Mereka semua menikmati pagi di tepi pantai. Karena hari ini, hari terakhir mereka di Bali. Dan sore nanti harus kembali menuju Jakarta.
Al terus menerus memperhatikan Syifa yang tengah asyik memotret sunrise. Gadis cantik, sipemilik senyuman manis, dengan rambutnya yang di gerai, sadar akan sosok Al yang terus memperhatikannya.
" Kak, aku fotoin yaa!" Syifa memotret Dimas dan Michelle dengan Background sunrise.
" Boleh dong Gua ikutan!" Rizky tiba-tiba menghampiri dan bergabung dengan Michelle dan Dimas.
" Sini, biar Gua yang fotoin Lu!" Verrel mengambil camera Syifa. " Pinjam dulu yaa, gadis cantik." ucap Verrel tersenyum
" Apaan sih, kok Elu. Engga ada, biar dia yang fotoin!" tolak Rizky
Mereka saling rebut camera Syifa, yang punya cuma diam tidak tahu mesti berbuat apa.
" Tuh kan.." Mereka berdua melongo melihat camera yang baru saja jadi bahan rebutannya, terjatuh ke air. Karena jarak mereka memang cukup dekat dengan bibir pantai.
" Camera ku.." Syifa berteriak hendak mengambil cameranya yang sudah terkena air.
" Apa kalian sengaja ingin membuat camera ku rusak?" teriak Syifa pada dua lelaki itu.
" Aku tidak bermaksud.. " Verrel tak tahu ia harus berkata apa lagi.
Syifa meninggalkan mereka, dan ia berlari menuju Villa. Itu camera kesayangannya, pemberian dari sang Ayah saat dia berulang tahun ke 17. Michelle yang melihat kejadian itu, ia hanya bisa merasakan apa yang sekarang adiknya rasakan.
" Adekk... " Teriak Michelle hendak menyusul Syifa
" Kalian seperti anak kecil." ucap Dimas berlalu.
Rizky dan Verrel diam tak bergeming.
Syifa merasa bahwa liburan nya tidak seperti apa yang di inginkan. Hanya masalah dan masalah yang ia temui. Amat buruk.
Dia menangis, apakah bisa camera nya berfungsi kembali? Dia merasa bersalah kepada Ayah nya, yang tak mampu menjaga, merawat, seperti apa yang Ayahnya katakan. Walau itu cuma camera. Tapi baginya ini sangatlah berharga dari apapun.
" Dek, nanti Kak Dimas coba beliin yang baru ya, yang lebih canggih, dan mahal dari ini." Dimas mencoba menenangkan.
" Ini bukan masalah mahal atau canggihnya Kak, ini salah satu pemberian Ayah yang aku punya. Dan sekarang sudah tak berfungsi."
" Bukan gitu maksud Kak Dimas, nanti kita coba service cameranya siapa tahu masih bisa berfungsi. Kak Dimas punya kenalan yang ahli banget soal camera." Michelle mencoba membenarkan ucapan Dimas, karena takut menyinggung hati adikknya.
Jakarta 9.00 am
" Dek, kakak berangkat kerja dulu yaa!" pamit Michelle pada Syifa
Masih ada waktu 3 hari untuk berlibur, sebelum ia balik ke Bandung.
Dimas menyuruh Rizky dan Verrel untuk mengantar Syifa men-service camera yang telah di buat rusak oleh kedua anak itu. Karena Dimas sedang ada meeting dan tidak bisa di tinggal. Dan sedikit memberi pelajaran, untuk lebih bertanggung jawab atas apa yang telah mereka lakukan.
" Tapi Kak Dim, aku gak bisa, Maaf! Mama hari ini mau umroh, aku mesti antar ke Bandara" Ucap Verrel memohon
" Rizky aja!" Verrel menepuk pundak Rizky. " Bro, kalo masalah biaya hubungi Gua!" sambungnya.
" Yasudah kalau gitu. Nanti jam 1 Lo jemput dia di Apartement, nanti Gua kasih alamatnya."
" Kalau dia nolak gimana?" ucap Rizky