EunBi Anak Nakal / 1st

666 37 8
                                    

Matahari pagi mulai meninggi, dan jam telah menunjukan pukul 08:15.

"Sial, aku telat lagi, gimana nih... Eh bang, kalo bawa angkot bisa cepet dikit ga sih.."

gerutuku mulai memuncak saat ban angkot yang ku tumpangi ternyata bocor. Alhasil semuanya berantakan. Niat baik sedari rumah tadi mulai berubah menjadi niatan buruk karena sudah telat. Aku bergegas pergi meninggalkan angkot yang mejadi penyebab aku terlambat itu,

"Eh.. Neng bayar dulu woi..."
Teriak kernek angkot dari kejauhan,

"Eh..bang gua udah telat nih.. Gua ga punya duit. Makasih ya.."
Sahutku sambil berlari ke arah sekolah, dalam fikirku

"Aduh... Gimana nih mana sekolah masih jauh lagi. Mau naik apa lagi
coba.?"
Hatiku mulai tak enak dengan kondisi ini, sudah jelas nanti aku harus ambil absensi lagi di ruangan BK, kena ceramah lagi, kena marah lagi. Kena bentak lagi, pikirku mulai tak karuan... Sampai akhirnya aku lelah berlari.

Setelah kira-kira 15 menit, aku sampai disekolah, kira-kira pukul 08:45.

"Mati gua, mana gerbang udah tutup lagi, mau lewat mana lagi nih.!"

Kira-kira 2 menit aku berdiri didepan gerbang masuk, akhirnya pak satpam datang, dan berjalan ke arahku terduduk,

"Neng.? Ngapain disana.?" tanya pak satpam.

"Pak, bukain pintunya pak, tolong dong pak.!"

Setelah pukul 9, akhirnya rengekanku didengar pak satpam, gerbangpun terbuka, aku kembali diseret satpam seperti biasa. Karena satpam sangat sayang kepadaku, ya gadis putih mulus, imut, cantik dan bermata sipit sepertiku selalu disayangi satpam, sampai-sampai saat aku mengambil absen diruangan BK-pun ditemani pak satpam.

*****

Diruangan BK. Aku mulai dinterogasi seperti biasa, aku sudah merasa inilah aku, inilah Park Eun-Bi walau tampangku feminim, ditambah cantiknya wajah imutku, akan tetapi dibalik itu semua aku menyimpan sifat yang tak pernah disangka orang banyak.

"Eunbi, isi blangko keterlambatanya, habis ini kamu langsung ke kelas ya, jangan pergi kelayapan lagi, ini pulpenya."

Bu Guru hanya memberikan blanko izin masuk kepadaku, setelah menanyai beberapa hal mengenai keterlambatanku. Setelah semua selesai, aku langsung menuju kelas. Saat aku masuk kelas semua mata tertuju kepadaku,

"Misi... Nih bu izin saya masuk dari BK"

Kuletakan kertas blanko izin itu dimeja guru sebelum menuju tempat duduku.

Kata-kata "anak nakal datang tuh, korea nyasar datang tuh, dasar ga punya otak, cewek macam apaan ya. cuma bikin masalah terus."

Setelah bu guru keluar, hear phone langsung terpasang ditelingaku, disaat bersamaan semua caci maki, perkataan yang amat teramat bagus, kata-kata mutiara bumi dan langit  khas pelajar indonesia langsung menyerbu telingaku. Akan tetapi semua itu bukan apa-apa bagi Seorang Park Eun-Bi, berani menyentuhku rumah sakitlah ujungnya. Lagu-lagu Gfriend yang selalu kudengarkan untuk membantu aku dan diriku agar selalu tegar dan kuat disetiap kondisi, karna hidupku disini hanya sendiri. Seperti "Me Gustas Tu" yang selalu semangat, selalu bahagia. Dan selalu positive thinking. Tak ada yang harus dipermasalahkan, karena hari kemarin adalah kenangan, hari ini keajaiban, dan hari esok adalah impian.

Tapi kenangan itu adalah kenangan buruk, dan keajaiban tak pernah muncul, lalu impianya jadi hancur. Itulah hidupku, hidup Park Eun-Bi. Susah memang tapi apa boleh buat, itu semua harus kulalui, karena manusia kuat bukanlah manusia yang lari dari masalah, akan tetapi manusia kuat adalah manusia yang berani menghadapi masalah dan menyelesaikanya.

*****

Hari ini terasa panas, kubeli segelas air dingin, lalu berlalu ketempat biasa aku menyendiri saat jam istirahat dan jamkos alias jam kosong. Atap, lantai paling ataslah tempat helipad berada, disana biasanya aku menghabiskan waktu ku untuk menulis cerita dengan secarik kertas. Akan tetapi saat aku sampai disana, kulihat seorang lelaki, berpakaian rapi yang sedang termenung dalam, sambil memandang monas dari kejauhan.

Kuberdiri disampingnya,

"Eh.. Ternyata loe tos (ketua osis). Ngapain loe disini.? Lagi banyak pikiran ya.?" tanyaku.

"Loe anak nakal napa bisa nyampe kesini.? Jangan-jangan loe buntutin gua ya.?"

"Enak aja loe ngomong, disini tongkrongan biasa gua. nah, loe ngapain disini.?, atau jangan bilang loe mau bunuh diri ya?"

"Ah.. Apaan sih.. Mana mungkin gua ngelakuin hal kayak gitu,!"

"Terus loe ngapain .?" tanyaku

"Eh, anak nakal gua boleh nanya satu hal ga.?"

"Boleh, apaan.?" jawabku.

"Loe ga frustasi apa, tiap hari dibully terus sama anak-anak satu sekolahan.?"

"Ga, ngapain frustasi, biarin mereka bully gua, yang penting gua ga ngerasa dibully, itu cukup buat gua." jawabku.

"Nah, giliran gua nanyain loe, loe ketua osis yang terhormat, apa ga ngerasa frustasi dengan kesibukan loe sama kumpulan orang-orang sok suci itu (anggota osis).?"

"Iya sih... Kadang gua ngerasa puas aja sama semua itu, loe enak ya hidup lo bisa sesuka hati loe, kemanapun loe mau, loe bisa. Beda sama gua, gua ga akan pernah bisa kayak loe EunBi,"

"Eh.. Loe barusan panggil gua apaan.?"

"EunBi, itu nama loe kan.?, ternyata loe ga seburuk apa yang dibilang orang-orang ya. Gua turun dulu, hati-hati ya jangan sampe loe lompat kebawah. Bye.."

"Eh.. Tunggu... Nama loe siapa woi... Woi..."

Dia tak lagi mengacuhkan teriakanku. Dan berlalu sembari menghilang dari kejauhan.

-
-
To Be Cotinue...

Dasi Bendera[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang