Cerita ini di private secara random.
Jadi kalo gak mau bacanya kentang follow dulu saya.
Karena cerita yang di private cuma bisa dibaca sama followers.Kalo udah terlanjur masukin cerita ini ke perpus tapi belum follow saya, keluarin aja dulu ceritanya dari perpusnya kamu. Setelah dikeluarin follow saya dan masukin lagi cerita ini ke perpus.
Sekian sekilas info.
Jangan lupa vote dan commentnya :)
Let me know, apa yang kalian rasain saat baca tulisan saya...
Makasih banyak..
Hope u like it n just enjoy it...
.
.
.
.
.
"Tidak! Tidak akan kulepaskan! Pipimu seperti squ atau kyukyu, apa pun benda yang sering dipegang oleh Daniel, oh kau lucu sekali," kata Sean.
"Apa maksudnya Squisy? Dia membandingkaan pipiku dengan SQUISY?" pekik Kiran dalam hati.
Sean melepaskan cubitannya, wajahnya yang cerah berubah jadi datar, "sudahlah, buatkan saja aku sesuatu," kata Sean, dia menepuk bahu Kiran lalu berjalan dan duduk santai di sofa sambil menonton TV.
"Dia punya gangguan kejiwaan?" cicit Kiran.
Kiran masih berdiri di ambang pintu memperhatikan Sean dengan wajah kebingungan. Bagaimana diaa tidak bingung, sikap Sean sungguh tidak bisa ditebak. Kiran berjalan malas ke arah dapur.
"Apa kau yakin kau bukan pasien Rumah Sakit Jiwa yang kabur?" tanya Kiran dari dapur. Sekarang dia sedang memasak sesuatu untuk Sean, dengan su-ka-re-la.
"Of course yes, why? Apa aku terlihat seperti orang gila?" tanya Sean.
Kiran berdecak merasa tidak percaya. Sean benar-benaar orang yang luar biasa menjengkelkan. "Apa pekerjaanmu?" Kiran kembali bertanya.
"Aku karyawan," jawab Sean singkat, perutnya lapar dan kini matanya juga mengantuk. Kombinasi yang sangat luar biasa.
Kiran berjalan menuju sofa membawakan semangkuk mie instan untuk Sean, "lalu jika kau punya pekerjaan kenapa kau ada di sini?" Kiran mendaratkan bokongnya ke atas sofa.
Sean mendekatkan mangkuk mienya, "Aku pikir spaghetti ternyata cuma mie instan," setelah menggerutu beberapa saat, Sean mulai melahap habis mie instannya.
"Setidaknya bilang terima kasih," Kiran berdecak, "kau sangat picik, jawab pertanyaanku yang tadi, kenapa kau berada di sini?" tuntut Kiran.
Kiran mengganti siaran TV-nya dan Sean pun berteriak kesal, "Hey jangan diganti!"
Kiran menoleh ke arah Sean, menatapnya dengan malas, "Apa ini TV-mu? Dan kenapa kau belum menjawab pertanyaanku, kau menyuruh orang untuk menjawab setiap kata yang keluar dari mulutmu, tapi kau sendiri tidak melakukannya, dimana sopan santunmu!" Kiran menaikkan kedua alisnya, Sean seperti sedang dilempaari oleh batu sekarang. Kiran mengembalikan kata-kata yang tadi Sean ucapkan.
"Ambil ini! Aku sudah tidak nafsu lagi memakannya!" seru Sean sambil menjauhkan mangkuk mienya.
Kiran melirik ke arah mangkuk mie dan dia tersenyum. "Tidak nafsu tapi semua mienya kau habiskan, wah hebat sekali," kata Kiran dengan nada meledek.
"Benarkah?" tanya Sean seakan tidak terjadi apa-apa dengan isi mangkuknya, "Mungkin mangkuknya berlubang, atau jangan-jangan kau yang makan," sambung Sean sambil tersenyum.
Kiran menekuk wajahnya, bibirnya sudah mengerucut ke depan dengan begitu sempurna. Dia terus saja mengganti channel karena kesal.
"Aku bekerja di Bank," tiba-tiba Sean bersuara.
"Kenapa kau menyewa selama 3 bulan, tidak mungkin jika kau beralasan sedang mengambil cuti," kata Kiran penuh dengan selidik.
"Kenapa kau terus bertanya? Apa sekarang aku sudah menjadi begitu menarik di matamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
Romance18+ Bijaklah dalam memilih bacaan. Not include sex scene but full of harsh words. langsung baca prolog... di private random....