Enam Belas

49 12 2
                                    

"Jinjja?!"

Seongri hanya mengangguk-angguk sebagai respons atas reaksi heboh dari Kiwon dan Wontak yang duduk di hadapannya. Saat itu, mereka tengah makan malam di kedai omurice selepas perform.

Kiwon dan Wontak bereaksi heboh seperti itu--bahkan kedua mata sampai membulat sempurna--bukan tanpa alasan. Keduanya baru saja selesai mendengar cerita Seongri tentang sikap Seola tadi pagi. Yang mengajak berbicara duluan dan juga meminta menunggu hingga berakhir makan berdua di sebuah kedai makanan.

"Hyung nggak pake pelet atau apa pun itu, kan?"

Pertanyaan sembarangan Kiwon jelas membuahkan jitakan di kepalanya.

"Tapi aneh juga, sih, kalo Noona tiba-tiba berubah kayak gitu," ujar Wontak yang duduk di sisi kiri Kiwon lalu menyangga kepala dengan tangan kiri.

"Nah, bener kan? Hyung juga mikir kayak gitu."

Kiwon menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Mungkin Hyung ngelakuin sesuatu tapi nggak nyadar."

"Sesuatu kayak apa misalnya?" tanya Wontak.

"Eum, kapan Hyung terakhir ketemu Noona sebelum tadi pagi?" Kiwon bertanya tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya.

"Kamis sore pas nganterin pulang."

"Cuma nganterin pulang aja? Nggak ngapa-ngapain?" Kiwon bertanya lagi.

"Mampir minimarket dulu pas di jalan." Seongri lalu mengambil gelas air putih dan meminumnnya. "Itu pun cuma belanja aja."

"Hmmm." Kiwon tampak berpikir.

"Kalo Jum'at kemarin nggak ketemu sama sekali?" Kali ini gantian Wontak yang bertanya.

Pemuda yang lebih tua di hadapannya menggeleng. "Jadwal kuliah kita nggak sama. Hyung juga nggak sengaja nge-chat dia karena lagi berusaha move on."

"Terus apa, ya?"

Seongri dan Kiwon tampak sibuk berpikir hingga suara Wontak memecah keheningan.

"Gini aja."

Sontak dua orang itu menoleh ke arahnya.

"Kita tunggu aja gimana sikap Noona ke Hyung selanjutnya. Kalo berubah, ya, berarti emang ada apa-apanya. Kalo dingin lagi anggep aja Noona lagi kesambet."

Seongri dan Kiwon lalu saling melempar pandangan sebelum mengangguk-angguk.

"Pinter juga lo."

Wontak hanya mengulas senyum tipis setelah mendengar pujian Kiwon.

Obrolan mereka lalu terhenti. Masing-masing melanjutkan makan malamnya yang sempat tertunda.

---

"Kamu nggak apa-apa?"

Bukan tanpa alasan Seola bertanya demikian. Ia yang dalam perjalanan pulang dari kafe tadi tiba-tiba dihadang dan digoda pria tak dikenal di dekat flat. Lalu tak ada angin tak ada hujan, Seongri tiba-tiba datang dan langsung memukul si pria. Tentu si pria tidak terima dan balas memukul Seongri. Baku hantam pun tak terhindarkan lagi dan berakhir dengan kekalahan si pria sebelum melarikan diri.

"Nggak apa-apa, kok. Kamu tenang aja." Seongri menjawab setelah menyeka darah yang keluar dari sudut bibir.

Meskipun Seongri menjawab demikian, Seola tetap saja khawatir. Tidak hanya itu, ia juga merasa bersalah.

"Udah, kamu masuk aja."

"Ta-tapi-"

"Aku bakal bilang ke Eomma apa adanya, kok," potong si pemuda cepat.

"Ma-makasih."

Lawan bicaranya hanya mengangguk pelan sebagai respons.

Seola pun akhirnya berbalik dan melangkah.

Saat si gadis sudah melangkah, dalam hati Seongri berharap-harap cemas. Kalau Seola kembali berbalik, artinya memang sudah berubah. Kalau tidak, ya, seperti yang dikatakan Wontak. Sedang kerasukan sesuatu.

Sayangnya, harapan tinggalah sebuah harapan. Hingga menaiki anak tangga menuju lantai dua, Seola belum menunjukkan tanda-tanda untuk berbalik.

Terlalu berharap emang nggak baik, Kim Seongri.

Dengan sudut bibir yang masih berdarah dan kening terluka, pemuda berjaket hitam kulit itu pun segera melangkah. Namun belum jauh sejak ia melangkah, seseorang tiba-tiba mencekal pergelangan tangan kanan hingga membuatnya berbalik.

"Diem. Jangan banyak gerak."

Mata Seongri jelas membulat saat Seola mengoleskan sesuatu ke sudut bibirnya yang terluka.


To be continued




Seola udah mulai berubah, nih? Ada yang seneng?




Vote + comment jangan lupa

To Get You ; Seongri x SeolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang