0.6

1.2K 248 6
                                    

"oh gitu doang? yaudah gue tutup."

"wen, kok ditu-"

klik.

wendy menekan tombol end call, muak dengan segala penjelasan hwang minhyun.

gak logis, terlalu membelit, seakan menutupi sesuatu.

toh, wendy tak peduli.

bohong.

faktanya, wendy masih menyukai minhyun. tak peduli sedalam apa luka itu tergores, hatinya tak dapat berbohong.

walaupun, sikapnya kontradiktif dengan hatinya.

perempuan, gengsi.

suara dering telepon memecah lamunannya. segera ia raih ponselnya di atas meja.

"halo? jonghyun?"

"iya, wendy?"

"apasi jong ckck gaje,"

"hehehhehe"

"mau ngomong apaan lo. jangan sampe useless dengan suara ketawa lo yang menyebalkan itu"

"hehehhehe"

"stop it, jong. eneg"

"iya iya cantik"

"buruan ga lo"

"iya iya. ehm, besok lo ikut jenguk gue ga?"

"dih siapa juga yang mau jenguk lo. geer."

"eee jangan muna gitu deh. jujur aja sama aku. kita udah janji buat saling jujur kan?"

"geli anjuy"

"jawab aja wen pertanyaan gue"

"ikutsih kalo gaada remed dadakan"

"good. gue mau ngasih tau sesuatu sama lo,"

"sok iye lo. udah ah, gue mau ngerjain propo. ga kelar daritadi banyak gangguan. bye"

wendy menutup telepon sepihak.

ia kembali fokus dengan proposal yang sedang ia kerjakan.

namun, ketika sebuah notifikasi email masuk, tangannya tergoda untuk menklik notif kehijauan itu.


••


to : dearestwendy@gmail.com

from : oranganteng@gmail.com

halo, wendy.

jangan pandangin layar laptop terus dong.

coba pandang aku, sekali saja, agar setidaknya aku dapat merasakan teduh matamu. walau sekali, untuk saat ini.

entah kalau besok.


••


wendy mengernyit.

lah, ni orang tau email gua darimana?


dear you | minhyun wendy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang