Sesuatu yang Tak Terduga

43 10 0
                                    


Sebagai seorang mahasiswa, tentunya sudah wajar jika disibukkan dengan berbagai macam tugas yang memang harus diselesaikan tepat waktu. Boleh saja jika tak menyelesaikannya tepat waktu, tapi tunggulah hingga saat pengumuman perolehan IP*. Pasti dosen tak segan memberikan nilai yang 'luar biasa', yang bisa membuatmu mengulang mata kuliah yang sama di semester depan.

Untuk menghindari hal itu, aku selalu berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin sebelum deadline. Tak bisa dipungkiri bahwa nilai tugas bisa membantu nilai akhir nanti. Entah mengapa hari ini wifi di kost sedang mengalami gangguan. Sejak tadi pagi aku tidak bisa menghubungkan laptop maupun ponselku dengan wifi, sehingga aku memutuskan untuk pergi ke salah satu spot wifi di kampus. Ternyata di sini juga banyak sekali mahasiswa yang sedang asyik dengan laptopnya.

"Sebelum jam 12 siang harus selesai, nih."

Saat aku menoleh ke arah pintu, aku melihat ada seseorang yang tidak asing bagiku. Cowok berkemeja biru tua dan celana hitam itu nampaknya juga menyadari keberadaanku. Namun, seperti tak mengenalku, ia malah nampak seperti kebingungan dan berbalik pergi. Tak mau repot-repot mengejarnya, aku memilih tetap diam di depan laptop. Aku yang awalnya ingin menyapanya dan mengajaknya duduk bersama, sekarang jadi dibuat kesal olehnya. Kenapa dia seperti menghindariku? Apakah aku berbuat sesuatu yang salah? Setidaknya jika aku memang berbuat salah, ya bilang dong. Bukan malah menghidar dariku seperti itu. Kan aku tidak tahu apa salahku.

Setelah dipikir-pikir, memang mereka sudah seperti itu sejak lima hari yang lalu. Terakhir kami bertemu adalah saat makan mie ayam di kantin. Setelah kejadian itu Fauzi, Santi, bahkan si Galih yang biasanya sangat ramah padaku menjadi dingin. Jika aku mendekati mereka, pasti mereka punya segudang alasan untuk berpindah tempat. Padahal mereka kan sahabat baikku, sekarang rasanya seperti orang yang tak pernah kukenal, bahkan malah lebih tepatnya mereka seperti membenciku. Tak mau ambil pusing dengan tingkah mereka, aku lebih memilih untuk menyelesaikan tugas ini secepatnya. Masalah dengan mereka bisa diselesaikan nanti.

*****

Sudah beberapa kali aku membuka-tutup media sosial yang ada di ponselku. Seperti orang kurang kerjaan saja. Tapi aku tidak bisa menyembunyikan keingintahuanku tentang mereka bertiga. Grup 4CS* juga telah lama sepi. Tak ada percakapan di sana. Meski ada, itu hanya chatku yang tak berbalas dan hanya dibaca oleh mereka bertiga. Mungkin memang benar bahwa aku telah berbuat salah pada mereka. Namun, sekeras apa pun aku memikirkannya, tetap saja aku tidak tahu apa yang telah kuperbuat. Seandainya ada yang memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi, kupikir akan lebih baik.

"Haaah, aku pusing," kulempar ponselku ke atas kasur. Kubuka pintu kamar dan aku beranjak ke kulkas bersama yang berada di dapur. Berharap bisa mendinginkan hati dan pikiranku dengan es krim rasa vanila yang telah kubeli tadi sore. Ada sekitar lima bungkus es krim vanila, kuambil tiga bungkus dan menyisakannya dua bungkus untuk kunikmati esok hari. Setelah mendapat apa yang aku inginkan, aku kembali ke kamarku.

"Habis sudah uang jajan semingguku," meski sedikit merasa sedih karena aku menghabiskan uang jajan untuk beli es krim, aku bahagia karena rasanya enak.

"Ya ampun Ara, kamu doyan apa kesurupan? Makan es krim sekaligus tiga gitu?" Tiba-tiba Dita masuk ke kamarku yang memang pintunya aku biarkan terbuka. Ia menatapku dengan aneh dan penuh tanya.

"Biarin, ini enak kok. Jangan-jangan kamu mau minta ya?? Tidak akan kubagi. Kali ini aku ingin makan ini semua sendiri." Aku bertingkah seperti anak kecil yang menjauhkan makanannya dari jangkauan orang lain.

"Ye ... nggak, aku nggak mau es krimmu. Awas kena brain freeze* loh ya."

"Aku makannya pelan-pelan kok. Tenang saja. Ada perlu apa Dit?"

A Rani's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang