tteeeeettttttt.....
bunyi suara merdu yang menggema di seluruh penjuru sekolah NIHS merupakan anugrah terindah bagi penghuninya.
ya, bunyi bel pulang pun sudah berkumandang, semua murid sudah berhamburan keluar hingga membuat sesak di sekitar pintu keluar.sama hal nya dengan tasya, ia sudah sangat bersamangat untuk pulang, ia bergegas memasukkan peralatan belajarnya kedalam tas, kemudian tasya menyandang tasnya dan beralari keluar kelas.
"eh eh eh, mau kemana lo???, main lari lari aja tungguin gue napa???" cegah ana yang langsung mencekal tangan tasya.
"eh ogeb, emang mau kemana lagi gue cobak kalo gk pulang??, lagian kalo lo mau di tunguin ya bilang dong, gak usah narik narik tangan gue juga kali, sakit tau gak" ucap tasya yang kesal dengan ana.
" sens amat mbak, santai aja kale, ye maap kali sya, ya lo nya juga yang main ninggalin gue, lo gak mikir apa kalo gue teman lo???, tega lo ama gue sya?" ana memanyun kan bibirnya.
"serah lo da, pusing gue ama lo, ya udah ayok pulang, jadi pulang kagak???, la mau lama lama dimari?? gue sih ogah." ucap tasya sambil berkedik ngeri
"ya udah yuk," ajak ana dan langsung menarik tangan tasya menuju gerbang sekolah.
sesampai di depan gerbang sekolah ternyata ana sudah di tunggu oleh mamanya.
"eh sya, itu kayaknya mobil nyokap gue deh" ucap ana yang melihat mobil mamanya yang terpakir di depan gerbang sekolah.
"yang mana??" tanya tasya yang bingung dengan perkataan ana.
"itu yang warna putih, yuk sana" ana langsung menarik tangan tasya untuk mendekat ke mobilnya.
"sya gue pulang duluan ya, lo mau bareng gue gak??? ngumpung rumah kita searah." tawar ana pada tasya.
"gak usah na, gue di jemput sopir kok" tolak ana disertai dengan senyum manis khas tasya.
"owh yaudah, kalau gitu gue pulang duluan yah"
"iya hati hati" ucap tasya sambil melambaikan tangannyan.
======
15.30, tasya sedang berbaring di atas kasurnya sambil menatap langit langit kamar nya.
ia memikiran kejadian di sekolah tadi, yang mana membuat hatinya jadi badmood.
sekian lama tasya berkelut dengan pikirannya, akhirnya tasyapun berdiri dan pergi kedapur untuk mencari makan."sepi" satu kata yang keluar dari mulut tasya, ia hanya dapat mengembuskan nafasnya dengan kasar.
dia sudah menyangka kejadian ini pasti akan terjadi setelah dia pindah ke jakarta.
sebenarnya tasya enggan pindah kejakarta, dia lebih suka dibengkulu yang mana mamanya selalu berada dirumah, tidak pernah pergi keluar rumah untuk menemani ayahnya, walaupun selalu pergi pagi dan pulang malam, setidaknya mamanya itu berada di rumah"bik, mama kemana??" tanya tasya ketika melihat bik inah yang sedang memasak di dapur.
memang benar bik inah, pembantunya ketika di bengkulu yang kini harus ikut bersama mereka ke jakarta.
semua memang tak sesuai plening, dulu waktu sebelum pindah amelia tidak ingin pembantunya ini yang telah lama bekerja dengannya ikut kejakarta, itu ia lakukan bukan karna bik inah memiliki kesalahan melaikan karna ia sendiri yang ingin melayani keluarganya.
akan tetapi semua itu tidak terjadi, baru satu hari di jakarta amelia sudah menyuruh agar bik inah kejakarta untuk mengurus tasya.
karna amelia harus menemani suaminya untuk keluar kota maupun keluar negri untuk mengurus utusan kantor.
Dan jadilah sekarang bik inah kejakarta."oh iya non, nyonya pergi ke luar negri non untuk nemanin tuan katanya ada miting mendadak, jadi nyonya gak sempat buat kasih tau non" jelas bik inah
tasya hanya manggut manggut setelah mendengar penjelasan bik inah