Indonesia, 24 September.
Perempuan yang memakai kaus oblong, celana jeans selutut, serta sneakers putih itu keluar dari pintu kedatangan menuju café yang berada di ujung bandara. Bukannya duduk di salah satu bangku di café itu, ia lebih memilih untuk duduk di kopernya. Matanya tidak berhenti melirik orang-orang yang lewat melintasinya.
Perempuan itu, Azrina Raziya Shazfa yang hari ini genap menginjak umur 26 tahun.
Ia tersenyum lebar ketika melihat keluarga dan teman-temannya di pintu kedatangan. Kakinya mendorong koper agar mendekat ke arah mereka.
"Papah! Mamah!"
Azrina melompat dari kopernya dan langsung memeluk kedua orang tuanya erat. Melepas rindu setelah 6 tahun tak bertemu tanpa tau wajah mereka. Sayangnya, di sana Azrina sangat sibuk hingga memberi kabar kepada keluarga dan teman-temannya saja susah.
Dua orang laki-laki yang berada di samping koper Azrina menggeleng sembari menutup mata. Umurnya sudah genap 26, tetapi sifat kekanak-kanakannya tidak hilang. Lihatlah, perempuan 26 tahun mana yang menaiki koper kecil berwarna hitam sebagai trolinya?
"Waw!" Azrina menatap salah satu dari mereka sembari menutup mulut dengan kedua tangannya, "lo beneran jadi hot daddy, ya Kak!"
Arham langsung belagak cool. "Wah iya dong."
Azrina mengalihkan pandangannya menatap Aldi. "Kamu jadi Tentara sekarang?"
Aldi mengangguk sembari menarik tubuh Azrina ke dalam pelukannya. "Iya."
"Perasaan kamu bilang mau jadi Polisi."
Aldi menaruh kedua tangannya di pinggang dan menatap Azrina dengan tatapan tajam. "Masih berani lo senyam-senyum kayak gitu, setelah nggak ada kabar 6 tahun?! Gue kira lo udah mati tenggelem di makan ikan hiu!"
Azrina terkekeh, selama 6 tahun ia di sana, ia hanya satu kali mengirimkan Aldi pesan tentang kabarnya. Dan hanya sebulan sekali mengirimkan kedua orang tuanya pesan.
"Jahat!"
"Lo lebih jahat!"
"Lo–"
Ucapan Azrina terpotong ketika seseorang datang dan langsung memeluknya erat. "Susu Zi gue udah pulang dari Inggris! Kenapa nggak sekalian nikah sama raja Inggris aja, lo?!"
"Rajanya jelek," ucap Azrina asal.
Rafka melepas pelukannya dan melipat kedua tangannya di dada. Sebelum itu, ia sempat menepuk bahu Aldi dan Arham. "Dia pergi dengan status mahasiswi UI jurusan kedokteran, kan?"
Aldi dan Arham mengangguk.
"Tapi kenapa dia pulang jadi Jaksa?!"
Aldi, Arham dan Rafka menepuk tangannya keras-keras, membuat orang-orang menatap mereka. "Azrina Raziya Shazfa, seorang Jaksa lulusan Universitas Oxford yang mampu mengungkapkan pelaku pembunuhan berantai 38 orang pada tahun 2016 lalu hanya dalam 7 hari. Nama dan wajahnya terpampang di televisi maupun di surat kabar manapun, mengalahkan selebritas dunia."
Tepukan tangannya semakin keras. Bukannya malu atas kelakuan teman-temannya, Azrina malah menundukkan tubuhnya sebagai ucapan terima kasih dan mencium telapak tangannya lalu berdadah-dadah.
"Abang!" teriakan Azrina sangat keras membuat semua orang menatap ke arahnya.
Azrina memeluk Arthur erat, kedua kakinya memeluk pinggang Arthur. Ia menghirup wangi yang sama dengan 9 tahun yang lalu.
Azrina melepas pelukannya dan menatap Arthur dari atas sampai bawah. "Arthur yang dulu masih suka ngompol sekarang udah jadi CEO perusahan pertama di Indonesia."
"Azrina yang dulu suka nangis gara-gara digigit nyamuk sekarang udah jadi Jaksa!"
Aldi menepuk bahu Arthur. "Udah jadi Jaksa terkenal!" koreksi Aldi membuat Azrina tersenyum malu.
Suara tepuk tangan kembali terdengar dari teman-temannya, dan bertambah keras ketika Arthur ikut bertepuk tangan.
"Sudah-sudah, ayo kita pulang."
Rina yang sedari tadi hanya tersenyum-senyum seperti nahan pup akhirnya bersuara karna malu melihat kelakuan kedua anaknya.
"Eh, kalian duluan aja, aku pengen buang air dulu bentar."
Semua mengangguk, membuat Azrina berlari memasuki bandara dan mencari toilet. Baru saja ia menemukan tulisan toilet, dirinya sudah terduduk di lantai karena menabrak seseorang yang tidak dilihatnya.
"Aduh, maaf ya."
Azrina menunduk ketika mengetahui bahwa seseorang yang ditabraknya adalah seorang pilot. Ia menatap wajah anak kecil yang berada di samping orang itu dengan bingung.
"Papah, nggak pa-pa?"
Pilot itu mengusap lembut rambut anak kecil itu. "Papah nggak pa-pa, Sayang. Bunda ada di dalam toilet, kamu duluan aja."
Ia berdiri di hadapan Azrina, membuat perempuan itu tambah menunduk. "Maaf ya, Om."
Pilot itu tertawa kecil. Om? Kalian seumuran!
Bukannya menjawab, orang itu malah menyentuh dagu Azrina, menuntut perempuan itu agar melihatnya.
Tatapan mata Azrina yang tadinya tajam akibat kelakuan lancang orang itu langsung berubah jadi sendu.
Azrina menangis sembari memukul-mukul orang itu. "Jahat! Kamu bilang nggak akan ninggalin aku, tapi apa?!"
Orang itu terkekeh sembari memeluk Azrina erat. "Aku di sini. Aku nggak ninggalin kamu, kan?"
"Aku kangen kamu, Zidan."
- Ending -
a.n
ZIDAN selesai! Terima kasih banyak karna rela nungguin updatean Zidan. Dan terima kasih juga yang udah mau baca sampe part segini:')
Udah diturutin kan bikin Book 2 karna endingnya AZRINA gantung. Kalo maksa lagi bikin Book 3 karna endingnya ZIDAN gantung lagi gue makan kalian:')
See you.
-Dindaa.--16 Juni 2018-
KAMU SEDANG MEMBACA
zidan | belum revisi
Short Story[ BOOK 2 ] • Read AZRINA first • "Halo, Zidan. Ini Azrina, perempuan yang sangat menyukai kucing, tetapi alergi dengan bulu kucing. Aku masih seperti yang dulu, tenang saja. Walaupun sudah banyak yang berubah, hehe. Aku masih menyukai aroma tanah s...