Surabaya, 01 Maret 2017
Kelas X MIPA 2 saat ini tengah berlangsung pelajaran BSI LM (bahasa dan sastra inggris lintas minat) yang diajar oleh guru paling sabar di SMAN Pancasila, bu Dewi.
Guru muda itu sedang menjelaskan bab 2 yakni tentang "Cause and effect". Namun, sedari tadi Ariana sama sekali tidak berkonsentrasi dengan materi yang bu Dewi jelaskan.
Raganya memang di sini, tetapi pikirannya melayang jauh ke sana. Sebentar lagi sahabat barunya, Sabrina berulang tahun yang ke 16. Namun, sampai detik ini ia belum menemukan skenario kejutan yang ditugaskan Devin kepadanya.
Ting!!
Devin : Istirahat aku tunggu di depan lab. Kimia dek
--Mampus!! Ngomong apa aku entar lagi? Mas Devin ngapain sih ngajak-ngajak aku segala buat nyiapin ultahnya Sabrina? Canggung!!-- Ariana
Ariana : Oke mas.
Devin : Jangan telat dek, soalnya aku ada ulangan biologi jam ke 5-6
Ariana : Oke mas.
Read
Ariana langsung menutup aplikasi chattingnya, whatsapp. Ariana mulai berpikir, kira-kira skenario seperti apa yang akan ia ajukan kepada Devin.
Tidak sampai beberapa menit ia telah menemukan jawabannya, tak terasa bersamaan dengan itu pelajaran bu Dewi berakhir. Entah kapan guru itu meninggalkan kelasnya, Ariana tidak tau. Lebih tepatnya tidak menyadarinya.
"Sab, hari ini aku ga ke kantin. Aku ada rapat PMR. Kamu ke kantin duluan aja ya?" ungkap Ariana sambil membereskan beberapa bukunya yang tergeletak tak beraturan di mejanya, kemudian memasukkannya ke dalam laci meja.
"Oke, aku duluan Ar." Sabrina pun melangkah menuju kantin bersama Dwikey dkk.
Dengan kecepatan kilat Ariana langsung menuju ke Lab. Kimia yang terletak di lantai dua.
"Akeh kancane, isin aku (banyak temennya, malu aku)," ucapnya pelan, ketika ia telah berada tak jauh dari lab. Kimia. Ketika ia hendak berbalik badan, hp di saku bajunya bergetar.
Ting!!
Devin : Kamu dimana dek?
Ariana : Aku masih nyampe tangga mas. Bentar lagi sampe.
Devin : Kamu tunggu situ aja. Aku yang nyamperin
Ariana : Oke
Read
"Nunggu siapa?" tanya seseorang.
"Gabriel? Nunggu mas Devin," sahut Ariana sambil mematikan layar hp miliknya.
"Pacaran?" tebak Gabriel.
"Eh, enak aja. Cuma sebatas adek dan kakak kelas aja kok,"
"Kebanya----"
"Dek," sapa Devin.
Keduanya langsung menoleh ke asal suara.
"Mas Devin?"
"Aku ke atas dulu," pamit Gabriel. Ariana pun mengangguk.
Gabriel menatap nanar ke arah dua insan itu. Gabriel pun melanjutkan langkahnya menuju Lab. Biologi, ia sedang ada bimbingan osn di atas sana.
"Jadi gimana dek?" Devin to the point.
"Jadi gini---------"
Devin mendengarkan dengan seksama penjelasan Ariana, terkadang terlihat kerutan pada dahinya, pertanda ia sedang berpikir keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In The Pain
JugendliteraturPerempuan pengagum hujan dan senja. Ia amat menyukai saat-saat turun hujan, namun kini hujan tak lagi menjadi sesuatu hal yang menyenangkan baginya, tetapi telah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang teramat menyesakkan dadanya. "Hujan yang mempertem...