10 - Ada Apa?

7 1 0
                                    

Terlihat seorang laki-laki yang memiliki rambut agak keriting dipadu dengan hidung yang mancung,

Dicampur dengan matanya yang lebar

Kemudian dibalut dengan senyumnya yang manis.

Ia adalah Alvin Hadinata ,

Laki-laki ini tengah duduk santai, menikmati pemandangan di depannya.

Ya, di depannya ada seorang laki-laki dan seorang perempuan tengah berbincang-bincang.

"Kamu harus ngerubah sikap kamu!" sambil menggenggam tangan si perempuan.

Si perempuan tampak menautkan keningnya, pertanda ia tak mengerti kemana arah pembicaraan laki-laki di depannya ini.

"Idih, siapa kamu? Sok-sok an ngatur aku. Bapak aku aja ga ngelarang," si perempuan memberi tanggapan.

"Kamu lupa? Aku kan pacarmu," sambil menatap lurus ke arah manik kedua bola mata perempuan tersebut.

Mendengar pernyataan itu terlontar dari mulut Aldian, membuat Alvin beranjak. Meninggalkan mereka berdua.

Ia sendiri bingung pada dirinya sendiri, mengapa ia se-emosi ini. Mengetahui Ariana telah memiliki pacar.

"Hehe, iya. Aku lupa," Ariana menjawab dengan cengengesan.

Aldian langsung memeluk erat Ariana, ia tidak rela bidadari tak bersayapnya menjadi milik orang lain.

'Tetaplah bersamaku, Ariana. Apapun yang terjadi jangan pernah ada niatan dalam benakmu untuk meninggalkanku. Karena kamu adalah, sun in my life."

"Tidaakk. Ini gila. Ga mungkin." Ariana terbangun dari mimpinya.

Jam mejanya menunjukkan pukul 3 pagi waktu setempat.

Ariana masih sibuk menetralkan detak jantungnya, sementara bulir-bulir peluh telah membanjiri seluruh permukaan wajahnya.

"Rasanya kaya nyata. Aku ngerasa kalo aku bener-bener dipeluk Aldian. Tatapan itu. Arghh,"

"Pertanda apa ini, Tuhan? Mengapa mimpi itu begitu nyata dan terasa? Aku bener-bener merasakan dan mendengar detak jantung Aldian sama bergemuruhnya denganku, ketika ia menarikku ke dalam pelukannya,"

"Terus, Alvin? Kenapa dia ada di belakangku? Lalu kenapa dia pergi?"

Tiba-tiba daun pintu kamarnya, dibuka oleh seseorang.

"Belum tidur dek?" tanya Delby kemudian langsung mendudukkan pantatnya, di kasur milik Ariana.

"Kebangun, bang. Abang sendiri? Nonton bola ya? Hayo ngaku! Aku bilangin mama nih!" ancam Ariana.

"Enak aja. Abang lembur, ada tugas dari kampus. Kebangun kenapa? Mimpi buruk?" kata Delby sambil memperhatikan wajah Ariana yang penuh dengan peluh.

"Ga begitu buruk sih," jawab Ariana.

"Mimpi apa?" Delby bertanya kembali. Apapun yang menyangkut Ariana ia pasti kepo tingkat dewa.

Kemudian mengalirlah cerita itu dari bibir mungil milik Ariana.

"Kalau menurut abang gimana?" Ariana langsung mengajukan pertanyaan, begitu ia menyelesaikan ceritanya.

"Busset! Nge-gas amat neng?" Delby terheran-heran dengan tingkah adik semata wayang ini, yang sulit sekali ia tebak.

"Hehe, kan sama kaya abangnya. Kepo-an," ejek Ariana.

"Njir! Abang itu bukan kepo, tapi peduli. Dicatet, digaris bawahi, kalau perlu ditulis di buku diary kamu. Kalau abang itu peduli. PE.DU.LI," jelas Delby.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rain In The PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang