Dua Belas

54 9 1
                                    

"Kok diem?"

"Huh?

"Kamu itu. Biasanya juga ngomong terus."

Yang dikatakan Seola bukanlah sebuah kebohongan. Sejak mobil meniggalkan parkiran kampus, Seongri belum berbicara sepatah kata pun. Hal itu jelas membuat Seola heran mengingat Seongri orang yang cerewet.

"Oh. Lagi pengen aja," ujar Seongri di sela fokus mengemudi.

Sebenarnya Seongri bukan ingin. Hanya sedang mulai berusaha move on dari Seola. Tadi pagi saja ia sengaja berangkat lebih siang dari biasanya agar tidak bertemu Seola. Meskipun begitu, seorang Kim Seongri tetaplah tidak tega membiarkan sang gadis pujaan pulang sendirian. Apalagi itu sudah hampir petang.

"Eh, kok belok?" tanya Seola saat Seongri mengambil rating ke kanan. Padahal gang flat dan rumah tempat mereka tinggal masih lurus sedikit lagi sebelum berbelok ke kiri.

"Eomma tadi titip suruh beliin barang kebutuhan yang habis." Saat mengatakan itu, mobil yang dikendarainya sudah berhasil menyeberang dan kini sedang berusaha parkir di halaman minimarket.

Seola memandang Seongri sejenak sebelum beralih ke luar jendela.

"Kalo kamu keburu-buru pulang, ya, jalan kaki aja. Maaf nggak bisa nganterin sampa flat kayak biasa," ujar Seongri setelah berhasil memarkirkan mobil lalu segera mematikan mesin.

Seola masih diam, sibuk menimbang.

"Udah jangan kelamaan mikir. Keburu magrib entar."

Baru setelah Seongri berkata demikian, Seola bergerak. Ia melepas sabuk pengaman dengan cepat lalu membuka pintu mobil. Bukannya berjalan ke ujung untuk bersiap menyeberang, gadis itu justru mengekori Seongri yang sudah melangkah menuju pintu.

Setibanya di dalam minimarket lalu mengambil keranjang, Seongri langsung melangkahkan tungkai ke bagian gula. Ibunya memang menyuruh membeli gula. Selain gula ada minyak goreng, telur, sabun cuci, dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Sampai detik itu juga, si pemuda belum menyadari kalau Seola justru masuk ke dalam minimarket.

Tidak seperti Seongri yang langsung tahu akan membeli apa, Seola justru bingung akan ke mana. Pandangannya pun diarahkan ke segala penjuru sebelum akhirnya menemukan tempat yang akan menjadi destinasi. Bagian camilan. Kebetulan persediaan camilan di flat juga sudah menipis.

Setelah mendapat gula sesuai pesanan sang ibu, Seongri segera berjalan menuju bagian minyak goreng. Sayang, langkahnya harus terhenti beberapa saat kemudian setelah manik hitam tak sengaja menangkap sosok Seola yang sedang memilih camilan. Desahan napas panjang pun ke luar dari mulut.

Seola baru saja berniat mengambil sebungkus kue kering kalau saja tidak ada suara yang tiba-tiba tertangkap indera pendengaran.

"Kok nggak pulang?"

Ia menoleh. Netranya lalu mendapati sosok Seongri yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang sembari menenteng keranjang.

"Hm?"

"Anggap aja ini hadiah karena udah mau nganterin aku pulang," respons Seola sebelum mengembalikan pandangan ke arah rak.

Desahan napas panjang kembali keluar dari mulut Seongri.

Seol, aku itu lagi berusaha move on. Kenapa, sih, kamu malah ngasih harapan palsu kayak gini?




To be continued




Vote + comment jangan lupa

To Get You ; Seongri x SeolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang