7.4 HADIAH DAN IMBALAN

3.3K 165 9
                                    

Dengan pelan Kiran berjalan mundur dan Sean menutup kembali pintu rumah Kiran. Gadis itu masih mematung dan saat dia sadar dia lalu berlari ke kamarnya. Menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Membenamkan kepalanya di atas bantal demi menahan umpatan-umpatan yang sedang dia keluarkan untuk Sean.

"Pervert!" pekik Kiran.

Hal yang paling tidak bisa Kiran tahan adalah jatuh cinta. Siapa juga yang bisa menahan rasa itu. Cinta datang begitu saja tanpa diduga tak akan ada orang yang bisa menolak akan kedatangan cinta. Kepala Kiran yang terbenam di atas bantal itu sedang memikirkan. Memikirkan senua tentang pria yang ada di atas sana. Kiran berusaha menebak seluruh isi kepala Sean. Tapi, semuanya sia-sia. Karena Kiran tidak punya kekuatan untuk membaca pikiran orang lain.

Jantung Kiran berdebar dan dia tahu debaran itu nyata. Seberapa pun keras usaha Kiran untuk menyangkalnya. Debarannya jantungnya menunjukkan sebuah kenyataan. Bahwa dirinya jatuh cinta pada lelaki yang bernama Sean. Rasa yang tak pernah dia duga akan datang secepat ini.

Kiran bangun, dia berdiri tegap dengan dada yang membusung ke depan. Kemudian dia berteriak, "Aaaaaaargggh."

Kiran berbalik ke arah pintu. Dia ingin memastikan semuanya. Memastikan apakah jantungnya ini berdebar karena Sean atau memang jantungnya bermasalah. Dan kalau bermasalah tentu Kiran akan segera menemui dokter untuk memeriksanya. Kiran berjalan cepat dengan langkah kakinya yang tak begitu panjang.

Kiran menaiki anak tangga dengan hentakan kaki yang kuat seolah sedang mengusir segala keraguan yang ada di hatinya. Mengusir segala perkataan yang menyuruhnya berhenti dan berbalik kembali menuju kamarnya. Kiran berhenti di ambang pintu dengan nafas yang memburu. Tatapan Kiran terkunci pada pria dengan manik mata berwarna hazel yang sedang berada di lantai.

"STOP!" Pekik Kiran yang menggentikan pukulan Ryan mendarat di wajah Sean.

Ryan sedang berada di atas Sean, duduk di atas perut Sean dengan tangan kiri mencengkram kerah baju Sean dan tangan kanannya bersiap melayangkan pukulan. Kedua pria itu terdiam dan melempar pandangannya ke arah Kiran yang sedang berjalan ke arah mereka.

Kiran mendorong Ryan dengan sekali hentakan. Dan, Ryan pun terjatuh. Tanpa ragu Kiran malah mengambil posisi Ryan. Dia duduk di atas perut Sean!

"Hey-hey tenanglah heh," kata Sean agak gugup.

Sean menatap bingung ke arah Kiran. Apa yang sebenarnya yang ingin Kiran lakukan. Ikut mengahajar Sean?

Kiran memukul dada Sean. "Bangunlah," kata Kiran yang lebih terdengar seperti perintah.

"Hey, what's wrong with you!" kata Sean.

"Kau tidak mau bangun?"

Ryan masih duduk di lantai dengan jarak dua meter dari mereka berdua. Dia hanya diam dengan mulut yang sedikit terbuka. Dia berusaha mencerna apa yang sedang dia lihat sekarang.

"Apa ini perkelahian seorang pasangan?" tanya Ryan dalam hati.

Sesaat mata Ryan masih tampak seperti biasa tapi sekarang mata Ryan semakin melebar. Karena dia melihat Kiran tiba-tiba menunduk dan mencium bibir adiknya. Dan adiknya tidak melepas ciuman itu tapi menikmatinya.

Kiran melepas pagutannya. Dia melihat ke dalam mata Sean. "A-apa jantungmu berdebar?" tanya Kiran.

Sean mengangguk lalu memagut bibir Kiran kembali. Mereka berdua sepertinya lupa bahwa ada Ryan di sana. Ryan malah menonton mereka seperti sedang menonton drama.

"Bisa kalian hentikan, oh aku jadi mual," rutuk Ryan lalu berdiri.

"Oh okay," kata kiran sambil beranjak dari posisinya.

Kiran berdiri seperti gadis bodoh. Sean ikut berdiri dia memandangi Kiran dengan senyum kecilnya. Dia mendekati Kiran ingin memeluk gadis itu tapi Kiran mengangkat telunjuknya.

"Oh tidak, ini tidak benar," racau Kiran dia melangkahkan kakinya mundur.

"Maaf aku sepertinya telah kehilangan kendali," kata Kiran lalu dia begitu saja kabur dari sana.

Ryan tertawa terbahak-bahak. Sungguh Kiran membuatnya tertawa dengan sangat kencan. Sedangkan Sean berdiri dengan ekspresi kecewanya.

"Kau lihat," Sean berkata sambil menunjuk pintu, "dia gadis yang membuatku terperdaya dan dia juga alasan aku ada di sini," ucap Sean kesal.

Sean berjalan ke arah Ryan lalu menghempaskan dirinya ke atas sofa. Entah kenapa Kiran selalu membuat Sean merasa lelah. Tapi,  Sean terus merindukan gadis itu. Ya mungkin memang yang mereka rasakan itu cinta. Kalau bukan cinta hal apa yang bisa membuat seorang pria dan wanita bertingkah gila?

"Minggu depan kau harus sudah kembali ke kantor, kalau tidak..."

"Kakek akan mengambil semua yang menjadi hakku," lanjut Sean seakan kata-kata yang dikatakan Ryan sesuatu yang sudah sering dia dengar.
"Kali ini aku tak akan melepaskan dia, ayolah Ryan kau lihat tadi bahkan dia berlari dan menciumku lebih dulu," kata Sean. Dia terus memegangi bibirnya.

"Kau yakin dia bukan hanya sekedar rasa penasaranmu, kau selalu bermain dan berbuat semaumu, itu mengapa Kakek selalu berusaha keras mencekik lehermu,"

Sean bersiul dia seakan tak peduli dengan setiap ocehan yang Ryan katakan. Sean memang selalu seperti itu dan Ryan juga selalu seperti itu.

"Bilang pada Kakek aku tak akan kembali,"

Ryan memutar kedua bola matanya dengan jengah. Percuma menceramahi Sean. Dia tak akan mendengar siapa pun. Tak akan, kepalanya terlalu keras untuk memikirkan orang lain.

"Baiklah kalau begitu aku akan tinggal di sini. Kau punya tempat yang bagus untuk ditinggali dan tetangga yang cantik sekali," kata Ryan sambil merangkul bahu adiknya.

"Oooo, apakah itu tatapan cemburu. Tenang saja aku tak akan menggodanya... tapi aku tak pernah bilang dia tak akan tergoda denganku," goda Ryan sambil mengedipkan matanya.

"Lihat saja berani kau mengambil milikku,  aku akan membunuhmu. Dasar keparat licik," gerutu Sean dalam hati.

Kiran sedang memukul-mukulkan kepalanya di atas kasur. Dia duduk di atas karpet bulu-bulu itu sambil menerjang angin kosong yang ada di udara. Dia mengutuk segala perbuatannya tadi. Harga dirinya sekarang sudah hilang, tidak! Bukan hanya hilang mungkin harga dirinya sudah pergi meninggalkan dirinya.

"Kenapa kau memulai hal-hal yang tak pernah bisa kau akhiri Kiran!"

"Kau sudah bekerja dengan keras untuk melindungi hatimu yang terluka itu, tapi kenapa!  KENAPA!  KENAPA KAU JATUH CINTA SEMUDAH ITU DENGAN LELAKI YANG TAK JELAS BERASAL DARI MANA!"

"KIRAN KAU BODOH!"

"KIRAN TIDAKKAH KAU MENYESAL TELAH MENJATUHKAN HARGA DIRIMU SENDIRI!"

"KIRAN KENAPA KAU TIDAK BISA MENAHANNYA!"

"KAU BODOH!"

Kiran terus berteriak di dalam hati. Dia sungguh merasa bodoh, malu dan dia pikir dia tak akan pernah bisa lagi menemui Sean lagi tanpa rasa canggung. Kiran menepuk-nepuk dada kirinya.

"Kiran tenang, bersikaplah seperti wanita gila, pura-pura saja tak terjadi apa-apa," gumam Kiran.

Dia berdiri tegap lalu menyisir rambutnya dengan tangannya sendiri. Kiran berusaha menyingkirkan kebodohannya,  "kau bisa," kata Kiran sambil menyunggingkan senyumnya yang tipis dan penuh makna.
.
.
.
.
.
.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang