nak. Di leher kamu ada apa?"

Gawat. Kalau mama sampai tau kalau bekas dileher gue apa, bisa tamat riwayat gue, batin gue kini dengan jantung yang berdetak cepat.

"I-ini mah. Tadi A-Aliva masuk angin. Jadi Aliva kerokin leher Aliva ma."

"Bagus." ucap Gilang berbisik seraya memberikan kode dengan memberikan jempol untuk adiknya yang mulai bisa berbohong.

"Yaudah deh. Pulang yuk!" ucap mama.

Gilang, Aliva, mama dan papa menuju mobil dan memasukki koper-koper ke dalam garasi. Kemudian, melajukan mobil dengan kecepatan standar.

Di perjalanan, Aliva sempat memikirkan keberadaan Alvino sekarang. Entah mengapa Alvino berubah. Mulai dari mengirim pesan singkat, kemudian memblokir id line Aliva.

Gue harap Alvino baik-baik aja, batin Aliva.

...

"Ma, pa, Aliva pamit dulu ya? Assalamuallaikum."

"Waalaikumsalam."

Aliva berjalan bersama Gilang menuju lift. Kemudian Aliva membuka pintu mobil dan Gilang melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.

"Kak. Kemarin Alvino ada ngechat sama kakak nggak?"

"Nggak. Kemaren kakak chat malah nggak dibaca. Emang kenapa?"

"Aneh aja kak. Aku malah diblokir."

"Lho kok bisa? Mungki dibajak kali."

"Kayaknya sih."

"Udah sampai. Gih belajar yang bener."

"Iya kak iya. Dah..."

Aliva berjalan menuju pintu utama dan memasukki kelasnya. Tetapi karena tidak melihat sebatang hidungpun lelaki yang ia cari, Aliva dengan penasaran pergi ke kelasnya untuk mencari tahu.

Ketika ia sudah berada didepan kelas Alvino, Aliva sama sekali tidak melihat keberadaan Alvino. Ini membuat jantungnya berdetak dengan cepat.

"Aliva?"

"E-eh? Kak Alec. Kakak liat Alvino nggak?"

"Kakak juga pengen cari Alvino dimana. Soalnya kemaren Alvino nggak bales chat kakak."

"Waduh. Alvino dimana ya kak? Kemaren id line Aliva malah di blok sama Vino." ucap Aliva sudah mulai cemas.

"Masa sih? Kakak kora cuman Firdaus aja yang di blok."

"Kok gitu ya kak. Gimana nih kak? Aku takut Alvino kenapa-napa."

"Sama. Tapi gini aja. Nanti kakak, Firdaus sama Sanjaya bakal sama-sama nyariin Alvino. Mau ikut?" ajak Alec.

"Boleh deh kak. Seba sama Shalsya boleh ikut juga kan?"

"Boleh."

"Yaudah. Makasih ya kak."

"Yaudah."

Aliva kembali memasukki kelasnya. Saat dia memasukki kelasnya, kedua sahabatnya mendekatinya.

"Lo kemana aja sih? Kita cariin lo malah bggak ada." ucap Shalsya melipat kedua tangannya.

"Nyariin Alvino. Soalnya kemaren Alvino aneh deh."

"Emang kenapa?" tanya Seba.

"Kemaren Alvino ngeblok id line gue. Nggak tau kenapa. Tapi menurut gue sih aneh banget."

"Lah kok bisa?" tanya Seba heran.

"Makanya gue juga nggak tau. Tapi nanti pulang sekolah kita langsung cariin Alvino mau nggak? Kak Alec ajak lho." ajak Aliva berharap Shalsya dan Seba mau.

"Boleh tuh. Sekalian ketemu Firdaus ehehe." ucap Shalsya terkekeh.

"Yee..."

-¤-

BAD BOYS & BAD GIRLS [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang