[ Z-1 ]

34.8K 1.2K 19
                                    

"Nanti sore aku pertandingan, kamu dateng kan?"

Azrina yang sedari tadi sibuk dengan berbagai rumus di depan matanya, beralih menatap Zidan yang sedang duduk di sisi kasur sembari menatapnya dengan penuh harapan.

"Nggak bisa, aku les."

"Kamu nggak bisa izin satu hari aja? Sekali-kali liat aku bertanding, Na."

Azrina menghembuskan nafasnya kasar. "Nggak bisa. Aku nggak mau nyia-nyiain uang Papah. Papah susah payah cari uang buat aku, dan aku pengen uang yang Papah pake buat biayain aku terpakai sesuai dengan keinginannya. Jadi jangan paksa aku liat kamu ngerebutin satu bola, lagi. Les aku lebih penting daripada pertandingan kamu."

Azrina membalikkan tubuhnya, kembali mengerjakan contoh soal yang kemungkinan akan masuk pada Ujian Nasional nanti. Sedangkan Zidan, ia tersenyum tipis sembari menatap punggung Azrina.

Zidan mendekati Azrina, memeluk perempuan itu dari belakang, meletakkan kepalanya di bahu Azrina. "Otak kamu, jangan dipaksa buat belajar trus, nanti error. Aku pulang."

Zidan menutup pintu kamar Azrina sepelan mungkin. Semenjak perempuan itu tinggal bersama kedua orang tuanya yang baru, sifat Azrina berubah. Ia selalu mengeluarkan kata-kata pedas dan nada bicaranya terdengar judes.

Semoga, Azrina tetap menjadi Azrina yang Zidan kenal.








-28 Maret 2018-

zidan | belum revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang