Satu

177 23 7
                                    

Pertemuan pertama mereka terjadi dua bulan lalu.Bukan seperti pertemuan antara dua orang pada umumnya. Mereka bertemu karena sebuah bolpoin. Kala itu, Seongri yang hendak mengikuti ujian tengah semester dua ternyata lupa membawa bolpoin dan baru teringat tepat sebelum memasuki ruangan. Seola yang sudah selesai mengikuti ujian secara tidak sengaja melihatnya. Tidak langsung tahu, hanya menduga-duga dan ternyata benar. Pesan Seola saat itu tidak perlu mengembalikannya.

"Besok-besok lagi kalau jam kuliah kita sama nggak usah jemput."

Ya, siapa sangka flat tempat Seola tinggal seorang diri selama kuliah di Seoul dekat dengan rumah Seongri.

Dan kalimat Seola barusan sukses membuyarkan lamunan Seongri yang duduk menunggu lampu lalu lintas berganti hijau di balik kemudi.

"Kenapa?"

"Nggak usah pokoknya. Lagian, aku juga bisa naik bus."

"Aku nggak merasa kerepotan kalau jemput. Tenang aja," ujar Seongri sembari menginjak pedal gas saat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi merah.

"Tetep nggak usah!"

Seola keras kepala, Seongri pun juga demikian meski sudah diingatkan berkali-kali.

"Semalem tidur jam berapa?" Dari nada suara, Seongri tetap tenang-tenang saja meski sudah dibentak sang lawan bicara.

"Emang penting buatmu?" respons Seola tanpa mengalihkan pandangan dari luar jendela di sisi kanan.

"Enggak."

"Terus?"

"Nanya aja."

Seola mendengus.

"Udah sarapan, kan, tadi?"

"Kalau belum, emang kamu mau nraktir?" Nada Seola masih saja ketus seperti pertama kali membuka suara.

"Nggak mau nggendong kamu lagi kayak waktu itu. Berat tau." Sebenarnya bukan ini yang mau Seongri katakan.

Lebih tepatnya satu minggu lalu, Seola pingsan karena tidak sempat sarapan. Anemianya kambuh. Untung saja saat itu Seongri masih berada di sekitarnya dan langsung membawanya ke klinik kampus.

"Makanya jangan sok hero. Aku juga nggak nyuruh kamu buat nggendong."

Bagi orang lain mungkin apa yang dikatakan Seola sungguh menusuk ulu hati, namun Seongri tidak. Sudah terbiasa dengan sikap Seola yang seperti itu. Sebagai gantinya, pemuda berparas tampan tersebut mendesah pelan.

---

Jam kuliah pertama sudah selesai sekitar satu jam lalu. Bisa saja duduk-duduk di kantin sembari menunggu jam kuliah berikutnya, satu jam lagi. Namun yang namanya Kim Seongri lebih memilih duduk di depan ruang kuliah di mana suara dosen pengajar masih terdengar dari luar. Apalagi yang dilakukannya kalau bukan menunggu Seola selesai kuliah.

Kebetulan sekali tempatnya duduk menunggu juga tempat pertemuan kedua mereka. Ingatannya pun kembali ke satu setengah bulan lalu. Sekali lagi, bukan pertemuan antara dua orang yang biasa terjadi seperti tidak sengaja bertabrakan dan lain sebagainya. Seongri yang kala itu sedang menunggu salah seorang teman lama selesai kuliah terkejut saat melihat Seola keluar dari ruangan. Tak menyangka kalau gadis itu ternyata anak jurusan Akuntansi. Jangan kira setelah itu mereka saling bertegur sapa. Jangankan menyapa, Seongri melempar senyum padanya saja tidak dipedulikan. Dari situlah ia merasa ada yang menarik dari gadis itu.

Krieeeet.

Suara pintu ruangan yang tiba-tiba terdengar membuyarkan lamunan Seongri. Saat mendongak, netranya menemukan sosok beberapa anak laki-laki yang keluar dengan terburu-buru. Senyumnya pun mengembang saat melihat Seola keluar dari ruangan seorang diri dengan ekspresi datar sebelum beranjak.

Si gadis sama sekali tak terkejut melihat sosok Seongri yang lalu berjalan mengekori. Sudah terbiasa seperti itu meski awalnya tidak.

Seongri tidak lantas berjalan mensejajari dan justru di belakang sedikit. Bukan tanpa alasan. Pasalnya saat pertama-tama ia mulai mengekori si gadis, ada teman yang menggoda saat tak sengaja berpapasan. Seola langsung bilang saat itu juga bahwa ia tidak suka. Pemuda itu hanya bisa apa selain menurut.

"Nanti jangan nungguin aku pulang." Seperti biasa, Seola berujar dengan nada ketus.
Seongri yang mendengarnya langsung mendekat. "Kenapa?"

"Mau ke suatu tempat."

Kening pemuda di belakangnya mengerut. Pasalnya, Seola ini anti sosial dan juga tipe mahasiswi kupu-kupu. Kalaupun ada jeda jam kuliah cukup panjang hanya dihabiskan dengan duduk-duduk di perpustakaan.

"Jangan tanya ke mana. Itu sama sekali bukan urusanmu."

Dan obrolan itu berakhir dengan Seongri yang menatap curiga.


To be continued

a/n:

Kira-kira Seola mau ke mana, ya?



Vote + comment jangan lupa

To Get You ; Seongri x SeolaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang