Aldian POV
Silvia : Bisa ke kantin? Ada yang mau aku omongin. Soal Ariana sama mantan kamu.
Mantan? Oh oke aku baru ingat, pasti perempuan sableng itu. Aku juga heran, kenapa dulu aku menembaknya? Ya, dulu aku masih dalam keadaan kalut. Kalian tahu sendiri bukan jika Ariana cinta pertamaku.
Tetapi sayangnya setelah menunggu sekian lama dia malah tidak kunjung peka. Usut punya usut, saat awal masuk SMA dia dikabarkan dekat kembali dengan teman sekelasnya dulu, Alvin. Yah, laki-laki brengsek yang dengan seenaknya memusuhi Ariana tanpa sebab. Sebagai laki-laki, aku ga terima gadisku diperlakukan sedemikian rupa. Cielah gadisku? Jadian aja belum. Ga usah jauh-jauh jadian, doi peka aja kagak :v Gini amat nasibku, sekalinya suka ceweknya malah gak peka. Back to the topic. Aku yang mendengar hal itu dari mata-mataku :v langsung geram. Enak saja dia datang seenak jidat setelah meninggalkan luka untuknya. Aku kalap!
Saat itu tujuanku satu, mendapatkan perhatian Ariana. Supaya dia bisa jauh-jauh dari laki-laki brengsek itu. Ketika aku mondar-mandir ga karuan, melintaslah sosok Syifa di hadapanku. Muncullah ide. Ku kira dengan aku berpacaran dengan Syifa, Ariana akan peka. Cemburu misalnya, namun lagi-lagi aku harus tepok jidat. Kenapa? Karena dia B-AJA pemirsa yang budiman. Abang lelah dek!
Begitu tau, rencanaku tak berhasil aku langsung memutuskannya beberapa hari kemudian. Awalnya dia kekeh gak mau aku putusin, dia malah semakin ngejar-ngejar. Andai aja Ariana yang ngejar-ngejar :v
Semakin hari dia semakin menjadi-jadi yang sontak saja membuatku muak. Tepat di hari ke 10, aku mengajaknya ke rumah. Aku mengatakan, jika bunda ingin bertemu dengannya. Sebelumnya aku telah berkompromi dengan bunda, alangkah senangnya aku, ternyata bunda tidak menyetujui hubunganku dengan Syifa. Malah merestuiku dengan Ariana. Entah apa yang bunda katakan padanya di dapur, tiba-tiba saja ia keluar dari dapur dengan mata merah.
Ketika aku menawari mengantarkannya pulang, ia menolak. Alhamdulillah. Beberapa hari setelahnya, ia tak lagi terlihat di sekitarku. Syukurlah. Akhirnya aku bisa putus juga dengan mak lampir itu :v
Aldian : Dmn?
Silvia : Kantin. Gpl!
Aldian : Y
Read
Buru-buru aku menuju kantin. Ada apa lagi dengan mak lampir itu? Tak sampai beberapa menit aku sudah sampai di kantin. Tanpa basa-basi aku langsung mendudukkan bokongku di depan Silvia.
"Ada apa?" ujarku tanpa basa-basi.
"Santai, kemaren mantan tersayang nge labrak doi tersayang di uks pas lagi jaga uks bareng aku," ungkap Silvia dengan menekankan kata mantan dan doi.
"Gila. Ariana ga kenapa-napa kan?" tanyaku khawatir.
"Ya engga lah. Tau sendiri kan situ Ariana kaya gimana orangnya,"
"Syukurlah," ucapku lega.
"Al, aku saranin ya, agak hati-hati aja sama Syifa. Dia bisa ngelakuin apa aja buat ngancurin kalian. Tau sendiri kan dia itu orangnya nekat."
"Itu salah satu alasan aku masih ga berani ungkapin perasaan aku ke dia. Aku takut dia kenapa-napa. Cukup sekali dia terluka karena Alvin."
"Tai. Dengan kamu nyuruh aku ngarang cerita tentang aku sama kamu, apa ga buat dia terluka? Asal kamu tau, baru aja aku selesai cerita, Syifa tiba-tiba dateng langsung marah-marah. Bilang Ariana pho lah."
APA?? Berani sekali mak lampir itu.
"Ya kan itu beda. Aku cuma ngetes dia. Aku pingin dia peka sama perasaan aku,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In The Pain
Teen FictionPerempuan pengagum hujan dan senja. Ia amat menyukai saat-saat turun hujan, namun kini hujan tak lagi menjadi sesuatu hal yang menyenangkan baginya, tetapi telah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang teramat menyesakkan dadanya. "Hujan yang mempertem...