Kiran terkejut ketika kepala Sean jatuh di pundaknya. Dia menoleh dan mendapati Sean sedang tertidur. Kalau hati nurani Kiran sedang tidak bekerja sekarang, dia akan mendorong kepala Sean untuk menjauh dari pundaknya. Kiran melirik ke wajah Sean, wajah yang menyebalkan itu berubah jadi manis ketika matanya terpejam.
Jantung Kiran kembali berdebar, hanya dengan menatap Sean jantungnya kembali berdebar. Karena debaran jantungnya, Kiran berhenti menatap Sean. Kiran pun kembali mengalihkan pandangannyaa menatap kembali gumpalan awan yang nampak seperti bola-bola kapas raksasa.
Kiran berusaha mengembalikan ritme jantungnya menjadi normal. Tapi usahanya gagal ketika kepala Sean bergerak di atas pundak Kiran seperti ingin mencari tempat yang pasuntuk menjadi bantalannya. Kiran sudah tidak bisa menahannya lagi, "kau pikiraku bantalanmu hah," kata Kiran sambil mendorong kepala Sean menjauh dari pundaknya.
Sean terkejut dan terbangun dari tidurnya, dia menghentakkan kakinya dan juga menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi. Sean kesal bukan main mimpi indahnya begitu saja sirna saat kepalanya terasa terguncang.
"BABE!" pekik Sean dan membuat seluruh penumpang di dalam pesawat menoleh kepadanya.
Kiran melotot dengan tatapan lasernya, "What the‒" kalimat Kiran terhenti karena telunjuk Sean sedang menghalangi mulutnya untuk berbicara.
"Ssssst... Kiran jaga perkataanmu, banyak anak kecil di sini, daan sebentar lagi kau akan jadi Ibu, jaga sikapmu sayang," kata Sean dengan senyum manisnya.
Mata Kiran semakin melebar mendengar kata-kata yang baru saja diucapkan oleh Sean. Kiran sedang berada di puncak amarahnya sekarang. Asap sudah keluar dari pucuk kepala Kiran. Dan Kiran, menarik telunjuk Sean yang menempel di bibirnya.
"Hentikan semua omong kosongmu, atau aku akan melemparmu sekarang!" gertak Kiran dengan suara yang tertahan karena Kiran tak mau menjadi perhatian semua orang.
Sean mengembangkan senyumnya. Semua yang terucap dari bibir Kiran terdengar sangat merdu. "Lakukanlah..." kata Sean sambil menangkup wajah Kiran lalu menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan, "lalu kita semua akan mati karena ulahmu," Sean mengedipkan matanya lalu memberikan flying kissnya.
Oh tidak, Takdir sedang bermain dengan hidup Kiran. Kenapa dia dipertemukan dengan lelaki menyebalkaan seperti Sean. Lelaki yang tak bisa mencerna kata-kata dan memahami bahwa orang lain merasa tergaanggu karenanya.
"Apa kau selalu menyebalkan seperti ini?" tanya Kiran.
"No, aku itu tidak menyebalkan Ki-Ran, tapi sangat-sangat menyebalkan, tapi aku sedang berusaha tidak menjadi menyebalkan di depanmu, bukankah aku terlihat seperti pria idaman semua orang sekarang?"
Wajah Kiran berubah datar. Kedua tangan Sean masih menggerakkan wajah Kiran ke kiri dan ke kanan seperti boneka pajangan. Mereka tidak sadar beberapa orang sedang merekam mereka. Siapa yang tidak tertarik merekam tingkah pasangan manis yang sangat menggemaskaan itu.
"Kau lepaskan sendiri tanganmu yang menempel di pipiku, atau‒"
"Or What's Babe?"
"Aku patahkan tanganmu jadi 16 bagian," kata Kiran dengan nada yang datar lalu dia menarik senyumnya yang terlihat menakutkan.
Sean langsung melepas tangannya, dia tidak ingin turun dari pesawat dengan tangan yang tak bisa digerakkan, "Oke!" seru Sean. Kemudian, Sean diam begitu juga dengan Kiran. Mereka berdua melanjutkan penerbangan dengan tenang tanpa menganggu satu sama lain.
>>
.
.
.
.
Ini chapter nanggung, entaar siang aku up lagi, mau aku satuin sama next chapter gak enak..
jadi maaf kalo pendek...
pulang kerja aku up deh kalo gak sore ya malem...
thx yaaaaa jangan lupa vote sama comment ...
love yaaaaaa.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
Romance18+ Bijaklah dalam memilih bacaan. Not include sex scene but full of harsh words. langsung baca prolog... di private random....