Kau terlihat begitu nyaman
bila di dekatnya...
Tapi, terlihat begitu gelisah
bila di dekatku...
Kau terlihat begitu bahagia
bila bersamanya...
Tapi, terlihat begitu murung
bila bersamaku...
Kau terlihat begitu tenang
bila berada di sampingnya..
Tapi, terlihat begitu resah
bila berada di sampingku...Ariana Anne Pradipta
---------------
04.15 PM...
Semua insan yang bernapas di dalam ruangan itu, sudah selesai dengan makan-makannya. Terkecuali, Si Gunung Es kesayangan Ariana itu. Yang tak lain dan tak bukan adalah Aldian Davino Aditama teman-teman yang budiman.
Sejak beberapa menit yang lalu, bakso yang telah Ariana siapkan khusus untuknya, ia abaikan begitu aja. Menoleh sebentar saja, tidak Aldian lakukan sama sekali. Sedari tadi yang ia hanya sibuk menetralkan detak jantungnya yang terus saja bergemuruh di saat yang tidak tepat.
Ekspresi gelisah, resah jelas tercetak pada wajahnya yang tampan itu. Bahkan seorang Ariana yang menurut Aldian adalah cewek paling tidak ter-peka yang ia kenal, detik ini mendadak kadar kepekaannya naik drastis daripada biasanya. Alay!! 😂
--Sebegitu ga nyamannya kalau sama aku, Al? Bahkan kamu jauh lebih tenang kalau sama Silvia. Ingin rasanya aku tukar posisi dengannya, haha-- Ariana
Tiba-tiba Aldian angkat bicara, yang sontak saja membuat mereka mengalihkan pandangan ke arahnya, "Sab, aku pulang dulu." ujarnya, no basa-basi sambil berdiri.
Sabrina melihat sebentar ke arah mangkok Aldian, "Loh, kok buru-buru Al? Baksonya loh masih belum habis??" sembari ikut-ikutan berdiri
"Iya, bunda udah nyuruh aku pulang!" jawab Aldian.
Sabrina diam, memikirkan kata-kata apa yang paling tidak bisa menahan Aldian lebih lama lagi.
"Ora ngeregani (Gak menghargai)," Ariana tiba-tiba menyahut tanpa menatap lawan bicaranya.
Aldian mendengus pelan.
--Ngertio talah! Aku kui deg-deg an lak cidek-cidek wakmu. Aku sek urung terbiasa (Mengertilah!! Aku itu deg-degan kalau deket-deket sama kamu. Aku masih belum terbiasa)-- Aldian."Sepurane, aku arep dijak bunda metu (Maaf, aku mau diajak bunda keluar)," Aldian bersuara kembali.
"Yaudah lah, makasih ya? Salam buat bunda," kata Sabrina sembari tersenyum.
Aldian menggangguk sembari berkata, "Aku duluan. Assalamualaikum," pamitnya sembari memakai helm merah kesayangannya. Kemudian melajukan motornya begitu kencang. Udah ga kuat dia 😂
"Waalaikumsalam, hati-hati," seru Sabrina.
"Eh, Sab. Aku sama Ariana juga mau pulang. Udah sore. Ariana juga masih harus ngajar ngaji," Alfira berkata setelah sedari tadi asyik melakukan pendekatan dengan Adrian. Kebetulan, Alfira sudah lama sekali mengidolakan seorang Adrian. Mumpung ada kesempatan emas, jangan disia-siakan menurutnya.
"Iya, Sab." Ariana menyetujui.
"Oalah, yaudah. Hati-hati ya? Thanks juga buat acara kejutannya yang gagal, haha." Sabrina menanggapi.
"Njir!!" balas Alfira.
"Mas duluan ya? Assalamualaikum," pamit Alfira.
"Waalaikumsalam," sahut mereka bertiga dengan serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In The Pain
Teen FictionPerempuan pengagum hujan dan senja. Ia amat menyukai saat-saat turun hujan, namun kini hujan tak lagi menjadi sesuatu hal yang menyenangkan baginya, tetapi telah bermetamorfosa menjadi sesuatu yang teramat menyesakkan dadanya. "Hujan yang mempertem...