Mimpi dan Hidayah / 3rd

379 27 0
                                    

"Allahuakbar Allahuakbar" adzan mulai berkumandang tanda datanganya sang fajar, sebelum sang mentari menyinsing bumi. Seirama dengan kumandang adzan, Alarm yang kusetel untuk membangunkanku pagi ini juga berdenting keras ditelingaku. Alhasil niatku untuk tidur lebih lama pupus.

*****

"Eh kok ketos ga ada.?, kok ada ditempat tidur.?, kok ga hujan.?, kok malah dikamar..?, apa-apaan sih. Mimpi jangan bikin gua ngarep dong, njir... Pagi-pagi gua udah dikerjain mimpi, gua pikir beneran si ketos sombong itu bakal nolongin gua. Dasar kampret.!!"

Pagi hari yang masih gelap, gerutuku sudah sampai kelangit ketujuh karena mimpiku yang tak biasa itu.

"Huft... Mungkin ada baiknya gua sholat dulu kali ya..!"

Kuambil wudhu, setelah itu mulai kuberendah diri, mengadu, meminta, sekaligus berdoa, aboeji/ayah dan omoeni/ibu yang berada di Gangnam dan Seoul sana selalu dalam keadaan sehat wal'afiat.

Jangan salah sangka dulu, walau namaku Park Eun-Bi nama yang sangat kental dengan negara K-PoP sana, tapi aku seorang muslim, mau tau kenapa.?, itu semua bermula saat kedua orangtuaku yang selalu bertengkar setiap hari tiada henti, pagi, siang, malam. Tiada hari tanpa perkelahian, membuatku frustasi, karena melihat mereka berdua selalu adu argumen dan tak ada yang mau mengalah. Hati penuh, meletup bagai larva pijar, kemana hendakku lepaskan semua ini, temanpun aku tak punya. Situasi yang keras waktu itu membuat kedua kaki otomatis melangkah dengan cepat untuk meninggalkan rumah, berlari tak tentu arah, aku hanya menuruti ego, emosi yang sedang meluap-luap, meletup-letup kala itu, akhirnya langkah kakiku terhenti didepan sebuah musholla, kulihat orang-orang didalam musholla itu penuh dengan kedamaian, wajah mereka berbinar bagai tak terbebani masalah apapun.

Pikirku,
"Kalo gua masuk, maka semuanya bakal berubah, omoeni dan aboeji bakal anggap gua ga lagi anak mereka. Tapi gua ga bisa kayak gini."

Rumit.?, memang, karena hidupku hanya ada diantara masalah dan masalah. Tanpa ada disana kebahagiaan. Sampai pada akhirnya seorang kakek menghampiriku.

"Asalamualaikum, neng ngapain duduk diteras.? Ayo masuk, sholat berjamaah bersama"

"Ga dulu deh kek, aku ga tau gimana caranya sholat, emang apaan tuh sholat.?"

"Neng tahu tidak sama Allah SWT.?"

"Ga kek, aku ga tau, emang apaan tuh.?"

"Allah SWT adalah zat Yang Maha Kuasa, Pencipta alam semesta ini neng, kita sebagai makhluknya wajib menyembahnya"

"Aku cuma sembahyang seminggu sekali digereja, itupun ga rutin,"

"Lah, neng bukan muslim ya.?"

"Aku kristen kek.!"

"Kenapa neng bisa sampai diteras musholla ini.?"

"Tadi aku lari dari rumah, ga punya tujuan, eh tau-taunya malah berenti disini"

"Itu hidayah neng, Allah ingin neng untuk curhat kepadanya, meminta kepadanya, insha allah hati kita yang gusar akan menjadi tentram neng"

"Curhat.? emang bisa.?"

"Insha allah jika seizin Allah semua tidak ada yang tidak mungkin neng, neng mau ikut kedalam,.?"

"Syarat buat masuknya apaan kek.?"

"Neng harus Islam, dan neng harus mampu sholat 5x sehari semalam, meninggalkan perbuatan dosa, dan mengerjakan amalan-amalan serta perintah Allah SWT, dan membaca Al-Qur'an, itu secara garis besarnya neng, neng mampu.?"

"Oke, siapa takut.!"

"Tapi setelah neng muslim, harus wajib menutup aurat, dan tidak boleh lagi tinggal bersama kedua orang tua neng. Neng sanggup.?"

"Aku sanggup kek,"

"Kalau neng sanggup, neng ambil wudhu dulu, habis itu pakai mukenah, lalu temui kakek didalam."

"Tapi aku ga tau gimana caranya ambil wudhu kek"

"Nanti akan ada yang mengajari neng di wc."

*****

5menit kemudian, setelah aku selesai berwudhu dan memakai mukenah, rasanya aneh. Benar-benar aneh, mushollah ini hanya bangunan sederhana, tapi kenapa aku bisa merasa senyaman ini berada didalamnya. Kulihat semua mata tertuju kepadaku, tersenyum manis kepadaku. Sholat berjamaah sampai tertunda gara-gara diriku yang entah mau diapakan, tapi yang jelas kakek tadi bilang aku harus muslim untuk bisa masuk kesini, itu berarti aku benar akan dimuslimkan.
Setelah aku duduk didepan para kakek-kakek berbaju putih dengan peji dan sorban yang masih aneh dipandangku saat itu,

"Nama neng siapa.?"

"Nama aku Park Eun-Bi"

"Asal neng dari mana.?"

"Kalo asal aslinya aku dari korea selatan, tapi udah setahun dijakarta"

"Umur neng berapa.?"

"Umur aku baru 17 tahun kek"

"Apa neng yakin dengan keputusan neng sekarang. Untuk masuk ke agama islam.?"

"Yakin kek,"

"Apa neng bersedia bersaksi dibawah sumpah Al-Qur'an.?"

"Iya kek, aku mau"

"Alhamdulillah, kalau begitu ikuti kata-kata kakek ya neng"

Dengan semua pandangan mata saat itu tertuju kepadaku, kira-kira sekitar 30 orang menyaksikan pengislaman diriku saat itu, dan akupun mulai bersaksi dibawah kitab suci alquran, dengan mengikuti kata-kata kakek tadi.

"Ashadu'ala illahailallah wa ashadu'annamuhammadarrasulullah.
Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad Utusan Allah."

"Alhamdulillah. Neng sudah islam sekarang. Selamat datang dan bergabung dengan agama Islam"

Dan kakekpun mulai membaca doa, menegadahkan kedua tangan sambil memmbaca yang tidak tahu apa maksudnya itu, tapi aku ikuti mereka semua. Tanpa paksaan sedikitpun.

*****

Itulah sepintas kisahku kenapa Aku Park Eun-Bi bisa melaksanakan sholat. Dan kejadian itu telah berlalu kira-kira 1tahun lalu.

*****

Pagi ini aku tidak lagi mengambil absen di Ruangan BK, teman-temanku melihatku dengan pandangan yang aneh. "Kenapa eunbi ga telat ya.?" mungkin kata-kata itu yang terpintas di otak mereka, saat aku menoleh keluar aku melihat ketua osis dengan lihainya melaimbaikan bendera simaphore. Entah apa maksudnya aku tidak ambil pusing.

-
-
To Be Continue...


Dasi Bendera[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang