" Jika istrinya aku itu kamu, apa kau bersedia?" lanjut Nichol.
Deg
" Lebih baik kita pulang, aku ingin istirahat. Antarkan aku dengan selamat Tuan!" Syifa mencoba mengalihkan pertanyaan Nichol, yang membuatnya tak berdaya.
Tiba-tiba terdengar tawa yang cukup keras.
Syifa mengerucutkan bibirnya. Melihat ke sumber suara yang sedang tertawa lepas.
" Aku hanya bercanda, Syifaaa." jelas Nichol mengacak-ngacak rambut Syifa.
" Aissh... Menyebalkan." Memalingkan wajah menghadap kaca jendela mobil.
' Tidak taukah, hampir saja kau membuat jantungku copot. Dan katamu itu hanya Candaan?. Mengharapkan sesuatu darimu yang lebih dari apa yang aku inginkan, memang susah untukku. Kamu memang tak peduli terhadap perasaanku, Nichol. ' Syifa merutuki dirinya sendiri.
Tawa Nichol semakin menjadi, dirinya semakin gemas akan sikap kesal Syifa barusan.
Syifa menghela nafas, mencoba bersikap tenang.
" Nichol?" Syifa mengeluarkan suaranya, yang tentu saja membuat Nichol memberhentikan tawanya.
" Kenapa Nona Senja?"
" Apa aku boleh bertanya sesuatu?"
" Tanya? Mau tanya apa? Boleh, ada apa?" tanya Nichol penasaran.
" Menurut kamu, apa dalam satu hubungan membutuhkan status dan juga komitmen?"
Pertanyaan ini membuat Nichol terdiam sejenak dan berfikir.
" Aku bukan seseorang yang mempertanyakan status, atau berkomitmen dengan seseorang, karena aku tidak suka itu."
" Ah, begitu. Jadi kamu tidak peduli dengan hal itu yaa, baiklah aku hanya bertanya saja."
" Terimakasih untuk jalan-jalannya." lanjut Syifa hendak turun dari mobil Nichol, namun seketika di tahan oleh pemilik mobil.
" Aku bukan orang yang bisa mengutarakan dengan kata-kata. Aku hanya bisa memperlihatkan sesuatu dengan sikap. Jadi, jika aku tidak bisa berbicara sesuatu pada kamu, dan hanya melakukannya dengan sikap, aku harap kamu bisa mengerti, kenapa aku bisa seperti itu!"
Syifa mengangguk. " Aku akan coba mengerti."
" Jadi jangan pernah berfikir, jika aku tidak peduli dengan kamu. Mulai saat ini, tolong percaya padaku sepenuhnya." Nichol menggenggam tangan Syifa, sementara Syifa hanya terdiam.
-
Jakarta, 10.10 AM
" Sebenarnya kita mau kemana sih, Kak?"
Suara Syifa akhirnya memecah keheningan, dirinya sudah di buat bingung dengan sikap Kakaknya yang tiba-tiba memintanya untuk memakai pakaian yang sudah di pilihnya sendiri.
" Ada deh." jawab Dimas dan Michelle bersamaan.
Di lain tempat Rizky pun di buat kesal oleh Mama dan Kakaknya. Mereka seperti sedang menunggu seseorang, yang tentunya tidak di ketahui oleh Rizky.
" Ma, kita kesini mau makan apa mau diem aja liatin orang makan?" tanya Rizky pada Mamanya yang sedari tadi tak juga memesan makanan.
" Sabar, sayang. Sebentar lagi."
" Oh.. Itu dia." ucap Ina melambaikan tangan.
Apa?
Syifa?
Jadi sedari tadi Mama nungguin Syifa?
Gerutu Rizky.
"Hallo.. Tante" sapa Michelle, lalu di susul Syifa. Ia berusaha menahan kekesalan terhadap Kakaknya, dan bersikap sebaik mungkin pada Mama Ika.