Surabaya, 02 Maret 2017
Uks unit SMAN Pancasila terlihat sepi kali ini, membuat Ariana dan Silvia yang mendapatkan bagian jaga hari ini sedikit santai.
"Ar?" panggil Silvia. Ariana hanya berdehem sebagai jawabannya.
"Udah tau penyebab Aldian putus sama Syifa? Beberapa bulan yang lalu?"
--Shit!-- Ariana
Ariana menarik napas pelan, "Engga, lagian ga penting juga buat dibahas." kilah Ariana.
"Masa lalu, ngapain dibahas lagi? Yang penting kan Aldian sekarang masih sendiri." sambung Ariana.
"Karena ibunya,"
--Ibunya? Kenapa sama emaknya (ibunya) Aldian?-- Ariana
"Tante Sonya ga setuju kalo Aldian sama Syifa. Aldian pernah ngajak Syifa ke rumahnya, tante Sonya yang minta. Entah, karena apa tante Sonya ga suka sama Syifa, yang jelas detik itu tante Sonya minta Aldian buat mutusin Syifa. Tau sendiri kan tante Sonya itu kaya gimana? Awalnya Aldian menolak keputusan secara sepihak itu, tetapi lambat laun ia mulai menerimanya,"
--Sekeras apa tante Sonya terhadap anak-anaknya?-- Ariana
Ariana tidak berkomentar apa-apa, ia memilih untuk mendengarkan cerita ini sampai habis.
"Sorry, sebelumnya. Tante Sonya jauh lebih suka sama aku, dibandingkan sama Syifa. Bahkan tante Sonya, nyuruh Aldian pacaran sama aku." terang Silvia kemudian.
--Syifa yang kaya gitu aja ga direstuin. Apalagi aku? Mungkin, masih nyampek gerbang udah didepak duluan. Apalah aku?-- Ariana
"Tapi, aku menolaknya." lanjutnya kemudian.
Ariana menoleh, "Why?" tanya Ariana.
--Kalau aku ada di posisi Silvia, pasti langsung aku terima-- Ariana
Raut wajah Ariana langsung berubah menjadi murung, tetapi sedetik kemudian ia menampilkan ekspresi biasa saja. Sayang, Silvia sudah melihatnya terlebih dulu. Melihatnya, Silvia tersenyum puas.
--Sorry Ar, aku disuruh Aldian buat ngarang tentang ini. Dia pengen tau gimana reaksi kamu ketika mendengarnya. Ada-ada aja emang Aldian itu, asal kamu tau perempuan yang direstui sama tante Sonya itu kamu, lalu alasan tante Sonya nyuruh Aldian mutusin Syifa itu juga gara-gara kamu. Karena dia pingin kamu yang jadi pacar Aldian. Betapa beruntungnya kamu-- Silvia
"Karena aku ga suka sama Aldian, daripada aku ngecewain tante Sonya ke belakangya, mending jujur aja. Ya kan?"
--Bohong, betapa mirisnya aku, huahaha-- Silvia
"Emang bener kamu ga ada rasa sama Aldian? Kalian kan deket banget, masa iya ga ada rasa sama sekali. Rasa keju atau rasa coklat masa ga ada? Huahaha," selidik Ariana diselingi lawakan garingnya.
"Kalau aku ga ada, tapi kalau gery sallut malkist ada, haha." balas Silvia.
"Njirrr,"
Tiba-tiba pintu uks dibuka secara paksa oleh seseorang, dengan serentak keduanya langsung menoleh.
"Syifa?" ucap keduanya bersamaan.
Syifa langsung menghampiri mereka dengan muka garangnya, anak paskib mah beda auranya, wkwk.
"Jangan deketin Aldian lagi!! Aldian cuma punya aku!! Dasar pho!!" hardik Syifa sembari jari telunjuknya mengarah ke arah Ariana.
"Ngomong sama aku?" tanya Ariana dengan muka polosnya, sangat polos malahan :v
"Bukan sama tembok!" jawab Syifa sinis.
"Oh, sama tembok. Ya udah Sil, lanjut lagi yuk rumpinya." balas Ariana santai, kaya di pantai. Sedangkan Syifa sudah kalap sedari tadi. Tante Anifa sempat memberitahu Ariana, bahwa jika kita sedang menghadapi orang yang sedang marah, itu cukup dilayani dengan kata-kata yang kalem tapi mematikan. Beri applause buat tante Anifa :v
"Ish!! Aku ngomong sama kamu ya!!" geram Syifa.
"Tadi bilang sama tembok, sekarang sama aku. Labil!" balas Ariana.
"Aku ingetin sekali lagi ya, jangan pernah deket-deket sama Aldian. Dia itu milik aku, As-syifa Adriana."
"Ga pernah belajar agama ya? Dia itu miliknya Allah Swt. Bukan kamu ataupun aku. Understand?"
Syifa bungkam. "Dan satu lagi, aku bukan pho! Kalian putus karena takdir, bukan karena aku. Lagipula, kalo misal aku pho nya, kapan aku yang deketin Aldian? Jangankan deket, ngomong aja ga tau. Makanya, sebelum ngomong itu dipikir dulu! Jangan asal nyeplos aja tuh mulut," jawab Ariana dengan intonasi nada yang tenang namun mematikan lawan. Didikannya mami Anifa :v
"Heh, mantan aja belagu." tiba-tiba Silvia menyahut. Sebenernya, dari tadi mulutnya sudah gatal ingin berkomentar, namun ia menunggu moment yang pas. Ia ingin tau bagaimana pembelaan Ariana terhadap dirinya sendiri.
"Ga usah ikut campur, arek cilik (anak kecil)."
"Masih mending aku, badanku kecil tapi pemikiranku ga sekecil badanku. Daripada situ? Badan doang gede. Isinya mah ga ada, huahaha." balas Silvia tak kalah sengit.
"Ehem, permisi mbak silahkan dibaca tata tertib uks." titah Ariana. Arah pandangan Silvia maupun Syifa langsung mengarah ke arah yang ditunjuk Ariana.
"Di sana sudah tertulis jelas, Dilarang berada di uks saat jam pelajaran berlangsung, kecuali siswa sakit dan petugas piket uks. Tertanda Bapak Kuncoro, pembina UKS." sindir Ariana.
--skakmat for you, Syifa. Ariana dilawan. Wkwk-- Silvia
"Jadi junior aja belagu!" sahut Syifa sembari melangkah pergi dari uks.
"Ngaca woy! Ga punya kaca ya di rumah?" kini giliran Silvia yang menyindir.
Ariana menimpali, "Udah ah. Udah pergi juga mak lampirnya," kemudian mendudukkan bokongnya di kursi.
"Dateng-dateng tuh salam kek,"
"Pms kali,"
"Maybe,"
Surabaya, 02 Maret 2017
11.55 AM ...Aku yang terlebih dulu menyukainya...
Aku yang terlebih dulu memiliki rasa ini...
Tetapi, kenapa dia ga pernah melirik ke arahku, barangkali sekali saja...
Sebegitu semukah aku di matanya...-Ariana Anne Pradipta-
"Ternyata kamu masih belum berdamai ya sama hati kamu sendiri?" ucap Silvia tiba-tiba. Menghentikan lamunan Ariana yang terjadi beberapa detik yang lalu.
"Maksudnya?" sungguh, hingga detik ini Ariana belum mengetahui maksud ucapan Silvia yang satu ini.
"Kamu akan tau jawabannya ketika kamu sudah berdamai sama hati kamu sendiri, ketika kamu sudah memahami hati kecil kamu sendiri."
"Sil? Ga usah sok-sokan buat teka-teki deh. Aku males main tebak-tebakan." ungkap Ariana.
"Siapa bilang main tebak-tebakan? Aku cuma pingin, kamu lebih mengikuti kata hati, bukan teori. Karena, tak jarang teori bisa saja salah. Sedangkan hati? Tidak pernah. Kecuali, kita tidak benar-benar memahaminya," Silvia menghirup oksigen di sekitarnya dengan ritme yang pelan.
Detik selanjutnya, Silvia melanjutkan ucapannya, "Aku yakin suatu hari nanti, dengan sendirinya kamu akan paham maksud dari ucapanku selama ini, ketika kamu telah berdamai dengan hati kamu sendiri. Mungkin sekarang, mata kamu masih buta untuk melihatnya, karena tertutup kabut kecemburuan yang tak berujung," Silvia mengakhiri ceramah panjangnya dengan senyum tipisnya.
"Ku harap begitu," Ariana berharap.
--Cepatlah sadar Ariana!! Kasihan hati kamu, hati Aldian juga. Kalian sudah terlalu lama memendam selama ini-- Silvia
🌨🌨🌨
I'm come back guye. Ga bosen²nya aku ingetin buat vomment yah 😗😗 satu vomment dari kalian berharga buatku. Thanks guys buat semuanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In The Pain
Dla nastolatkówPerempuan pengagum hujan dan senja. Ia amat menyukai saat-saat turun hujan, namun kini hujan tak lagi menjadi sesuatu hal yang menyenangkan baginya, tetapi telah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang teramat menyesakkan dadanya. "Hujan yang mempertem...