Hujan teramat deras
Kata-kata turun tak terhingga menggenangi kepala
Sedang kau dengan seenaknya berenang-renang disana.Hujan terus membasahai tubuh seorang lelaki yang masih diam di tempatnya. Tatapannya terus tertuju pada seseorang yang kini mulai hilang dari penglihatannya.
" Terimakasih untuk hari ini." ucap Syifa yang baru saja tiba di apartementnya bersama Al.
" Istirahatlah! Cepat ganti bajumu, aku takut kamu sakit!"
Syifa tersenyum melangkah masuk.
" Ky ayo!" ucap Dira memayungi Rizky yang masih terdiam dibawah derasnya air hujan.
" Apa terjadi sesuatu?" tanya Dira dalam mobil, hendak mengambil handuk yang tersimpan di kursi belakang mobil.
" Kak Michelle." teriak Syifa saat melihat Kakaknya sudah berada di dalam apartement.
" Kakak kapan tiba? Kenapa tidak memberitahuku?"
" Baru saja. Apa kau baik-baik saja selama aku tinggal?"
Syifa mengangguk.
" Bagaimana hubungan kamu dengan Al?"
" Hubungan apa maksud kakak?" tanya Syifa bingung. " Aku hanya berteman dengannya."
" Hanya teman? Yakin?" Michelle balik bertanya. " lalu dengan Rizky?"
Syifa semakin dibuatnya bingung. " Kak, aku gak punya hubungan apa-apa sama mereka."
" Tapi sepertinya mereka berdua menyukaimu dek."
" Aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin menikmati hidupku tanpa memikirkan apa itu cinta, sayang, dan lain sebagainya." jelas Syifa.
" Sepertinya kau belum juga membuka hati."
" Sudahlah kak. Apaan sih ngebahas itu mulu." Syifa mulai kesal. " Aku mau memberitahu Kakak. Aku, sudah mengikuti program beasiswa ke luar negeri. Dan aku akan melanjutkan studyku kembali."
" No!" Michelle sangat keras menolaknya. Dia tidak ingin berpisah lagi dengan Syifa. Jakarta-Bandung masih bisa ia tempuh dalam perjalanan 3-4 jam. Namun jika harus ke luar negeri, bisa satu tahun sekali mungkin dirinya akan bertemu Syifa. Karena terkendala biaya.
" Kak, ini adalah impianku, mungkin impian semua orang. Dan aku ingin mewujudkan mimpiku serta meraih cita-citaku juga." jelas Syifa. " Dan tentunya membuat Kakak bangga." Syifa menggenggam tangan Michelle.
" Tapi ini sangat berat untuk Kakak. Kau satu-satunya yang aku punya. Apa kau tega membiarkanku hidup sendiri lagi?"
" Kakak punya Kak Dimas. Dia akan selalu ada untuk Kakak, kakak tidak akan kesepian." ucap Syifa. " Segeralah menikah!" lanjutnya.
" Kuliah ke luar negeri butuh biaya besar untuk ke berlangsungan hidupmu."
" Aku bisa bekerja paruh waktu. Kakak tidak perlu khawatir soal itu."
" Adekk.. " Michelle sudah tidak tahu lagi harus dengan cara apa supaya adiknya menuruti ucapannya.
" Sudah." Syifa menenangkan kalau ini akan baik-baik saja. " Aku cuma butuh do'a, dan dukungan dari Kakak." Syifa tersenyum, Michelle memeluknya erat.
1.15 pm
Hari ini Syifa sedang berada di sebuah toko buku. Ia kepikiran untuk melanjutkan hobi menulisnya kembali, dan ia ingin sekali menerbitkan untuk menjadi sebuah buku. Sebagai tambah-tambah untuk biaya hidupnya nanti di luar negeri.
Pada dasarnya ..
Sebuah keindahan akan didapat pada kenyataan, jadi berjuanglah untuk mendapatkan semuanya.
Jangan hanya bermimpi untuk menjadi sesuatu tanpa mewujudkan itu.