Surabaya, 27 Februari 2017
Kedua anak manusia itu tengah berbicara serius di bawah sana. Sesekali si perempuan menatap ke arah si laki-laki
"Mau ngomong apa?" tanya perempuan itu to the point. Sebenarnya ia sudah tau kemana arah pembicaraan ini. Namun, ia berpura-pura bodoh untuk menutupi kecemburuannya di depan laki-laki ini.
"Ariana. Bagaimana perkembangannya?"
Sedetik tampak perempuan itu menghela napasnya, "Gak maju gak mundur. Dia kayanya ga cemburu sama sekali waktu aku ngarang cerita tentang kedeketanku sama kamu. B aja,"
Ekspresi murung jelas sekali tercetak di wajah laki-laki itu. Ia marah sekaligus frustasi kepada dirinya sendiri untuk membuat perempuan yang dicintai sejak lama itu peka akan perasaannya. Apakah cara yang ditempuhnya salah?? Hanya Tuhan dan Author yang tahu :v
"Tolong katakan! Aku harus berbuat apa supaya dia peka Sil? Aku juga bisa lelah kalau kaya gini terus," nada frustasi kentara sekali dalam ucapannya.
"Temui dia. Katakan yang sebenarnya. Dari awal aku sudah bilang kalau rencana ini ga bakalan berhasil. Kamu aja yang batu kalau dikasih tau,"
Aldian berpikir sejenak, "Ga semudah itu. Aku harus tau perasaan Ariana terhadapku dulu. Aku takut ia masih membenci seperti 2 tahun yang lalu. Terlebih lagi----ah sudahlah," Aldian mengacak-acak rambutnya. Melampiaskan emosi yang selama ini ia pendam.
"Poor Aldian," sahut Silvia dengan nada mengejek.
"Cinta itu rumit ya? Padahal hanya terdiri dari lima huruf saja," sambung Silvia kemudian
"Apa dia masih memiliki perasaan terhadap Alvin?" tanya Aldian
"Maybe. Entahlah, perempuan itu tidak bisa ditebak,"
"Tapi aku sayang," dengan senyum lima jarinya Aldian membayangkan hari-harinya akan ia lewati bersama Ariana, perempuan yang ia cintai.
Silvia memutar bola matanya malas, "Alay!"
Aldian terkikik, "Sirik mah bilang aja? Makanya cari doi biar ga jomblo mulu," dengan nada setengah mengejek
"Mending jomblo, daripada situ? Nunggu yang ga pasti. Huahaha,"
Wajah Aldian langsung berubah menjadi masam. Semasam buah asam jawa
"Waktu itu Ariana pernah bilang, "Pokok Aldian lek ketemu aku raine ora tau woles (Aldian kalau ketemu aku mukanya ga pernah santai)" dia ngiranya kamu masih belum memaafkan kesalahannya saat persami penggalang terap di smp kalian," terang Silvia dengan pandangan kosong ke depan
Aldian tampak mengingat-ngingat,"Padahal aku udah lupa, dan sama sekali ga mempersalahkan itu. Malahan perasaan ini mulai tumbuh sejak itu," kenang Aldian
"Kalian itu lucu! Sama-sama suka tapi tak bisa mengungkapkan,"
"Jadi? Dia juga suka sama aku selama ini? Seriously??" Raut bahagia langsung tercipta di wajahnya, sedetik kemudian ia memasang tampang datar andalannya selama ini
"Maybe, itu yang selama ini aku tangkep saat aku bersama dengan Ariana. Hanya saja mungkin dia masih takut untuk mengutarakannya, sama halnya denganmu. Kau tau sendiri bukan? Jika selain memiliki pribadi yang cuek, ia juga terkadang bisa bermetamorfosa menjadi cewek yang gengsian untuk mengutarakan maksud hatinya," terang Silvia.
Aldian mengangguk, "Besok kamu temui dia. Katakan padanya, jika sebenarnya aku mau temenan sama dia. Cuma aku takut ga direspect sama dia. Karena yang aku tau dia masih benci sama aku. Satu lagi, aku males sama dia, gara-gara dia suka ngomong kasar, dan terlalu cuek. Aku ga akan dingin lagi ke dia asalkan dia mau berubah dan mau minta maaf sama aku."
![](https://img.wattpad.com/cover/138118842-288-k568241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In The Pain
Teen FictionPerempuan pengagum hujan dan senja. Ia amat menyukai saat-saat turun hujan, namun kini hujan tak lagi menjadi sesuatu hal yang menyenangkan baginya, tetapi telah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang teramat menyesakkan dadanya. "Hujan yang mempertem...