34. Go To Paris Again

789 29 0
                                    

Happy Reading... 😘

Semoga suka sama part ini ya guys...

~~~**~~~

Kicau burung gereja diiringi sisa tetesan air hujan yang jatuh dari setiap dedaunan hijau, menyegarkan bumi pertiwi. Sang mentari kembali bersinar dari rutinitas malamnya untuk beristirahat bergantian dengan sang bulan ditemani kerlap-kerlip indahnya cahaya bintang.

Wangi tanah bekas guyuran air hujan pun menyeruak masuk ke dalam indera penciuman seorang pengantin baru yang menyembunyikan indahnya setiap lekukkan tubuh dalam lapisan kain tebal bersama seorang lelaki di sampingnya yang sudah merenggut harta paling berharga dalam tubuhnya.

Shilla menguap dan menggeliat kian cantik dipagi hari yang sangat cerah. Shilla mengerjap-ngerjapkan matanya, membiasakan indera penglihatannya atas cahaya yang masuk melewati celah-celah kecil dalam kamar hotel yang saat ini dihuninya. Pandangannya jatuh pada lelaki yang masih terpejam di sampingnya diiringi dengan irama nafas yang teratur.

Posisi lelaki itu kini sedang memeluk dan menghadapnya. Shilla tersenyum mengingat tentang apa yang sudah dia lakukan bersama dengan lelaki yang memeluknya tanpa mengenakan sehelai benang pun, sama seperti dirinya. Iel memperlakukannya begitu lembut dan penuh rasa hormat, tanpa melukainya sedikitpun.

"Semoga kamu gak pernah kecewain aku." harap Shilla lirih dan mengelus pipi Iel.

Shilla beralih menengok ke arah meja di sebelahnya. Tak bisa dibohongi, mata Shilla tak henti-hentinya merem melek guna memastikan apa yang dilihatnya itu salah. Shilla beralih mengambil ponselnya, ternyata ini benar. Matanya belum terkena minus, jadi tidak memerlukan kaca mata minus untuk membantu penglihatannya.

"Apa secapek itu semalam? Sampe-sampe gue bangun aja jam 08:27 siang. Ini sih bukan pagi lagi, tapi waktunya makan siang." tanya Shilla terhadap dirinya sendiri. Mengingat semalam dirinya dan Iel baru bisa tidur pukul 03:00 pagi.

"Mending gue mandi dulu aja lah, sambil nungguin Iel bangun." putus Shilla, dan beralih ke kamar mandi.

<==**==>

Semua keluarga berkumpul di restaurant hotel bersama dengan teman dekat Iel dan Shilla. Sedangkan Fagni hanya menunduk ketika Rio dan Alvin menatapnya begitu tajam.

"Nyonya Nuraga. Silahkan dinikmati hidangannya." ucap Angel.

"Iya, Tante. Terima kasih." jawab Fagni diiringi dengan senyuman kakunya.

"Iel sama Shilla belum bangun juga, Ray?" tanya Lita kepada anak sulungnya. Ray yang ditanya hanya mengedikkan bahu tanda tak tahu.

"Biarin aja, Jeung, mungkin mereka kelelahan karena acara kemarin kan sangat melelahkan." sahut Angel sambil mengoleskan selai nanas ke atas roti tawarnya.

"Iya Ma, mungkin mereka masih tidur." sambung Yoga.

"Untung saja tiket pesawatnya jam tiga sore. Coba kalau pagi, gak bakal jadi berangkat deh tu anak."

"Benar juga, Ngga." Yoga membenarkan ucapan Dewangga besannya.

"Maaf Mr. Saya dan istri pamit sekarang juga. Karena pesawat akan berangkat pukul 09:00." sela Cakka.

"Kenapa harus terburu-buru, Kka? Apa gak kangen sama Negara sendiri?" tanya Dewangga.

"Bukannya begitu Mr. Wangga. Tapi pekerjaan sudah menunggu saya." jawab Cakka.

"Ya sudah, saya tidak berhak mencegah kamu. Terima kasih atas waktunya sudah hadir di acara pernikahan putra saya."

"Sama-sama Mr. Wangga dan Mrs. Angel. Saya juga berterima kasih atas jamuannya."

Apa Masih Ada Cinta? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang