24] You

1.7K 68 2
                                    

Jika memang tak ada niat untuk menetap, pergilah saja sebelum aku jatuh terlalu dalam. Tapi jika ada niat untuk menetap, tetaplah disini mencintaiku maka aku akan mencintaimu juga.

[]

Hampir seminggu aku menangis tiap malamnya. Entah kenapa semakin aku menyibukan diri malah semakin ada dirinya dipikiranku. Aku lelah, aku ingin melupakannya.

Hari minggu ini Akhtar mengajakku keluar entah kemana. Dan sekarang aku sedang menunggu Akhtar datang menjemput. Mata ku jelas telihat sembab, huh menyebalkan.

Tiba tiba Kak Fazka keluar dari kamarnya lalu duduk disampingku, aku menggeser dudukku.

Untung saja kecanggungan ini selesai ketika Akhtar datang mengetuk pintu. Aku keluar dan pergi bersama Akhtar. Ternyata Akhtar mengajakku ke Sekolah Dasar ku dulu.

"Ko kesini?" Tanyaku, ketika motor Akhtar terhenti diparkiran sekolah.

"Lo sii malah left grup." Jawabnya lalu berjalan mendahuluiku.

"Eh iya, emang ada apa?"

"Hari ini ada reuni angkatan kita." Katanya lalu langsung memasuki bangunan sekolah.

"Lah anjirr gua ga tau." Seru ku dan Akhtar menjitak kepala ku.

"Lo kok semangat banget Tarr? biasa nya kalo acara keramaian lo paling males." Celetukku ketika aku melihat raut wajah Akhtar yang ceria.

"Iya gue kangen jaman sd soalnya." Jawabnya ringan lalu kedua manik mata nya tak menatapku lagi.

Aku mulai menerima cinta Akhtar meski rasanya sulit tapi aku harus bisa.

"Ayo ke kumpulan kelas kita." Ajaknya langsung menarik tanganku.

Disana aku dan teman teman SD ku berpeluk melepas rindu. Bahkan ada dari mereka yang mengira aku dan Akhtar berpacaran. Dan terkadang Akhtar menanggapinya dengan bercanda menjadi pacarku. Sedikit baper memang hehe.

Ketika senda gurau sedang asik dimainkan, ponsel Akhtar berdering dan Akhtar menjauh untuk mengangkat telepon, lalu kemudian kembali berkumpul dengan wajah lebih ceria.

"Siapa yang nelpon?" Tanyaku penasaran.

"Jeljel." Baru saja ia mengucapkan itu, pemilik nama itu datang.

"Hay semua!" Celetuknya lembut seperti dulu.

Aku yang memeluknya pertama, aku benar benar rindu sosok Jeljel, bahkan ini seperti mimpi dimana tidak ada pertemuan dan komunikasi setelah perpisahan SD lalu tiba tiba hadir di acara reuni.

"Lo kemana aja selama ini ha?" Tanyaku dengan sedikit rusuh.

"Ada kok." Jawabnya lalu tersenyum, senyum yang dulu ada pada wajahnya.

"Ish! lo ngilang dari kita tiba tiba pindah tanpa ngasih tau, nomer hp lo juga udah ga aktif terus gue cari akun ig lo juga ga ketemu, lo bener bener seakan ngejauh dari gue sama Akhtar." Omelku begitu panjang dan lebar.

Dia terkekeh, "Duh maaf banget aku ga sempet ngasih tau kalian dan masalah nomer hp sebelum aku pindah juga itu udah ganti dan akun ig aku emang ga ada unsur akunya disana, username nya juga bukan nama aku dan ga ada foto aku hehe."

"Ada aja alasannya ah! gue kangen banget anjirr." Seruku sekali lagi memeluknya.

"Eh aku juga tapi emang Atarr ga ngasih tau kalo aku bakal dateng kesini."

Akhtar? artinya jauh jauh hari Akhtar sudah ada komunikasi dengan Jeljel.

"Ish Atarr! jahat ga ngasih tau gue."

Akhtar terkekeh lalu menatap Jeljel aku tahu itu tatapan yang sama seperti dulu.

"Sorry sorry haha soalnya gue juga kangen banget sama Jeljel makannya sampe ga engeh ngasih tau lo." Jawab Akhtar yang terdengar tidak masuk akal, tapi lihat bicaranya begitu banyak.

"Yauda serah lo tapi nanti kirim kontak Jeljel ke line gue ye."

"Siap!"

🍁

Selesai acara Jeljel terlihat bingung untuk pulang. Aku keluar duluan sedangkan Akhtar sedang memarkirkan motornya untuk keluar.

"Balik sama siapa?" Tanyaku mendekati Jeljel entah kenapa jadi agak kaku.

"Sendiri, tapi aku lupa angkot yang mana yang ke arah rumahku." Jawabnya dengan suara yang masih saja seperti dulu.

"Rumah lo masih yang dulu?"

"Iya, kapan kapan kamu main ya hehe." Katanya lalu berseri padaku.

"Oke, btw angkot ke arah rumah lo itu yang A38 tapi bisa juga naik A36." Kataku sedikit membantunya.

"Oke makasih ya Pey."

Baru saja aku mau menjawab 'Sama sama' Akhtar ikut bergabung disini, akhirnya aku hanya mengangguk dan tersenyum pada Jeljel.

"Pulang sama siapa Jel?" Tanya Akhtar.

"Sendiri."

Entah kenapa jawaban Jeljel terdengar singkat, apa Jeljel takut gagal move on dari Akhtar, apalagi Akhtar nambah cakep sekarang, eh.

"Naik angkot?"

"Iya."

"Lo udah lama ga naik angkot disini takut kenapa napa mending gue anter ke rumah lo." Tutur Akhtar.

Entah kenapai itu sakit. Bagaimana bisa Akhtar mengajak Jeljel ketika ia harus mengantarku pulang juga. Emm ga masalah sii, mungkin aku mulai cemburu. Astaga.

"Eh kan kamu sama Peya." Jawab Jeljel seperti menolak namun terdesak.

"Udah anter lo baru balik lagi kesini terus anter Peya." Kata Akhtar menimpali jawaban Jeljel.

"Nah iya bener Jel, lo mending balik sama Akhtar daripada naik angkot entar kenapa napa gimana dah." Ucapku sebenarnya tak mau juga jika Jeljel dalam bahaya.

"Emm oke deh kalo gitu."

"Yauda cepet naik." Titah Akhtar lalu Jeljel naik dijok belakang motor Akhtar.

"Duluan ya Pey, bay!" Seru Jeljel terlihat lucu.

"Oke ati ati! salam ke ibu lo ye." Kataku tak kalah berseru.

Entah apa dan kenapa, terbesit dipikiranku Akhtar kembali menyukai Jeljel. Lalu bagaimana dengan cinta Akhtar untukku yang lalu lalu dia ucapkan?

Ah sebaiknya aku jangan jatuh cinta dulu pada Akhtar, aku perlu mengistirahatkan hatiku sejenak.

-----
n/a: hay marhaban ya ramadhan semua:) semoga puasanya lancar ya! aku lagi ukk loh): doain ya hehe.

oh iya maap bgt aku ngomong gini lagi, jadi yang udah baca cerita ini tolong ya vote karena dengan begitu kalian udah hargain aku:)

so big thx gaes! :) hope u like it❤🙌

Lover But Brother [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang