"Ya, ya jantungku juga berdebar, aku pikir itu normal, karena ketika seseorang berciuman mereka akan melepaskan hormon endorphine, bukankah begitu?" kata Kiran dengan santainya.
"Nor-mal?" Sean menghela nafasnya kasar.
"Dan itu tadi imbalanmu, karena kau sudah membantuku, lain kali buatlah permintaan seperti orang normal," ucap Kiran.
Jadi Kiran hanya menganggap debaran jantungnya tercipta karena produksi endorphinnya meningkat. Dan dia mencium Sean demi memberikan sebuah imbalan yang sudah dia janjikan. Kiran mulai belajar membohongi dirinya sendiri. Walaupun Sean menyebalkan dan mengejarnya hanya karena sebuah rasa penasaran, lelaki itu nampak jujur dengan apa yang dia rasakan sedangkan Kiran berusaha keras menutupi semuanya.
Semua tentang apa yang dia rasakan sesungguhnya. Tentang dia yang mulai merasakan jatuh cinta lagi. Keajaiban yang tak pernah Kiran nanti.
"Haaaah," Sean menghela nafasnya kasar. Sean benar-benar melihat Kiran sebagai seorang wanita yang mungkin saja meluluhkan hatinya. Tapi dengan jarak yang Kiran terus bangun di antara mereka, membuat Sean merasa mengulang segala sesuatunya dari awal.
"Aku ingin jujur, aku sangat-sangat tertarik padamu. Kau mau jadi pacarku?" tanya Sean. Pertanyaan yang sama saat Sean pertama kali mengirim chat ke Kiran.
"No," jawab Kiran singkat.
Ya Tuhan rasanya Sean ingin sekali melumat bibir wanita yang sedang duduk malas di sampingnya. Sean mengira dia adalah mahluk palong menyebalkan di dunia ini. Tapi ternyata wanita yang bernama Kiran ini sama menyebalkannya dengan dirinya. Tidak, Kiran lebih menyebalkan!
"Sekarang aku tahu kenapa orang selalu bilang biasanya orang yang berjodoh itu mirip," Sean menyedekapkan tangannya di depan mata lalu melempar pandangannya ke Kiran. Menatap wajah Kiran seakan ingin menagkap sesuatu yang tergambar di wajah wanita itu.
"Memangnya kau tahu apa tentang jodoh?"
"Ya mungkin kita jodoh," Sean memainkan alisnya naik turun membuat Kiran yang menatapnya jadi curiga.
"Kau itu menyebalkan, aku menyebalkan, kita berdua menyebalkan, kita mirip! Berarti kita jodoh," sambung sean dengan tawa yang sudah memenuhi ruangan.
Kiran berdecak sambil menggelengkan kepalanya pelan. Sean benar-benar tidak waras. Akal sehatnya mungkin sudah hilang atau memang dia tidak mempunyai akal yang sehat.
"Sebenarnya aku lunya banyak pertanyaan untukmu Sean,"
"Benarkah? Beri aku pertanyaan dan akan aku pastikan untuk menjawabnya..." Sean yang duduk menghadap delan merubah posisi duduknya ke samping, dia menaikkan kakinya dan duduk bersilah menghadap Kiran.
"penasaran adalah awal dari perasaan suka," sambung Sean sambil menautkan jari jemarinya.
Kiran juga melakukan hal yang sama. Dia merubah posisi duduknya agar menghadap Sean. "Siapa kau sebenarnya?" tanya Kiran dengan tatapan penuh selidik. Dari tadi Kiran terus diselimuti rasa penasaran. Siapa yang tidak penasaran dengan seorang lelaki yang baru saja dikenal lewat situs pencarian jodoh lalu menyewa lantai atasmu dan menghabiskan uang sebanyak empat puluh delapan juta hanya untuk membeli beberapa interior ruangan yang cuma ditinggalinya selama tiga bulan.
"Aku Sean Haris seorang karyawan biasa yang sedang ada keperluan di Indonesia, yaitu mencari tahu tentang seorang gadis yang bernama Adinda Kirana, lahir tahun 1994 tanggal 27 bulan April di Rumah Sakit Permata Asih pukul 2 lewat 5," jelas Sean sambil menunjukkan seringai yang sangat menakutkan.
"What the hell! Kau penguntit heh? Oh My God," pekik Kiran sambil memundurkan badannya.
"Wait-wait kau tak perlu takut Kiran," kata Sean sambil mengnggam kedua tangan Kiran.
"Aku tak takut," elak Kiran dengan mata yang melotot.
"Lalu kenapa kau mundur?"
"Baiklah aku mengaku, aku takut padamu, kau menakutkan! Dan kau bilang kau hanya karyawan biasa? Mau menipuku? Dari mana uang yang kau habiskan hari ini?" Kiran terus saja bertanya seperti detektif yang sedang menginterogasi.
"Apa kau Ibuku? Apa aku harus memberi tahumu?"
Sean sudah mengetahui semua informasi tentang Kiran. Mulai dari keluarga, pekerjaan dan juga masalah asmaranya dulu. Pada dasarnya Sean bajingan super tampan yang punya kekuasaan untuk mendapatkan informasi itu dengan mudah.
Sejenak Kiran terdiam saat Sean menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan lain. "Jawab saja pertanyaanku, kau itu aneh dan sedikit misterius... jangan-jangan kau seorang mafia!" kata Kiran dan dia memekik saat menyebut kata mafia.
Sean mendaratkan telunjuknya ke dahi Kiran, "Kau gadis bodoh, khayalanmu terlalu tinggi!"
"Oh bukan rupanya," gumam Kiran. Dan ada sebuah kelegaan di dalam hatinya.
"Kalau aku menemukan sesuatu yang berbau busuk darimu aku akan mengantarkanmu langsung ke kantor polisi! Tidak-tidak! Bahkan aku akan mengantarkanmu langsung ke neraka!" ancam Kiran tanpa ampun.
Ancamannya bahkan tak membuat Sean takut. Makin hari sikap kiran makin terlihat menyeramkan, tidak-tidak! Sean menganggap tingkah Kiran makin menggemaskan.
"Aku tahu ini nyata! Perasaanku ini nyata! Aku menyukaimu Kiran! Tidak! Aku mencintaimu Kiran,"
Mungkin terlalu cepat bagi Sean menyebut perasaannya pada Kiran sebagai cinta. Tapi itulah yang Sean rasakan. Jantungnya terus saja berdebar melihat lengkungan indah di bibir Kiran. Hatinya selalu takut jika matanya tak menangkap lagi sosok Kiran. Hatinya juga sakit ketika Kiran menolak sentuhan yang dia berikan. Dan perasaan rindu yang terus datang bahkan saat Kiran bersamanya begitu terasa sangat menyiksa.
Cinta itu tak mengenal waktu. Cinta datang, singgah dan berlabuh begitu saja sesuai dengan keinginannya. Cinta tidak dituntut atau pun menuntut. Jika cinta hanya membuat hati menjadi sakit, maka itu cinta yang salah. Karena cinta itu membahagiakan. Meskipun ada banyak cinta yang berakhir dengan cara melepaskan cinta itu sendiri.
Saat bersama Kiran, Sean sering sekali menghela nafasnya kasar. Bukan karena lelah dengan sikap Kiran tapi karena dia lelah menahan dirinya sendiri. Menahan dirinya agar tidak memaksa Kiran untuk mencintainya.
"Ayolah kita pacaran saja, anggaplah kita melakukan itu untuk saling mengenal lebih dalam," bujuk Sean.
Kiran menggelengkan kepalanya pelan, "No, big no! Trik kampungan bodoh dan sangat tidak elit," kata Kiran. "Sebenarnya apa yang kau inginkan Sean?" sambung Kiran.
"You,"
"Kau menginginkan aku? Kenapa? Kita baru saja mengenal dengan kesan pertamamu yang amat buruk dimataku. Kau ini memang gila ya," Kiran berkata dengan nada sedikit marah.
"Ya aku gila, aku menggilaimu! Awalnya aku hanya penasaran karena kau terus saja memperlakukan aku berbeda. Kau tidak seperti wanita-wanita lain yang memujaku!" jawab Sean dengan angkuhnya.
Kiran hanya bisa melongo mendengar pernyataan Sean. Sangat-sangat percaya diri sekali Sean. Dia bahkan tidak tahu kalau Kiran ingin berlari ke kamar mandi dan memuntahkan seluruh isi perutnya.
"Memangnya dia siapa mampu membuat semua orang memujanya!"
Kiran menutup ledua telinganya dengan tangannya. Dia berdiri sambil memelototi Sean hingga matanya nyaris keluar.
"Aku akan kembali ke bawah sebelum aku ikut gila sepertimu!" pekik Kiran lalu berlari kecil ke arah pintu masih dengan kedua tangan menutup rapat telinganya.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
Romantik18+ Bijaklah dalam memilih bacaan. Not include sex scene but full of harsh words. langsung baca prolog... di private random....