27. Cerita di Malam Kemenangan

648 28 1
                                    

Happy Reading... 😘

Banyak couple berdatangan ini 😆

~~~**~~~

Oik merasa pusing disaat menaiki tangga. Tapi dirinya masih berusaha untuk menahannya. Ray mengajaknya ke kamar mereka. Sampai di dalam kamar Ray mengunci pintunya. Ray duduk di atas kasur, sedangkan Oik masih berdiri di samping ranjang.

"Aku mau bicara serius, Ik." ucap Ray memecah keheningan.

Oik masih terus menyebarkan senyum dibibirnya meski sakit dikepalanya semakin menjadi.

"Bicara aja, Bang." balas Oik.

"Aku maa...."

Bruukkkk

"Oikkkk!" pekik Ray ketika melihat Oik dengan manisnya terjatuh ke lantai tergolek tak sadarkan diri.

"Oik bangun, udah deh gak usah bercanda. Please, jangan kayak gini. Bangun dong." Ray memangku Oik dan menepuk-nepuk pipi Oik.

"Oik bangun, kamu kenapa? Badannya rada anget lagi." Ray menggendong Oik dan menidurkannya ke atas kasur.

"Mamaaaa.... Maaa..." teriak Ray langsung membuka kunci pintu kamarnya berlari ke taman sebelah memanggil Lita.

"Maaaa..... Mama!" teriak Ray yang sudah ada di taman.

"Kamu apa-ap..." protes yang akan Lita lontarkan pun terputus karena ucapan Ray.

"Simpen dulu marahin Raynya, Mah. Sekarang bantuin Ray dulu. Oik pingsan di kamar tiba-tiba." Ray memberi tahu dengan nafas yang menderu.

"Apaaa?" kaget Lita.

"Shilla, cepat panggil dokter keluarga." suruh Yoga. Lita dan Ray sudah lari ke lantai atas menuju kamar Ray.

"Nomornya gak aktif, Yah." keluh Shilla.

"Biar saya telfon dokter keluarga kami, Ga." ucap Dewangga sedikit meredam rasa khawatir di antara mereka yang ada di sana.

"Shillaaa.... Buatin teh manis." teriak Ray dari atas.

"Yaaa, Kak." Shilla bergegas ke dapur dan membuatkan teh manis.

"Kalian, nikmati saja hidangannya, saya mau ke atas dulu melihat menantu saya. Saya minta maaf, karena untuk saat ini tidak bisa menemani kalian semua. Eum... Biar putra bungsu saya yang menemaninya." ucap Yoga kepada keluarga Damanik.

"Tidak usah cemas, Ga. Kami ini sudah menjadi keluarga. Gak usah merasa sungkan seperti itu." balas Dewangga.

"Terima kasih, kalian memang keluarga saya dari dulu." balas Yoga.

"Yah, mana dokternya?" tanya Lita dengan wajah paniknya.

"Itu kali, Mah. Deva bukain pintu dulu ya." Deva berlari untuk membukakan pintu.

"Biar aku bikinin bubur ya, Jeng." tawar Angel kepada Lita.

"Gak usah, Jeng. Malah ngerepotin. Biar Shilla saja nanti yang membuat bubur " jawab Lita.

"Udah, gak apa-apa. Lagian kita ini kan keluarga, gak ngerepotin kok."

"Tapi, Jeng."

"Udah gak papa, Lit. Biar Angel membuatkan bubur untuk menantumu." Dewangga ikut membantu istrinya.

"Ya sudah, dapurnya ada di sebelah sana. Kalau butuh apa-apa, tanya saja sama si bungsu ya. Terima kasih loh, Jeng."

"Beres, Jeng." Lita kembali ke atas, karena tadi Deva sudah mengantar dokter ke kamar Ray. Yoga pun sudah ada di atas.

Apa Masih Ada Cinta? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang