Tak beruntung?

93 6 0
                                    

Ketika aku sadar, aku sudah berada di rumah sakit dan ditemani seorang kating.
"Perkenalkan, namaku Danar Siddiq, salah satu panitia yang mengadakan acara MO Maba. Tak kusangka karena dibentak seperti itu kau sampai pingsan dan harus dirawat di rumah sakit seperti ini."
"Aku Arani kak. Panggil Ara saja. Sebenarnya dari kecil aku punya penyakit jantung lemah yang bisa kambuh sewaktu-waktu saat aku merasa tertekan atau ketakutan."
"Apa? Kenapa tidak mengumpulkan surat riwayat penyakit? Kan sudah kami tegaskan kalau yang memiliki penyakit yang serius harus mengumpulkan surat itu. Kalau kami tau, kami bisa melakukan yang harus kami lakukan, Ra."
"Aku pikir tidak akan masalah, Kak. Karena akhir-akhir ini sudah jarang kambuh. Maafkan perbuatanku kak." aku menyesal karena tidak mengumpulkan surat riwayat penyakit.
"Sudahlah, jangan minta maaf, sekarang aku akan memanggil dokter." Kak Danar langsung bergegas keluar untuk memanggil dokter.

*****

"Semua kondisi vital saudari Arani normal, besok pagi bisa pulang. Namun perlu diingat, penyakit saudari Arani sangat berbahaya jika saat kambuh tidak mendapatkan pertolongan segera. Sebaiknya setelah pulang, istirahat dulu satu atau dua hari. Akan saya buatkan surat dokter."
"Baik, Dok."
"Nah, ini. Pikirannya dijaga ya Mbak. Biar nggak kambuh lagi." Dokter menyodorkan surat keterangan sakit, beliau sudah seumuran Ayah, ramah dan murah senyum."
"Iya, Dok. Saya akan mengingatnya. Terima kasih."

Setelah itu dokter tersebut keluar, dan aku masih ditemani Kak Danar. Berdua saja. Baru kali ini aku berada di ruangan berdua dengan laki-laki.
"Kak, apa kakak sudah makan?"
"Sudah, kok. Tadi aku beli nasi goreng di depan. Kalau kamu lapar ada roti itu di atas meja."
"Syukurlah kalau kakak sudah makan. Pasti melelahkan menungguiku selama itu."
"Tidak, ini tanggung jawab."
"Hmm begitu."
"Istirahatlah lagi kalau tidak lapar. Kau masih butuh istirahat."
"Iya, baiklah. Kakak apa tidak sebaiknya pulang?"
"Pulang kok. Tapi besok sekalian mengantarmu pulang. Sudah, sana tidur."
Aku hanya mengganggukkan kepala tanda mengiyakan. Aku pun merebahkan badanku untuk kembali tidur. Kalau dipikir-pikir, kenapa kakak ini mau menunggu begitu lama, sampai-sampai ia tidur di sini. Menunggu seorang adik tingkat yang baru dikenalnya. Pasti dia orang yang sangat baik.

*****

"Aaaah senangnya, akhirnya aku di kamar kost, bau ruangan ini, aaaaah. Di rumah sakit bau obat." Aku yang baru saja datang langsung merebahkan badanku di kasur.
"Kamu membuatku khawatir, Ra. Semalaman tidak pulang. Eh, pas pulang, kamu diantar cowok."
"Aku habis ngedate, Dit" Aku menjawabnya dengan sedikit bercanda.
"Haah?! Apa?! Nge-ngedate?! Semalaman?!" Herdita rupanya percaya, ia terheran-heran mendengar jawabanku.
"Iya, ngedate di rumah sakit, hahahahaha."
"Dia dokter?"
"Aaaaaah, Dita, bukan. Dia bukan dokter. Dia kating."
Akupun mulai menjelaskan semuanya padanya. Dia sampai memarahiku karena tidak menghubunginya semalam. Tapi aku sudah menelepon ibu kos kalau aku tidak pulang. Bunda? Belum kuberitahu kalau aku pingsan. Bisa-bisa bunda menjemputku ke sini. Yang penting kan sekarang aku sudah sehat.

*****

Hari ini, hari pertama masuk kuliah. Merasakan menjadi mahasiswa. Bertemu dengan dosen, bertemu teman baru, lingkungan baru, suasana baru, dan satu yang pasti, tanpa berseragam. Aku bebas memilih model pakaianku. Aku memilih mengenakan kemeja putih bergaris biru muda, rok berwarna biru dongker, dan kerudung biru tua berenda di tepinya, dengan sepatu warna coklat, aku siap berangkat kuliah.

Jarak kost dan kampus lumayan jauh, tak bisa ditempuh dengan jalan kaki. Sehingga aku harus naik angkot untuk berangkat dan pulang kuliah. Hari ini cukup cerah, namun nampaknya semilir angin terasa dingin, aku mengenakan jaket hitam untuk berlindung dari hawa dingin.

Meskipun aku sudah berangkat satu jam sebelum masuk kuliah pagi, ternyata angkot yang kutumpangi sudah ramai penumpang. Didominasi oleh anak sekolah, dari seragamnya sih, anak SMP. Di ujung belakang ada seorang mahasiswa juga. Mungkin ia satu kampus denganku. Sepanjang perjalanan terdengar suara riuh anak-anak SMP, mereka bercerita tentang sinetron semalam. Nampaknya sinetron itu populer. Hah, daripada sinetron lebih baik lihat kartun, lucu. Sinetron ceritanya selalu melebih-lebihkan. Kebanyakan sih seperti itu. Jadi, aku lebih memilih menjauhinya. Ya, tapi semua terserah pada masing-masing orang, kan selera beda-beda. Asal bisa memilih dan memilah yang baik, ya, aman-aman saja.

Tak terasa ternyata angkot sudah mendekati kampus. Siswa-siswa SMP itu belum turun, nampaknya jarak sekolah mereka lebih jauh dari kampusku. Semoga hari kalian menyenangkan, ya.

Dari gerbang kampus ke gedung tempat fakultasku masih harus berjalan sekitar setengah kilometer. Di sepanjang jalan meski ini kampus yang terkenal, namun tetap menjaga kelestarian lingkungan, masih ada taman-taman yang indah dan beberapa pohon rindang.  Udara di sini juga masih segar. Mataku melihat pemandangan sekeliling. Sepagi ini masih sedikit kendaraan yang melewati jalanan kampus. Aku pun menyeberang jalan dengan. Tin tin tiiiiin. "Aaaargh!!!" Aku berteriak.

=====to be continue=====

=================================

Yeey sudah update lagi. Maafkan karena jadwal updatenya belum tetap. Kalau cerita sudah selesai pasti diupdate kok. Hihi.
Jangan lupa vote juga ya, biar semangat nih bikin ceritanya.
Selamat membaca :)

A Rani's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang