"Gimana??, enak gak????". Ini sudah pertanyaan yang kesekian yang di tanyakan sedari tadi oleh orang sok ganteng di depannya ini. Bertanya dengan senyuman miring membuat tasya ingin memuntahkan seketika makanannya, namun seperti nya itu mustahil di lakukan oleh seorang tasya yang mengingat makanan di depan nya sangatlah enak.
"B aja sih, gak ada yang spesial" tasya menjawab dengan nada ketus, namun sang tangan tak pernah berhenti untuk menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Emang, disini tuh tempat makanan ter enak yang pernah gue singgahi, awalnya gue juga gak tau kalo aja si aldo gak ngasih tau gue" berkilah dari jawaban yang di berikan tasya, fathan malah bercerita tentang awal mula ia berjodoh dengan tempat ini, seolah olah tasya menuntut untuk di berikan penjelasan.
Tasya tak merespon perkataan fathan, ia hanya melanjutkan sesi makanya tanpa rasa beban sedikitpun.
"Udah??, yuk pulang, kayaknya langit mendung, ntar keburu ujan" fathan berdiri dari tempat duduknya setelah melihat tasya yang sudah selesai makan dan berjalan ke arah penjual untuk membayar makanan mereka.
-------
Setelah turun dari motor fathan, tasya langsung melenceng masuk kedalam rumah tanpa mengindahkan keberadaan fathan
"Gak ada niatan gitu sya, buat tawarin gue mampir?". Betapa kagetnya tasya ketika mendengar suara orang yang berada tepat di dekat telinganya.
"Astaga fathan, lo tuh ya bikin orang kaget aja" tasya langsung memukul lengan fathan karna kesal. Sedangkan reaksi fathan???, ia hanya cengengesan tidak jelas. Ia merasa senang melihat wajah tasya yang kesal.
"Ya lagian lo sih, udah mau gua anterin pulang juga, gk ada gitu rasa trimakasih sesikit pun???, paling gak tawarin gue masuk kek, apa kek". Ada benarnya juga perkataan fathan ini, bagaimana tidak???, ia sudah membayar beberapa buku tasya tadi, mentraktir nya makan, lalu mengantar nya pulang.
Wajar jika fathan menanyakannya??, tapi bukan kah itu pamrih???, tidak iklas membantu?? Menginginkan sebuah imbalan?."Siapa suruh lo anterin gue pulang??" Tasya menjawab dengan nada kesal, oh jangan lupakan mata yang mendelik bak kilat yang akan menyambar.
"Gak tau trimakasih emang, lo pikir kalo gue gak nganterin lo, lo pulang pakek apa???, jalan kaki???. Masih mending juga gue mau nganterin lo sampe rumah" fathan juga menjawab dengan nada yang sedikit kesal, orang di depan nya ini benar benar tak tau terimaksih.
"Ck, yaudah yaudah makasih. Udah sono lu pulang, gedek gue liat muka lo" tasya mendorong tubuh fathan hingga menuju motornya dan langsung menutup pagar rumah lalu berlari ke dalam rumah nya.
"Ck, cewek teraneh yang pernah gue temuin, langka emang" fathan tak berentinya untuk mengomel sambil memakai helm nya.
Jangan fikir sedari tadi tak ada yang memperhatikan interaksi mereka, biar kuingatkan kalian pada satu makluk yang masih bertengger di rumah tasya, dan sekarang masih mengintip di balik gorden jendela samping pintu. Dia tak henti hentinya terkikik melihat 2 makluk yang beradu mulut di depan pintu masuk.
Sebenarnya kejadian itu tak di sengaja, niat awal tak ada sedikitpun untuk mengintip, ia berniat untuk membukakan pintu rumah karna mendengar suara motor yang berhenti di depan gerbang.
Niat itu sirna seketika melihat sang pengendara bermotor adalah most wonteed di sekolahnya.
Jadi lah di gantikan dengan aksi mengintip sambil cekikan di balik tembok.Braaakk........
Benturan pintu yang keras menggema di seluruh penjuru rumah. Membuat sang empu yang berada di balik gorden samping pintu terlonjak kaget."Ngapain lo di sana??" Tasya bertanya dengan nada garang dan berjalan ke arah alden sambil bersedekap tangan. Alden hanya membalas dengan kekehannya yang masih belum berenti, bahkan bertambah setelah melihat wajah kesal sepupunya.