22] I

1.8K 61 0
                                    

Apa artinya jatuh cinta bagiku, jika setiap aku menjatuhkan hati untuk seorang pria, akhir cerita nya selalu sama. Aku yang ditinggalkan demi wanita lain.

[]

Aku kembali terbangun ketika adzan subuh berkumandang, aku mandi dan shalat untuk kemudian aku bersiap sekolah.

Setelah semua nya siap, aku turun ke bawah untuk sarapan pagi seperti biasanya. Dibawah sangat sepi, ah mungkin Kak Fazka masih dikamar dan yang lainnya juga begitu.

Aku tetap bersarapan dengan roti juga segelas susu, sambil memainkan ponselku karena banyak sekali disana yang mengucapkan selamat ulang tahun.

"Happy birthday Feya! happy birthday Feya! happy birthday happy birthday, happy birthday Feya!"

Itu Mama dan Papa, mereka membawa sebuah kue ulang tahun bertopping coklat dengan lilin angka 16 yang menyala lalu kemudian aku meniup lilin itu sembari mengucapkan wish terbaik untukku dan mereka.

Aku memeluk mereka, "Aaa makasi banget ya ma, pa."

"Iya sayang, semoga apa yang kita semua doain bisa terkabul ya." Kata Mama penuh harap.

"Aamiin."

Sedangkan Papa menjulurkan sebuah bingkisan besar, dan memberikannya padaku dengan penuh senyuman ramah.

"Ini hadiah dari papa sama mama buat kamu, semoga suka ya sayang." Katanya, lalu segera aku buka bingkisan itu.

Sambil terus berusaha membuka bingkisan itu, sesekali aku menatap mereka berdua dengan senyuman penuh kasih sayang, aku senang memiliki orang tua seperti mereka.

Ternyata isi nya sangat beragam, ada beberapa baju merk dan model kesukaanku, lalu ada aksesoris lain seperti jam dan tas.

Dan ini ada sebuah liontin beserta box yang penuh dengan foto masa kecilku. Ah hadiah terunik dan terindah, ini bermakna banget rasanya aku ingin menangis.

"Sekali lagi makasih banyak ya ma, pa, Peya sayang kalian!" Aku bersorak lalu memeluk mereka bergantian dengan mataku yang berkaca kaca.

Tapi tunggu, dimana Kak Fazka. Padahal aku harap pagi ini dia memberiku sebuah kejutan juga.

"Kak Fazka mana ya, tumben belum ke bawah." Celetukku dan mereka juga sepertinya baru sadar akan ketidak hadiran Kak Fazka sekarang.

"Coba mama cek dulu di kamarnya, masa iya belum bangun." Lalu Mama naik ke atas untuk mengecek.

Tiba tiba Papa membuka suara, "Harusnya kamu tau kemana Fayol sekarang."

Aku terkejut, aku tidak mengerti apa yang Papa maksud, "Ha?"

Papa kembali tersenyum. Lalu Mama datang, ah sial Papa bikin aku penasaran.

"Fayol ga ada di kamarnya, masa iya dia udah berangkat." Kata Mama penuh resah.

"Emang udah berangkat kali ma, udah lah Peya juga mau berangkat takut kesiangan." Ucapku lalu bersalaman dengan keduanya.

"Terus mau berangkat sama siapa?" Tanya Mama memperhatikanku.

Aku membalikan badan, "Sama Atarr kok ma."

Aku mengambil ponselku yang ada disaku jas sekolahku, untuk menelpon Akhtar. Dan iya sekolahku menggunakan jas sebagai seragam.

'Tarr'

'Hm?'

'Bisa jemput gue ga?'

'Oke tunggu'

'Gc yaa'

'Iya bacot'

'Buset moodnya lagi galak nih'

'Hahaha engga lah anjirr'

'Ya udah iya segimana lu aja, cepetan jemput gue oke bay'

Aku menutup telfonnya. Menunggu beberapa menit dan pada akhirnya Akhtar datang, seperti biasa sebuah senyuman ia lemparkan.

Berbeda dengan masa SMP dulu yang letak rumah Akhtar sangat dekat dengan sekolah, sedangkan sekarang rumahnya dua kali lipat lebih jauh.

Sampai juga akhirnya, kita berdua pun berjalan berdampingan di sepanjang koridor sekolah. Singkat cerita, ---

Di kelas Akhtar mood nya sedang tidak baik dan akhirnya aku istirahat sendiri, ya bisa kali cuma buat beli air mineral.

Tapi yang aku temukan sebelum menuju kantin adalah dua sosok yang tak asing di mataku, mataku memanas, ini hari ulang tahunku dan ini ulang tahun terburuk.

Aku berlari kembali ke kelas, dan disana Akhtar terlalu peka bahwa aku membutuhkan pelukan, Akhtar memelukku ketika keadaan kelas kosong.

Sambil terus mengelus halus punggungku, "Lo kenapa? bilang siapa yang nyakitin lo, biar gue sakitin dia lebih parah dari yang lo terima."

"Ga perlu Tarr." Kataku di sela senggukan tangisku.

"Ga bisa, ini hari spesial buat lo dan lo malah nangis, bego banget sii orang yang buat lo nangis!" Ucap Akhtar seakan geram.

Aku hanya terdiam dan tiba tiba, seseorang menggebrak meja ku, entah siapa yang membuatku melepaskan pelukan dengan Akhtar.

Bola mata nya yang tajam menyorot penuh marah ke arahku, manik mata itu milik Kak Fazka.

"Wadaww peluk pelukan di kelas." Katanya sambil berdecih, tentu saja sekelilingku sudah penuh dengan kerumunan.

Tidak hanya teman satu kelas yang melihat ini tapi ada juga dari kelas lain karena ke popularitasan Kak Fazka memang sangat tinggi.

"Aku pelukan sama Akhtar itu juga gara gara kamu!" Seru ku yang tak sadar menyebut kata aku.

Sial, semua tahu bahwa aku dan Kak Fazka kakak beradik tapi sebentar lagi mereka akan tahu yang sebenarnya.

"Dasarnya aja cewe kaya kamu yang gatel! dan cowo kaya dia itu modus!" Gertaknya membuatku melayangkan sebuah tamparan padanya.

Tapi aku sadar ini tempat umum, aku mengepalkan jari jariku kembali--tidak jadi menamparnya. Kak Fazka hanya membalas dengan senyum smirk.

"Aku cuma nangis dipelukan Atarr! lah kamu? kemana aja akhir akhir ini? sama cewe ganjen itu? haha." Cibirku dan tentu saja mereka yang melihat ini berpikir tidak karuan.

Tiba tiba Akhtar menarikku keluar dari kelas, entah bagaimana dengan keadaan tadi sekarang aku merasa lebih tenang berada di ruang musik bersama Akhtar.

"Lo harus jaga emosi, inget di sekolah ini lo itu adik kak Fazka bukan pacar." Katanya menekankan padaku layaknya seorang guru, tapi benar juga.

"Huft iya tadi kebawa emosi."

"Lo ada masalah apa sama dia sampe sampe kaya gitu?" Tanya nya.

"Ga tau Tarr yang jelas dari bulan bulan yang lalu kak Fazka berubah, gue sii ngeduga nya dia udah bosen sama gue."

Akhtar memalingkan wajahnya ketika tadi sempat memandangku lamat.

"Oh oke laa maaf gue ga bisa ikut campur di hubungan kalian, tapi kalo dia nyakitin lo lagi gue ga segan segan nonjok dia." Celetuknya sembari menepuk punggungku.

Aku tersenyum menatapnya, begitupun Akhtar yang membalas senyumku. Tatapan dan senyumannya hangat dan menenangkanku.

-----
n/a: just say 'please vote'

Lover But Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang