[ Z-33 ]

9.9K 544 2
                                    

Satu minggu kemudian, hari-hari Azrina tidak ada yang spesial. Pagi ia bangun, mandi, sarapan ke kampus hingga sore lalu malam ia belajar dan tidur. Begitu saja, sampai hari berganti terus-menerus. Bahkan pada hari ini, hari ulang tahunnya, tidak ada yang spesial dengan hari ini.

Siang ini, Azrina menyusuri koridor kampusnya dengan langkah lambat. Semua orang yang berpapasan dengannya memberinya ucapan selamat yang hanya dibalas dengan senyuman.

"Lo yakin nggak mau ambil beasiswa itu?"

Azrina menatap Aldi sekilas. "Nggak."

"Na, pikirin masa depan lo. Mimpi lo pengen jadi dokter yang terkenal di dunia. Kalau lo kayak gini terus, lo nggak bisa maju Na."

Azrina menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Aldi. Belum sempat Azrina membalas perkatan Aldi, laki-laki itu sudah membuka mulutnya kembali.

"Gue tau lo masih nyari Zidan. Kita udah keliling Jakarta, tapi hasilnya apa? Nggak ada, kan?"

Tatapan mata Azrina menjadi lembut ketika menyadari apa yang ia lakukan selama ini hanya sia-sia. Ia tidak maju, dan tidak mundur.

"Menurut kamu, gimana?"

Azrina bertanya, bahkan ia tidak yakin dengan kehidupannya yang sekarang.

Aldi mengangguk. "Menurut gue, lo kuliah di luar, jadi orang sukses, bahagiain orang tua dan hidup bahagia."

"Okay. Kalo itu mau kamu."

Aldi tersenyum tipis, mengusap lembut rambut Azrina lalu merangkulnya sembari berjalan menuju parkiran.

Apa ini akhir dari semuanya? Setelah apa yang ia lalui bersama Zidan, ini akhirnya?

Apa yang akan ia lakukan setelah ini? Kuliah di luar negeri? Apa ia akan hidup dengan tenang di sana tanpa mengetahui apa yang terjadi dengan Zidan? Azrina saja tidak yakin bisa melupakan Zidan.

Lantas apa yang harus ia lakukan sekarang?








-8 Juni 2018-

zidan | belum revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang