14] Juga

2K 74 0
                                    

Jika katamu aku wanita terbaik, lalu kenapa kamu masih mencari yang lebih baik dariku? tidakkah cukup tulusku untukmu?

[]

Aku menghampiri Akhtar dan mendorong Akhtar agar tidak menyentuh buku itu, tapi sebelum Akhtar terjatuh ia malah menarik tanganku.

Dapat dibayangkann, sekarang posisiku dan Akhtar sangat menjijikan. Aku berada di atas tubuh Akhtar dengan tangan yang menghimpit badan Akhtar, dan Akhtar dengan wajah polos namun dengan tatapan yang aneh.

Tiba-tiba pintu kamarku terbuka, jangan sampai itu Mama apalagi Papa. Syukurlah bukan, tapi itu Kak Fazka. Pasti dia akan salah paham, ah.

"Eh sorry." Celetuk Kak Fazka seperti tercekat.

Lalu segeralah aku berdiri begitu juga Akhtar dan Kak Fazka malah keluar dari kamarku. Sudah pasti dia salah paham.

"Kamu salah paham tadi itu kita jatoh gara-gara Atar mau baca buku-buku punya aku."

Aku mengejar Kak Fazka yang akan masuk ke kamarnya.

Akhtar yang di belakangku beberapa langkah, menatap kita berdua yang hanya saling diam mematung.

"Mau jatoh mau apa bukan urusan aku." Ucapnya lalu menutup pintu kamarnya, hal seperti itu yang dinamakan ke kanak-kanakan bukan?

Aduh yang satu teledor ditambah cuek, yang satu lagi posesif dan negative thingking mulu.

"Maaf ya Pey." Celetuk Akhtar pelan sambil menatapku lama, dari matanya dia sangat merasa bersalah.

"Gapapa Tar."

"Gue balik dulu deh."

"Eh iya, itu cokelat panasnya diminum dulu, udah angetan kali."

"Ga usah makasi Pey gue langsung cabut aja." Katanya lalu turun ke bawah dan keluar dari rumahku.

Aku merasa tidak enak dengan Akhtar meski Akhtar yang salah tapi seharusnya aku tidak membohonginya seperti ini.

Aku langsung menuju kamar Kak Fazka, pintunya tak terkunci dia terlihat lelah terdampar di kasurnya sambil memutar musik kesukaannya.

"Jeka..." Panggilku sangat pelan.

Tak ada respon, aku menghampirinya dan duduk di atas ujung kasurnya.

"Maafin aku, tadi itu kamu salah paham."

Masih juga tak direspon.

"Tadi itu aku pulang dianter Akhtar eh malah ujan akhirnya kita mandi hujan udah gitu aku ngajak Atar buat nunggu hujan reda supaya dia bisa pulang, ---

terus aku pinjemin Atar baju kamu udah gitu Atar kepo sama kamar aku kata dia kamar aku beda terus dia liat buku yang sebenernya album foto gitu, mana isinya itu foto kamu semua nanti malah ketauan lagi kalo kita pacaran, eh pas aku dorong Atar dia malah narik tangan aku jadi aku ikut jatoh."

Aku berusaha menjelaskan dengan bercerita ulang secara detail tapi tetap saja tidak ada jawaban.

"Jangan ngambek dong, nanti ga ganteng lagi."

"Aku itu ga bisa jemput ada kelas tambahan, kamu malah berduaan sama Atar!" Ucapnya seakan menggertak.

"Aku ga berduaan sama Atar! Atar itu sahabat aku dari kecil jadi wajar." Jawabku malah menjadi emosi.

"Kamu bilang wajar? kamu ga mikir gimana rasanya jadi aku!"

Aku hanya terdiam, ini pertama kalinya Kak Fazka membentak, ini pertama kalinya aku debat hebat dengannya.

"Aku pulang sekolah cepet-cepet buat ketemu kamu, aku takut kamu kenapa-napa tapi seharusnya aku ga gitu kali ya, kan kita adik kakak."

Entah kenapa setiap ia mengatakan bahwa kita adalah Adik Kakak, rasanya terlalu sakit hingga membuat sebuah cairan di mataku pecah.

"Aku sayang kamu Pey! sayang lebih dari seorang adik."

Aku hanya terdiam dan menangis pelan mendengarkan semua perkataan dengan nada tingginya.

"Aku tau Atar itu sahabat kecil kamu, aku tau dibanding aku sama Atar lebih dulu kamu kenal Atar, dan aku tau Atar berarti di hidup kamu.

Tapi Pey! aku itu pacar kamu bukan kakak kamu, aku juga ngerasain cemburu jadi harusnya kamu ngerti itu Pey!"

"Jekaa a-a-ku minta maaf."

Dia terlihat kacau lalu menghampiriku yang duduk di kasurnya.

"A-aku minta maaf ga bisa ngertiin kamu, aku minta maaf, aku minta ma--" Kata selanjutnya tak terdengar karena aku mengucapkannya di dalam hati.

Aku terus menangis tanpa suara, lalu sesuatu berhasil membuatku terkejut dan merasa tenang. Ya itu sebuah pelukan hangat dari Kak Fazka, aku membalas pelukannya.

"Aku udah maafin kamu, aku minta maaf udah bentak kamu, udah buat kamu nangis gini, aku jadi ngerasa pacar yang jahat." Katanya sambil berbisik di telingaku.

Kak Fazka melepaskan pelukannya dan memegang wajahku lalu menatapku dalam.

"Aku sayang kamu Pey, aku pernah janji sama diri aku sendiri kalo aku ga bakal buat kamu nangis tapi sekarang---"

Aku menggelengkan kepala dan Kak Fazka menghapuskan air mata di pipiku lalu memberikan senyuman dan pelukan hangat kembali.

Aku rasa aku harus menjaga jarak juga dengan Akhtar, tapi di sisi lain Akhtar adalah sahabatku.

Untuk saat ini aku bingung aku harus memilih sahabat atau pacar? Aku tahu semua orang pasti menjawab 'ya mending milih sahabat lah'.

Tapi kenyataannya memilih tidak semudah itu, di satu sisi Kak Fazka bukan sekedar pacarku tapi dia juga seorang Kakak untukku.

Aku benar-benar bingung, dan aku rasa aku akan sedikit acuh juga pada Akhtar untuk beberapa hari ini.

-----
n/a: drama bgt g tuh hehehwhw

jgn lupa vote ya gaes:))

Lover But Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang