"BRAAAAK!" suara buku-buku jari Sean yang menghantam meja.
"Aku bilang kerjakan semuanya dengan benar! Apa yang kalian lakukan hah! AKU MINTA DATA ITU SECEPATNYA, JIKA SAMPAI BESOK SEMUA DATA ITU TIDAK ADA DI ATAS MEJAKU KALIAN SEMUA AKAN AKU PECAT!" bentak Sean sambil meninggalkan ruangan rapat.
Sepertinya darah Sean sedang mendidih sekarang. Dia meninggalkan ruang rapat itu dengan wajah kesal. Sean menarik lepas dasi yang sedari tadi mencekik lehernya. Seperti barang tidak berharga, Sean membuang dasinya ke tong sampah. Dia berjalan dengan langkah kaki cepat. Semua pegawai yang berpapasan dengannya seketika menundukkan wajah mereka. Bos mereka punya temperamen yang sangat buruk. Ketika dalam mood yang bagus saja Sean selalu berkata kasar apa lagi saat moodnya sedang buruk seperti ini.
"Apa yang kau lihat, heh!" tegur Sean kepada pegawainya yang tak sengaja matanya bertautan dengan mata Sean.
Ini masih pagi dan Sean sudah kehilangan moodnya untuk tetap di kantor sampai sore. Sean memilih pergi meninggalkan kantornya sekarang mencari udara segar untuk pikirannya yang sedang kusut adalah hal yang terbaik.
Sean berjalan ke arah parkir. Menaiki mobil audi hitamnya. Membelah jalan raya yang tak terlalu ramai. Tak ada tujuan, Sean hanya terus melajukan mobilnya sesuka hati. Akhirnya Sean berhenti di salah satu tempat pusat perbelanjaan yang ada di Singapore, Lucky Plaza. Dia bermaksud menghabiskan beberapa dollar untuk membeli sesuatu yang tidak penting di sini. Atau sekedar melihat gadis-gadis muda yang cantik mencoba sepatu mereka kalau saja ada yang tertarik pulang bersamanya nanti.
Sean masuk ke salah satu toko sepatu dengan brand 'high class'. Dia duduk di kursi VIP seperti yang biasa dilakukannya jika ke sini. Matanya menjelajah ke setiap sudut ruangan. Dia berusaha terlihat cool dan seolah tidak peduli dengan tatapan liar para pegawai toko. Dan mata Sean berhenti pada sosok wanita berambut hitam panjang dengan dress warna peach serta heels berwarna hitam.
"Let's catch her!" seru Sean dalam hati.
Sean beranjak dari kursinya. Menyugar rambut hitamnya ke belakang penuh dengan pesona. Satu tangannya dimasukkan ke saku. Berjalan lurus tepat di mana wanita itu berdiri.
Di hadapan wanita itu Sean berkata, "mungkin takdir sedang bermain dengan kita, dan aku tak pernah menanggalkan sumpahku," tanpa ragu Sean menarik dagu wanita itu dan mendaratkan bibirnya di bibir wanita itu.
Sebuah kecupan yang penuh dengan tekanan dan rasanya kecupan itu agak sedikit penuh dengan paksaan. Sean melepas kecupannya ketika tangan si wanita itu mampu mendorongnya dan membuat jarak di antara mereka.
Adinda Kirana! Wanita itu Kiran. Bukannya menolong semua orang yang melihat mereka malah bertepuk tangan dan bersiul. Mereka pikir sedang melihat adegan mesra sepasang kekasih yang saling menunjukan rasa cinta dan kasih. Kiran menatap Sean dengan tatapan penuh amarah. Nafas Kiran memburu hingga dadanya naik turun.
"Apa yang kau lakukan tadi, BODOH!" pekik Kiran yang kesabarannya sudah terbakar habis.
"Tadi namanya berciuman, tidak bukan yang tadi namanya sebuah kecupan sini aku berikan ciuman yang sesungguhnya," kata Sean sambil menarik dagu Kiran lagi. Tapi, dengan cepat Kiran menepis tangan Sean yang akan mendarat di dagunya.
Kiran tersenyum lebar, dan kemudian menginjak kaki Sean dengan keras. "Pergi kau ke neraka!" kutuk Kiran lalu berusaha pergi meninggalkan Sean.
Sean meringis kesakitan tapi dia berusaha mengejar Kiran, "Hei tunggu, jelaskan kenapa kau pergi? Kau tidak menyukainya heh?"
Kiran menghentikan langkahnya membuat Sean juga tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Kiran berbalik dengan ekspresi wajahnya yang datar, "Aku harap ini pertemuan terakhir kita, dan ya boleh aku pinjam ponselmu?" tanya Kiran dengan senyuman manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
Romance18+ Bijaklah dalam memilih bacaan. Not include sex scene but full of harsh words. langsung baca prolog... di private random....