12] Kamu

2.2K 67 2
                                    

Munafik itu bukan cuma temen doang kok, kadang hati kita aja munafik sama perasaan sendiri. Bilang ngga padahal suka.

[]

"Tar, mood lu lagi bagus apa kagak?" Tanyaku.

Selama perjalan tak ada obrolan sama sekali diantara aku dan Akhtar, aku mengalah aku yang memulai obrolan karena rasanya bosan sekali.

"B aja." Jawabnya.

"Gue mau nanya nih." Ucapku dan seperti nya dia bersiap mendengarkan.

"Paan?"

"Lo mau lanjut kemana kalo lulus?" Tanyaku hanya basa-basi.

Tiba-tiba motor Akhtar terhenti di pinggir jalan. Akhtar nampak kesal dan terus menerus menatap jam tangan.

"Motor gue kumat, naik busway aja gue bayarin, mumpung deket sama halte busway noh." Ucapnya menatapku.

"Eh ga usah, gue tunggu ini aja lagian masih ada 30 menit lagi." Kataku.

Sekolah ku memang memasang jadwal sekolah jam 7.30 wib.

"Gue bolos." Ucapnya dengan terus menatap jam tangan.

Sedikit terkejut juga sih mendengar Akhtar segampang itu mengucapkan bolos.

"Kalo gitu gue juga." Celetukku membuatnya menatapku secepat kilat.

"Lo kan mau jadi penulis kaya bunda, masa bolos sekolah." Katanya lalu menarik tanganku untuk duduk di bangku pada trotoar jalan.

"Sekali doang ga masalah."

"Tetep aja ga boleh." Ucap Akhtar.

"Tumben peduli sama masa depan gue." Timpalku mengacuhkan pandangan.

"Dari dulu kali gue udah peduli." Jawabnya lantang membuatku menatapnya sekilat, pasalnya Akhtar jarang sekali bicara serius seperti itu.

"Ga penting bahas ini sekarang, mending lo nunggu busway terus sekolah gih." Lanjutnya.

"O...oke lo ati-ati." Kataku agak ragu.

"Iya lebay banget dah."

"Ih..."

🍁

Pulang sekolah aku sengaja menelpon Akhtar bukan Kak Fazka.

'Tar'

'Hmm?'

'Lo dimana?'

'Di rumah'

'Sendiri?'

'Iya'

'Gue kerumah lo ye'

'Ya udah gue jemput'

'Gue tunggu di halte depan sekolah'

Lover But Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang