"Rara kamu anaknya udah cantik, manis, pintar, kaya, siapa sih yang gak mau sama kamu.” kata-kata itu yang sering kudengar dari orang-orang yang dekat denganku, namun sebenarnya semua dugaan itu salah.
“mah aku pulang.. mah?” seperti biasa mama gak ada di rumah, aku berjalan menuju kamarku, sepanjang hari aku tertawa, tersenyum di depan teman-temanku, aku tidak ingin teman-temanku tau penderitaanku selama ini.
“RARA!! DASAR ANAK BERENGSEK TURUN KAMU” suara itu, suara yang amat aku kenal.
‘brukk’ pintu terbanting dengan amat kencang, sesosok wanita cantik yang keluar dari balik pintu menatapku dengan penuh amarah. Rambutku dijambak dengan sangat kencang tidak tau apa salahku hanya meminta maaf yang bisa keluar dari bibirku, aku dibawa ke wc wajahku disiram dengan air.
“Dasar anak kurang ajar! Hanya menghabiskan uang yang kamu bisa! Kamu itu brengsek sama seperti papahmu, seharusnya dari dulu aku gugurkan saja kamu!” air mataku menetes tampa henti memikirkan apa salahku, selama ini kemauan mama selalu aku turuti, sampai perginya papa dengan wanita lain meninggalkan aku dengan mama.
Terasa hari mulai gelap aku pun meranjak ke kamarku, memutuskan untuk pergi tidur.
👻👻
‘ting tong’ sura bel berbunyi yang menandakan masuknya jam pelajaran.
“Rara, sejujurnya aku penasaran deh sama kamu"
“Penasaran apa sih sayang?”
“Dihh LGBT deh”
“Hahaha iya, iya kamu penasaran kenapa sih Sal?”
“Aku udah berteman cukup lama sama kamu, tapi selama ini aku belum pernah melihatmu menangis, kamu selalu tersenyum, tertawa, gembira, tapi gak tau kenapa ada hal mengganjal di sikap kamu! Kalau kamu ada masalah mending cerita deh sama aku”
“Ihh apa sih Salwa, aku gak ada masalah apa-apa kok, lagian aku selalu tertawa emang karena hidupku menyenangkan aja kok”
“Kamu yakin?”
“iya sayang, baby, cinta”
“Dihh jijik tau”
👻👻
Selesainya sekolah aku langsung pulang ke rumah ‘plak’ tamparan yang mendarat sempurna di pipiku memberikan bekas merah yang sangat menyakitkan. Aku hanya terdiam tanpa kata, air mataku berjatuhan hari ini tidak tau kenapa mamaku membawaku ke gudang.
Tanganku diikat dengan kencang, bekas kikisan pisau memenuhi tubuhku, darah bercucuran di mana-mana membuat lantai berubah menjadi merah darah, mamaku bertindak seperti akan membunuhku, dalam benakku berkata
‘mungkin ini akhir yang indah buat mamaku yang selama ini telah mengurusku’
Aku rindu senyumnya, tawanya, candaannya, aku sangat merindukan semua itu dari mamaku.
Jariku satu persatu menghilang dari tanganku, aku menjerit kesakitan meminta sedikit kebaikannya tapi ia tak menghiraukannya.
Hidupku bagaikan binatang hina yang telah mengganggunya ‘brusss’ suara tusukan yang mendarat tepat di jantungku mengakhiri semua kisah ini, untuk pertama kalinya aku melihat tawa bahagia mamaku lagi setelah ia menyiksaku dengan amat keji.