Setelah jam sekolah usai, aku Park EunBi langsung kembali ke tempat usahaku, walau aku di indonesia tinggal sebatang kara, jangan anggap aku akan takluk oleh kerasnya dan kejamnya kehidupan ibu kota, setidaknya aku punya uang bersih yang masuk kantongku tiap bulanya, walau disamping itu semua aku juga selalu diberi uang bulanan oleh Aboeji/ayahku dari korea sana, akan tetapi semua itu tak menghalangiku untuk bisa lebih berkembang di Indonesia.
Dihalte, sang senja mulai sedikit demi sedikit berlalu diikuti datangnya sang malam dan rembulanya yang setia. Pikirku, malam aja punya pacar yang setia dengan bulanya. "lah Aku, aku kalah dong sama malam". Khayalku meninggi, sampai tanpa ku sadari ada dua orang lelaki yang memandangiku sedari tadi.
"Eh neng.. Sini yuk.. Main-main sama abang.. Pasti neng bakal seneng, kalo main sama kita-kita" geturunya, eh gerutu maksudnya.
Ada bau alkohol yang pekat dari dua pemuda ini, aku tidak cemas sedikitpun karen mereka sedang mabok, walau sedikit aku agak merasa tidak nyaman dengan adanya mereka.
Pikirku,"Awas saja mereka sampai menyentuhku, akan kubukakan pintu UGD untuk mereka malam ini. Ingin main-main dengan Park Eun-Bi.? Boleh saja, tapi harus tanggung resikonya."
Benar saja, salah satu mulai menyentuh tanganku yang putih mulus, tanpa ampun langsung saja,
Brukk... Brakk... Kupelintir tangan mereka, kakiku melayang ke pelipis mata pemuda mabok itu, Satu Nol. Tinggal satu lagi, tanpa ampun langsung saja kaki kiriku melayang kearah alat vital pemuda itu, setelah ia meraung-raung kesakitan, kaki kananku yang telah geram melihat kelakuan mereka, juga ikut melayang dan medarat telak di dagunya. Dan Brukk... Tak ada lagi yang sadarkan diri, Dua Nol. Park Eun-Bi menang, pemuda mabok kalah.5 menit setelah pertarungan yang sengit dengan kemenangan eunbi, hujan juga mulai turun, aku berteduh dihalte, dingin.? jangan ditanya, ditambah lagi nyamuk yang selalu ingin konser ditelingaku, andai mereka GFriend aku rela mereka konser ditelingaku, tapi sayangnya cuma nyamuk. Tak tahan lagi, ingin rasanya koterobos saja hujan ini biar cepat sampai dirumah, tetapi aku tidak bisa, tidak bisa karena aku akan kehilangan buku-buku diary yang amat teramat kucintai dari pada buku pelajaranku.
Hujan mulai beringas. Membasahi hampir sebagian halte, kedua pemuda mabok tadi juga ikut basah karena hujan. Aku baru ingat, kalau orang mabok akan sadar jika tersengat listrik, dan terkena air yang dingin. Dan mereka sekarang sudah basah kuyup diguyur hujan, bisa kacau nanti kalau mereka sadar, pikirku.
Ternyata apa yang kupikirkan benar-benar terjadi, mereka sadar, dan terlihat seperti orang kebingungan, aku sedikit cemas dengan mereka, karena mereka berdua tak lagi dalam keadaan mabuk.
"Aduh... Untung banget ya kita bro, liat tuh ada bidadari nganggur yang bisa dipake, hujan-hujan gini bakal jadi anget banget kalo ada dia."
gerutu yang benar-benar tak bermoral, masih ada juga ternyata manusia seperti ini di Zaman Now kayak gini, hadeuh... Tapi kenapa disaat aku dalam kondisi genting dan bahaya seperti ini aku tak cemas sedikitpun, juga menjadi sebuah tanda tanya bagi diriku.
*****
Dua pemuda kacau itu mulai berjalan kearahku, yang satu medekapku dari belakang, kedua tanganku terkunci, tak lagi berguna, dan pemuda yang satunya ingin memegang kakiku, untuk mereka angkat, rencana mereka terbaca baik dalam pemikiranku. Ketika kepala pemuda sedikit turun untuk memegang kakiku, langsung saja kaki kanan yang menjadi kaki terkuatku melayang secepat pesawat jet T-90, dan mendarat telak dirahang sebelah kiri pemuda itu sampai kembali tersungkur tak sadarkan diri. Hanya dengan satu tendangan mematikan dari Park Eunbi
Akan tetapi, pemuda yang satu lagi sudah emosi sampai ubun-ubun, tak bisa ku berkutik, tanganku terkunci, apa yang harus kuperbuat. Cemas bukan main dihatiku saat itu, sampai ada sebuah angkot yang berhenti. seorang siswa Sma keluar dari angkot itu langsung melabrak pemuda kurang ajar yang sedang menyekap kedua tanganku.Bruk...brak...bruk... Pemuda kurang ajar yang menyekap kedua tanganku roboh.
Saat aku hendak mengucapkan terima kasih kepada pemuda itu, mulutku terhenti seketika tak bisa berkata apa-apa.
"Eunbi, loe gapapa.? Ada yang luka ga.?, hei...eunbi.?"
Siswa itu menepuk bahuku, yang membuatku tersadar dari kosongnya pikiranku kala itu.
"Eh.. Loe tos.. Makasih ya udah nolongin gua, gua gapapa kok,..."
Jawabku datar kepada lelaki itu, akupun langsung pergi meninggalkan dirinya dihalte itu, dan berjalan ditrotoar untuk menuju rumah.
"Eunbi.. Loe mau kemana... Hei.. Eunbi.?? Hujan hei.. Loe ga takut sakit.??"
Teriaknya dari halte, aku hanya terenyuh dengan aksinya menolongku tadi, ternyata masih ada lelaki yang segitu pedulinya kepada diriku, entah itu utusan tuhan, entah itu hanya sebuah kebetulan, yang penting aku sangat bersyukur bisa terhindar dari kejadian tadi. Saat pikirku yang dalam sedang berangan-angan dibenakku, terdengar suara lelaki disampigku.
"Eunbi, loe bener gapapa.?, ada yang lecet ga.?"
-
-
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dasi Bendera[Tamat]
Ficção Adolescente[NO PLAGIAT] TAMAT/THE END (Best Rank 1St in Camping 14-9-2018) (Best Rank 4Th in Camping 13-12-2018) Aku, Benci pramuka.!! Apa itu pramuka, hanya sekumpulan orang-orang yang sok peduli dengan alam, hanya pamer seragam. Tapi, semua berubah....